Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Seputar Happy Hypoxia yang Perlu Diketahui

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Tashatuvango
Ilustrasi Happy hypoxia adalah kondisi menurunnya kadar oksigen dalam darah, namun tidak disertai gejala atau keluhan pada pasien. Banyak terjadi pada pasien Covid-19 dan menyebabkan kematian.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Belakangan, happy hypoxia banyak diperbincangkan setelah ditemukan pada sejumlah pasien virus corona di Indonesia.

Happy hypoxia atau hypoxemia didefinisikan sebagai penurunan tekanan oksigen dalam darah.

Kasus di beberapa daerah menunjukkan orang tanpa gejala atau mengalami gejala ringan Covid-19 mengalami happy hypoxia. 

Hal tersebut ditandai dengan saturasi oksigen dalam darah yang tiba-tiba menurun hingga berakibat fatal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut beberapa fakta seputar happy hypoxia:

Dua cara deteksi

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 7 September 2020, Ahli Patologi Klinis yang juga Wakil Direktur dan Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan ada dua cara untuk deteksi dini happy hypoxia.

Pertama, tarik napas dalam-dalam 2-3 kali. Apabila timbul rangsangan batuk, waspadai risiko hypoxia.

Kedua, menggunakan alat Pulse Oxymetri di ujung jari, untuk mengukur saturasi oksigen.

Baca juga: Isolasi Mandiri karena Covid-19, Ini 2 Cara Deteksi Dini Happy Hypoxia

Menurut dia, kedua cara tersebut dapat dilakukan secara berkala.

Pasien juga harus lebih waspada ketika muncul kondisi seperti frekuensi napas semakin cepat, merasa cepat lelah, dan ada rasa berat di dada saat bernapas.

Memperparah kondisi pasien

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan happy hypoxia bisa menyebabkan kondisi beberpa pasien Covid-19 semakin parah.

"Ini adalah salah satu fenomena yang akhirnya juga menyebabkan banyak kasus yang tadinya dari derajat sedang menjadi lebih parah atau kritis, karena perubahannya bisa sangat cepat," kata Dicky dikutip dari Kompas.com, 29 Agustus 2020.

Virus corona banyak disebut sebagai satu penyakit yang memiliki 1.000 wajah atau dengan keluhan yang berbeda-beda, sehingga cukup sulit untuk mendeteksinya.

"Kecuali dengan pemeriksaan fisik yang teliti, yang hati-hati juga, termasuk ditunjang dengan pemeriksaan penunjang seperti PCR atau pun pemeriksaan rontgen dan CT scan," jelas Dicky.

Terdeteksi sejak Maret

Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, menjelaskan kasus happy hypoxia pada pasien Covid-19 di Indonesia sudah terdeteksi sejak Maret 2020.

Hanya saja, kata Agus, kejadian ini tidak terekspos karena bagian pemeriksaan darah menunjukkan oksigen pasien tersebut rendah atau di bawah normal dengan saturasi di bawah 94.

"Tapi pasiennya duduk-duduk, bisa baca majalah. Ditanya ada keluhannya? Ya itu tidak ada. Ya itu kita sudah temukan sejak kasus Covid-19 ini ada," papar Agus, dikutip dari Kompas.com, 5 September 2020.

Baca juga: Berpacu dengan Waktu, Menemukan Penyebab Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Agus menuturkan, dugaan sementara penyebab terjadinya silent hypoxemia atau happy hypoxia terjadi pada pasien Covid-19 adalah pengaruh dari virus SARS-CoV-2 itu sendiri.

"Jadi sementara ini, disinyalir virus SARS-CoV-2 ini mengganggu reseptor yang ada di dalam mekanisme saraf tersebut," kata Agus.

Terjadi pada pasien bergejala

Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan, menyebut happy hypoxia tidak bisa terjadi pada orang yang tak memperlihatkan gejala Covid-19.

Happy hypoxia hanya bisa dialami oleh orang yang terinfeksi Covid-19 dengan menunjukkan gejala demam, batuk, dan pusing.

"Happy hipoxia ini tidak bisa terjadi sama orang yang tanpa gejala. Jadi gejala lainnya ada, demam ada, batuk ada, pusing," kata Erlina, dikutip dari Kompas.com, 4 September 2020.

Sumber: Kompas.com (Jawahir Gustav Rizal/Luthfia Ayu Azanella/Ellyvon Pranita/Fitria Chusna Farisa | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary/Rizal Setyo Nugroho/Gloria Setyvani Putri/Krisiandi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi