Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengulas Sejarah Layang-Layang yang Kembali Digandrungi Selama Pandemi...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF
Dua orang pemuda bersiap menerbangkan layang-layang bernuansa kemerdekaan di kawasan Sempidi, Badung, Bali, Sabtu (8/8/2020). Layang-layang bernuansa kemerdekaan tersebut dibuat dan diterbangkan bersama oleh pemuda setempat untuk menyambut peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Salah satu permainan tradisional yang namanya sedang melambung selama pandemi virus corona di Indonesia adalah layang-layang.

Di sejumlah daerah, layang-layang kini ramai dimainkan, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. 

Lalu, bagaimanakah sejarah layang-layang?

Mengutip Encyclopedia Britannica, layang-layang pertama kali dipopulerkan di China sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di mana bahan-bahan yang ideal untuk membuat layang-layang sudah tersedia, seperti kain sutra untuk bahan layar, sutra berkekuatan tensil tinggi untuk jalur terbang, dan bambu tangguh untuk kerangka kerja yang kuat dan ringan.

Layang-layang China yang paling awal diketahui adalah datar (tidak membungkuk) dan sering berbentuk persegi panjang.

Setelah kemunculannya itu, layang-layang tersebut bermigrasi ke berbagai negara di dunia.

Misalnya, Korea, Jepang, Myanmar, India, Arab, dan Afrika Utara, kemudian lebih jauh ke semenanjung Malaysia, Indonesia, dan pulau-pulau Oseania di timur Pulau Paskah.

Baca juga: Selain di Bantul, Ini Dua Insiden Bocah Terseret Layang-layang di Dunia

Layang-layang di Indonesia

Dalam pemberitaan Kompas.com, 12 Agustus 2014, disebutkan hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu pemandu di Museum Layang-Layang Jakarta, Asep Irawan.

Asep menuturkan, berbagai literatur menjelaskan bahwa layang-layang ditemukan di China kurang lebih 3.000 tahun yang lalu.

Kemudian, menurut hasil penelitian arkeolog nasional tahun 1981, 1986, dan 1991, layang-layang di Indonesia pertama kali ditemukan di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.

Layang-layang tersebut berasal dari daun gadung yang dirajut dan dibentuk seperti layang-layang.

Awalnya, kata Asep, masyarakat Sulawesi Tenggara menggunakan layang-layang tersebut untuk mencari keberadaan Tuhan di langit.

Esensi bermain layang-layang

Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), layang-layang adalah sejenis permainan yang dimainkan anak-anak maupun orang dewasa.

Pada umumnya, layang-layang ini dimainkan pada musim angin kencang karena apabila tidak ada angin tidak bisa terbang. Peranan angin sangat besar untuk bermain layang-layang.

Selain itu, para pemain harus cakap dan terampil sehingga layang-layang yang dimainkan bisa terbang. Jika tidak memperhatikan hal tersebut maka layang-layang akan sulit untuk terbang.

Tempat yang selalu menjadi sasaran permainan adalah lapangan terbuka dan luas, seperti lapangan hingga tepi pantai.

Permainan ini tidak ada kaitannya dengan peristiwa-peristiwa sosial tertentu dan tidak mempunyai unsur-unsur religius-magis di dalamnya.

Tetapi hanya sekadar permainan untuk mengisi waktu luang, selain itu menjadi hiburan masyarakat.

Masih dikutip dari laman Kemdikbud, ada ciri-ciri pada layang-layang, yakni:

  • Terdapatnya dua pasang sisi yang sama panjang.
  • Terdapatnya sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
  • Terdapatnya satu sumbu simetri yang merupakan diagonal terpanjang.
  • Salah satu dari diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lainnya secara tegak lurus.
  • Diagonal-diagonal yang dimiliki oleh bangun layang-layang saling tegak lurus.
  • Diagonal yang menghubungkan sudut puncak membagi dua bagian sudut-sudut puncak dan layang-layang menjadi dua buah bagian yang besarnya sama.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi