Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Bentara Budaya hingga Pasar Yakopan, Kontribusi Jakob Oetama untuk Kesenian dan Kebudayaan Yogyakarta

Baca di App
Lihat Foto
Arsip Kompas Gramedia
Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Salah satu pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88) meninggal dunia di Rumah Sakit Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020) pukul 13.05 WIB.

Kisah perjalanan Jakob berawal dari seorang guru hingga menjadi sosok penting dalam dunia jurnalisme Indonesia.

Ia mengembangkan nilai-nilai jurnalisme yang relevan dengan perkembangan zaman. 

Atas berbagai perannya dan nilai yang dianut, Jakob telah memperoleh sejumlah penghargaan dalam berbagai bentuk.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah satu jenis penghargaan yang membuat Jakob Oetama terharu saat menerimanya adalah Pasar Yakopan.

Baca juga: Humanisme dan Prinsip Moderasi Jakob Oetama dalam Membangun Kompas Gramedia

Dari Yogya untuk Jakob Oetama

Melansir Harian Kompas, Selasa (23/10/2007), Pasar Yakopan pertama kali diuncurkan dalam peringatan 25 tahun Bentara Budaya Yogya (BBY) oleh kurator BBY Sindhunata. 

Nama Pasar Yakopan ini sengaja diambil dari nama Jakob Oetama yang oleh para seniman Yogya dinilai telah memberi kontribusi besar terhadap keberadaan kesenian dan kebudayaan di kota tersebut.

"Pasar Yakopan bisa kami gelar empat kali dalam setahun. Kalau dulu BBY selalu melaksanakan Syawalan, mulai tahun ini kami akan menggelar Pasar Yakopan," kata Sindhunata seperti dikutip Harian Kompas, 23 Oktober 2007.

Saat itu, sebagai penanda kehadiran pesta seniman ini, para perupa Yogyakarta seperti Djoko Pekik, Nasirun, dan Putu Sutawijaya menghadiahkan hasil kolaborasi kanvas mereka kepada Jakob Oetama.

Sementara, para perupa lain seperti Yuswantoro Adi, Agus Suwage, Melodia, dan Sigit Santosa memberikan bingkisan sebuah lukisan wajah Jakob Oetama.

Kemudian, pematung Ismanto menorehkan wajah Jakob Oetama di atas batu.

Baca juga: Bentara Budaya Yogyakarta Pun Dipenuhi Alat Penimbang Barang Dagangan

Bentuk penghormatan

Ketika itu saat menerima bingkisan dari para perupa, Jakob Oetama menyatakan rasa terharu yang mendalam.

"Malam ini, saya benar-benar merasa terharu. Saya hanya bisa mengungkapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya," ujar Jakob.

Usai melukis bersama, Putu Sutawijaya mengungkapkan, tanpa adanya perhatian dan niat tulus dari Jakob Oetama ketika mendirikan BBY, iklim berkesenian di Yogya barangkali tidak akan seperti sekarang.

Perlu diketahui, sejak 26 September 1982, BBY seolah memikul tanggung jawab menjadi simpul berolah rasa serta menampung lompatan kreativitas para seniman.

Uniknya, lembaga ini tidak hanya menjadi tempat berpameran para perupa kontemporer, tetapi juga memberi ruang yang luas bagi pementasan-pementasan seni tradisi sejenis ketoprak.

Dari tahun ke tahun, Pasar Yakopan juga secara rutin diadakan dengan berbagai agenda di dalamnya. 

Baca juga: Sosok Jakob Oetama dalam Kenangan Ganjar Pranowo: Rendah Hati dan Kebapakan

Taman Yakopan dan Sumur Jakob

Selain Pasar Yakopan, ada juga Taman Yakopan dan Sumur Jakob. 

Pembangunan Taman Yakopan diinisiasi Sindhunata sebagai refleksi sekaligus harapan besar agar Kompas tetap menjadi penunjuk arah bagi bangsa Indonesia.

Mengutip Harian Kompas, Selasa (1/10/2019), Sumur Jakob dibangun di tengah Taman Yakopan di Omah Petruk, Sleman.

Di hadapan sumur tersebut, berdiri patung Jakob Oetama karya Wilman Sanur. 

Digambarkan Jakob memegang tali timba dan ember. Ia mempersilakan siapa pun menimba air di sumurnya, Sumur Jakob.

”Ini mengingatkan agar kita mau selalu menimba roh dan inspirasi Kompas, bagaikan kita menimba air dari sumur. Setiap kita menimba air dari Sumur Jakob, kita diajak sekaligus menimba kembali roh dan inspirasi, yang pernah diletakkan Pak Jakob bagi Kompas,” kata jurnalis senior GP Sindhunata SJ saat peresmian Taman Yakopan sekaligus peringatan ulang tahun ke-88 Jakob Oetama dan ulang tahun ke-37 Bentara Budaya, Senin (30/9/2019).

Baca juga: Jakob Oetama Berpulang, Ini Penghargaan Luar Negeri yang Pernah Diterimanya

Humanisme dan jurnalistik

Di Sumur Jakob, siapa pun diharapkan bisa menimba visi humanisme dan air jurnalistik.

Air jurnalistik yang boleh mengalir dari Sumur Jakob ini adalah mata hati, amanat penderitaan rakyat, dan penghiburan yang meringankan beban dan penderitaan yang papa.

Sekaligus juga teguran yang mengingatkan mereka yang kaya dan mapan.

Di Taman Yakopan masih banyak karya seni rupa yang merefleksikan perjuangan jurnalistik Jakob Oetama bersama harian Kompas yang dirintisnya bersama PK Ojong.

Di taman ini ada juga Ndalem Yakopan yang dilengkapi perangkat Pusat Informasi Kompas.

Ndalem Yakopan sekaligus menjadi tempat kerja bagi mereka yang memerlukan data yang terkumpul dalam Kompas, dan lembaga penelitiannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi