Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Berikan Banyak Bantuan, Bagaimana Cara Mengelolanya di Masa Pandemi?

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos
Ilustrasi
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Pandemi virus corona berdampak tidak hanya pada sektor kesehatan, namun juga memukul sektor ekonomi. 

Dampak ekonomi makro dapat dilihat dengan sejumlah negara yang mengalami resesi ekonomi.

Sementara di bagian mikro, sejumlah perusahaan mengalami kerugian yang imbasnya banyak memilih kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya. 

Pemerintah berusaha mendongrak perekonomian dengan memberikan sejumlah bantuan kepada masyarakat. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai dari bantuan subsidi upah (BSU) Rp 600.000, bantuan sosial tunai (BST), Kartu Prakerja, bantuan UMKM dan lainnya.

Dengan bantuan ini diharapkan roda ekonomi masyarakat terus berputar, sehingga bisa menjadi stimulus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Baca juga: Jika Resesi Tak Bisa Dihindari, Ini yang Dapat Dilakukan Masyarakat

Lantas, bagaimana cara mengelola keuangan keluarga selama masa pandemi ini? 

Dana darurat

Perencana Keuangan atau Advisore Alliance Group, Andy Nugroho menyampaikan, ada perbedaan perlakuan keuangan bagi mereka yang memiliki gaji tetap dan mereka yang tidak memiliki gaji tetap per bulan.

Menurut Andy, untuk mereka yang memiliki gaji tetap per bulan dapat memprioritaskan untuk membesarkan dana darurat.

"Karena dana darurat merupakan pondasi dasar kita membangun keuangan yang tangguh dan sehat," ujar Andy saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/9/2020).

Ia menjelaskan, dana darurat tidak hanya berupa uang tunai atau barang, namun juga berupa jaminan biaya kesehatan, seperti BPJS.

Sebab, jika mereka memiliki tabungan dan investasi, tetapi tidak memiliki jaminan biaya kesehatan, maka mau tidak mau tabungan atau investasi yang telah dikumpulkan juga akan terpakai.

"Maka mumpung ada keleluasaan dana, sebaiknya disiapkan sejak dini untuk jaminan biaya kesehatannya. Selain itu tentu ada risiko tersendiri lain lagi apabila kita sakit ataupun terpapar Covid-19," ujar Andy.

Investasi

Selain itu, bagi mereka yang memiliki penghasilan bulanan disarankan untuk semakin meningkatkan pendapatannya melalui berbagai macam instrument investasi. 

Menurutnya, hal ini merupakan tindakan yang lebih baik dibandingkan dengan membelanjakannya untuk hal-hal yang kurang diperlukan dan hanya berdasarkan keinginan saja.

Ia menambahkan, pilihan investasi sebaiknya di instrumen-instrumen yang beresiko rendah seperti deposito, obligasi ritel, sukuk ritel, surat berharga negara, reksadana berbasis pasar uang atau pendapatan tetap, ataupun bisa memilih dalam bentuk logam mulia.

Baca juga: Indonesia di Tengah Ancaman Resesi, Ini Peluang Bisnis yang Bisa Dilakukan

Arus kas keluarga

Di sisi lain, perencana keuangan OneShildt, Budi Raharjo mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan keuangan keluarga di saat pandemi ini.

Pada kondisi ini, Budi mengatakan, dari sisi arus kas rumah tangga golongan masyarakat ini dapat melakukan pola belanja rumah tangga seperti biasa dengan beberapa penyesuaian.

"Mereka punya penghasilan tetap yang tidak terpengaruh, maka satu-satunya yang mempengaruhi arus kasnya adalah dari sisi pengeluaran. Mungkin ada beberapa pos pengeluaran yang mengalami kenaikan karena adanya WFH dan LFH seperti kenaikan biaya data," ujar Budi saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Jumat (11/9/2020).

Menurut Budi, kenaikan ini bisa jadi tidak sebanyak jika dibandingkan dengan penurunan biaya transportasi ke kantor dan biaya makan.

"Hal ini dapat bervariasi untuk tiap-tiap keluarga. Intinya adalah masing-masing keluarga dapat menyesuaikan arus kasnya sesuai prioritas masing-masing," lanjut dia.

Terkait proteksi, Budi mengatakan, karena pandemi ini meningkatkan risiko kesehatan. maka golongan masyarakat ini sudah seharusnya mempertimbangkan proteksi yang optimal bagi keluarganya baik proteksi kesehatan maupun jiwa.

Baca juga: Seberapa Besar Dampak Belanja Masyarakat untuk Selamatkan Indonesia dari Resesi?

Berpenghasilan tidak tetap

Sementara bagi pekerja yang memiliki penghasilan tidak tetap, Andy menjelaskan bahwa mereka yang bekerja serabutan perlu memprioritaskan dana yang masuk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Prioritaskan pembayaran berbagai macam kewajiban dan tagihan seperti cicilan kredit ataupun tagihan listrik dan air. Selain itu kuota internet menjadi hal yang harus diutamakan juga bagi mereka yang punya anak yang bersekolah dari rumah ataupun orangtua yang WFH," ujar Andy.

Selain itu, juga mengubah jenis makanan agar tetap bergizi namun dengan harga yang lebih murah, seperti daging yang digantikan dengan tempe atau tahu dan sayuran yang kandungan proteinnya juga tinggi.

Alternatif lain untuk memanajemen keuangan yakni, sebisa mungkin mulai mencari penghasilan tambahan. Bisa dengan bekerja ekstra ataupun mencoba berbisnis.

Apabila yakin dengan pilihan berbisnis, Andy menyarankan untuk memilih bisnis yang memang produknya banyak dicari pada masa saat ini seperti frozen food.

"Dana yang digunakan sebagai modal usaha sebaiknya maksimal 30 persen dari dana tersedia, mengingat berbisnis termasuk investasi beresiko tinggi dan dana selebihnya akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Andy.

Apabila dampak pandemi dirasakan sangat besar memukul ekonomi hingga mengakibatkan penghasilan berhenti, maka perlu segera melakukan daftar ulang berbagai sumber keuangan yang tersedia (aset yang bisa dicairkan, investasi dan tabungan).

"Perlu segera memikirkan sumber penghasilan pengganti agar kebutuhan rumah tangga dapat tercukupi. Menyesuaikan pengeluaran dengan berhemat sebisa mungkin dan sesuai prioritas," ujar Budi.

"Memanfaatkan berbagai fasilitas yang ditawarkan pemerintah untuk kegiatan produktif yang dapat menghasilkan income baru," lanjut dia.

Baca juga: Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi