KOMPAS.com - Salah satu permainan tradisional yang namanya sedang melambung selama pandemi virus corona di Indonesia adalah layang-layang.
Di sejumlah daerah, layang-layang kini ramai dimainkan, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Lalu, bagaimanakah sejarah layang-layang?
Mengutip Encyclopedia Britannica, layang-layang pertama kali dipopulerkan di China sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Di mana bahan-bahan yang ideal untuk membuat layang-layang sudah tersedia, seperti kain sutra untuk bahan layar, sutra berkekuatan tensil tinggi untuk jalur terbang, dan bambu tangguh untuk kerangka kerja yang kuat dan ringan.
Layang-layang China yang paling awal diketahui adalah datar (tidak membungkuk) dan sering berbentuk persegi panjang.
Setelah kemunculannya itu, layang-layang tersebut bermigrasi ke berbagai negara di dunia.
Misalnya, Korea, Jepang, Myanmar, India, Arab, dan Afrika Utara, kemudian lebih jauh ke semenanjung Malaysia, Indonesia, dan pulau-pulau Oseania di timur Pulau Paskah.
Baca juga: Selain di Bantul, Ini Dua Insiden Bocah Terseret Layang-layang di Dunia
Layang-layang di Indonesia
Dalam pemberitaan Kompas.com, 12 Agustus 2014, disebutkan hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu pemandu di Museum Layang-Layang Jakarta, Asep Irawan.
Asep menuturkan, berbagai literatur menjelaskan bahwa layang-layang ditemukan di China kurang lebih 3.000 tahun yang lalu.
Kemudian, menurut hasil penelitian arkeolog nasional tahun 1981, 1986, dan 1991, layang-layang di Indonesia pertama kali ditemukan di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
Layang-layang tersebut berasal dari daun gadung yang dirajut dan dibentuk seperti layang-layang.
Awalnya, kata Asep, masyarakat Sulawesi Tenggara menggunakan layang-layang tersebut untuk mencari keberadaan Tuhan di langit.
Esensi bermain layang-layang
Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), layang-layang adalah sejenis permainan yang dimainkan anak-anak maupun orang dewasa.
Pada umumnya, layang-layang ini dimainkan pada musim angin kencang karena apabila tidak ada angin tidak bisa terbang. Peranan angin sangat besar untuk bermain layang-layang.
Selain itu, para pemain harus cakap dan terampil sehingga layang-layang yang dimainkan bisa terbang. Jika tidak memperhatikan hal tersebut maka layang-layang akan sulit untuk terbang.
Tempat yang selalu menjadi sasaran permainan adalah lapangan terbuka dan luas, seperti lapangan hingga tepi pantai.
Permainan ini tidak ada kaitannya dengan peristiwa-peristiwa sosial tertentu dan tidak mempunyai unsur-unsur religius-magis di dalamnya.
Tetapi hanya sekadar permainan untuk mengisi waktu luang, selain itu menjadi hiburan masyarakat.
Masih dikutip dari laman Kemdikbud, ada ciri-ciri pada layang-layang, yakni:
- Terdapatnya dua pasang sisi yang sama panjang.
- Terdapatnya sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
- Terdapatnya satu sumbu simetri yang merupakan diagonal terpanjang.
- Salah satu dari diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lainnya secara tegak lurus.
- Diagonal-diagonal yang dimiliki oleh bangun layang-layang saling tegak lurus.
- Diagonal yang menghubungkan sudut puncak membagi dua bagian sudut-sudut puncak dan layang-layang menjadi dua buah bagian yang besarnya sama.