Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tutup Usia, Berikut Kiprah Abdul Malik Fadjar

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/SABRINA ASRIL
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Abdul Malik Fadjar
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar meninggal dunia pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (7/9/2020).

"Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Abdul Malik Fadjar berpulang di usia 81 tahun," dikutip dari keteranga pers UMM, Senin (7/9/2020).

 

Sepanjang hidupnya, Abdul Malik mengabdikan dirinya di dunia pendidikan, mulai dari mengajar sekolah rakyat (SR) hingga menjadi rektor perguruan tinggi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada 1983, Abdul Malik diangkat menjadi rektor UMM. Jabatan itu bertahan hingga tahun 2000.

Di bawah kepemimpinannya, UMM berkembang menjadi salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di Malang.

Harian Kompas memberitakan, 13 November 1994, banyak gebrakan dari Abdul Malik yang sering nyaris menjadikan bumerang.

Misalnya, ketika ia memproklamasikan kampus UMM menjadi kampus terbuka. Mulai dari cewek bercelana jins sampai yang bercadar, dari mahasiswa muslim maupun bukan muslim diperbolehkan masuk kampus tersebut.

Baca juga: Ketua PP Muhammadiyah: Abdul Malik Fadjar Sosok Pemberi Inspirasi

Gebrakan itu membuatnya dituduh sekuler serta sengaja mencampakkan identitas muslim dan khususnya Muhammadiyah.

"Saya menerima kritik itu, tapi jangan saya diseret kepada formalisme kosong. Islam jangan dipersempit dengan sekadar jilbab, gaya kerab-araban," kata Abdul Malik kala itu.

Ia memilki obsesi besar menjadikan UMM tumbuh menjadi kampus bertaraf internasional seperti universitas di AS. Misalnyai Harvard, Chicago, George Washington, Barrier College, atau Christian University of Colorado.

Tahapan ke arah sana dimulai dengan mendirikan Pusat Studi Keislaman dengan harapan orang luar negeri yang mau mempelajari keisalaman, khususnya di Asia Tenggara, bisa ke Indonesia.

Dua jabatan rektor

Abdul Malik mungkin menjadi satu-satunya orang yang pernah memegang jabatan rektor dua kampus sekaligus di waktu bersamaan.

Selagi menjabat rektor UMM, ia diangkat sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1992-1995.

Menurutnya, ia dipilih sebagai rektor UMS setelah adanya kemelut tentang pergantian rektor yang mengalami jalan buntu dan mengundang aksi demonstrasi hampir tiap hari.

"Saya dipanggil PP Muhammadiyah untuk urun (menyumbang) pikiran bagaimana memecahkan persoalan internal di UMS. Waktu itu saya cuma sarankan yang paling baik selesaikan secara internal dan serahkan dulu kepada UMS," jelas Abdul Malik.

"Ternyata itu tidak selesai. Kemudian UMS sendiri mengajukan calon tapi selalu ditolak PP Muhammadiyah. Aturan main di Muhammadiyah, rektor harus disetujui senat dan PP," lanjutnya.

Setelah sempat menolak, ia pun akhirnya menerima tawaran UMS untuk diusulkan sebagai calon rektor. PP Muhammadiyah kemudian mengabulkan usulan tersebut.

"Sebenarnya itu tidak menarik buat saya. Berat sekali buat saya. Kebetulan UMS benar-benar pada kondisi mismanagement," tutur dia.

"Ya alhamdulillah, saya dekati dan bisa diselesaikan semuanya. Persoalan administrasi, keuangan, personil terselesaikan. Pengembangan sarana dan prasarana bisa diselesaikan," sambungnya.

Baca juga: Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Abdul Malik Fadjar

Pria kelahiran Yogyakarta, 22 Februari 1939 ini dikukuhkan menjadi guru besar di bidang filsafat pendidikan pada 1995.

Lulusan master di bidang education research di Florida State University, AS, ini pernah menjadi anggota PP Muhammadiyah periode 1995-2000 dengan jabatan Koordinator Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan.

Menteri

Di pemerintahan, Abdul Malik pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era Presiden Ketiga RI BJ Habibie.

Ia kemudian melanjutkan kiprahnya di pemerintahan sebagai Menteri Pendidikan Nasional di era Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri.

Kemudian, ia sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004.

Abdul Malik juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi