Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Fenomena Artis dalam Bursa Pilkada...

Baca di App
Lihat Foto
Dokumentasi Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan
Penyerahan Format KPU B1 KWK dari Partai Demokrat oleh Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada calon bupati Bandung Dadang Supriatna yang didampingi calon wakil Bupati Sahrul Gunawan di Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta, Selasa (25/8/2020).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sederet nama artis ternama kembali meramaikan bursa pilkada yang akan digelar serentak di Indonesia.

Kali ini misalnya ada pesinetron Sahrul Gunawan, Firman Mutkin, Adly Fairuz, dan pedangdut Fadia A. Rafiq.

Fenomena ini terjadi tidak hanya di pilkada kali ini, namun juga di sejumlah pesta demokrasi sebelumnya.

Baca juga: Deretan Artis yang Telah Mendaftar Pilkada 2020

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas apa yang melatarbelakangi para artis terjun ke politik dan maju di Pilkada?

Peneliti dari Departemen Politik dan Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai terjunnya artis ke dunia politik atau maju di Pilkada dilatarbelakangi sejumlah motif, salah satunya yakni untuk mendongkrak suara.

"Pertama dari sisi kandidat ya, kalau dia menggandeng artis sebagai wakil masih ada semacam kepercayaan di kandidat tersebut bahwa artis itu dapat menarik dukungan masa yang lebih banyak," kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/9/2020) siang.

Baca juga: Jalan Politik Gibran, dari Tukang Martabak hingga Daftar Wali Kota Solo...

Padahal banyaknya penggemar yang dimiliki oleh seorang artis belum tentu sebanding dengan banyaknya suara yang dapat disumbangkan.

"Orang mungkin tertarik ikut (menyaksikan) kampanye, mungkin dia ingin melihat, penasaran saja, artis itu seperti apa, mungkin selama ini dia lihat di televisi, sekarang ingin lihat tatap muka," ujarnya.

Oleh karena itu, banyak artis yang maju dalam pemilihan umum ini mengalami kegagalan meskipun secara popularitas terbilang tinggi.

Baca juga: Menilik Peran Artis yang Kini Beralih Menjadi YouTuber, Ada Apa?

Panggilan jiwa dan unsur "coba-coba"

Arya menjelaskan, seorang artis harus memiliki nilai tambah selain populer, untuk bisa memenangkan suara.

"Popularitas tidak cukup untuk kalangan artis, dia harus punya added value yang lain, misalnya apakah dia secara aktif menggalang masyarakat pemilih di bawah, apakah dia secara rutin bergerak ke bawah," papar Arya.

Ia mencontohkan artis juga politisi Nurul Arifin, Dedi Mizwar, Tanto Wiyahya, juga Desi Ratnasari.

"Ada juga yang panggilan, (Arya menontohkan Nurul Arifin) merawat basis, aktif di partai, jadi ketua DPP Partai, jadi juru bicara, bahkan ambil S2 juga ilmu politik, itu adalah panggilan jiwa," ungkap Arya.

Baca juga: Selain Suami BCL, Ashraf Sinclair, Berikut Artis yang Meninggal karena Serangan Jantung

Soal mengapa banyak artis yang terjun di dunia politik Arya menyebut ada sebagian yang karena panggilan jiwa, namun banyak yang lain karena unsur 'coba-coba'.

Misalnya, saat bekerja pada kegiatan sebuah partai politik mereka mendapat tawaran tertentu.

"Mungkin awal-awalnya ikut kegiatan partai, sebagai EO, sebagai artis, kemudian diajak bergabung, ditawari dapat dapil yang bagus, nomor urut, atau biaya kampanye. Akhirnya karena ada tawaran, akhirnya coba-coba lah," kata dia.

Baca juga: Langkah Mulus Gibran dalam Pencalonan Pilkada Solo 2020...

Keinginan untuk perubahan

Arya pun menyebut sebagian besar artis yang terjun ke dunia politik dikarenakan hal ini, meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga yang disebabkan alasan ideologis.

"Ada yang memang melihat ada sense politik, punya keinginan untuk melakukan perubahan-perubahan lebijakan, sehingga bergabung dengan salah satu partai," kata Arya.

Sementara itu, dihubungi terpisah, Guru Besar Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Sunyoto Usman menyebut popularitas menjadi alasan utama mengapa banyak artis percaya diri turun ke dunia politik.

"Kemampuan politik artis beragam, ada yang tergolong cukup baik dan banyak pula yang kurang. Politisi butuh popularitas mereka meskipun kemampuan politiknya tergolong sedang bahkan pas-pasan saja," ujar Usman, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Sabtu (12/9/2020) sore.

Baca juga: Kenapa Banyak Artis Kerap Terlibat Prostitusi?

Satu hal lagi, Usman menyebut sebagian besar artis yang masuk dalam dunia ini adalah mereka yang sudah senior dan memiliki nama besar.

"Bagi sebagian artis terjun ke dunia politik bisa juga dengan harapan memiliki akses yang lebih luas," lanjutnya.

Lain halnya dengan pandangan yang disampaikan oleh Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono.

Baca juga: Saat Kursi Menteri Jadi Rebutan Partai Politik...

Faktor kekayaan dan kehormatan

Menurutnya, artis memiliki dua kriteria yang dibutuhkan dalam sistem politik yang berlaku di Indonesia saat ini, royal politic atau politik kebangsawanan.

Dua kriteria itu adalah kekayaan dan kehormatan.

Sebelumnya, Drajat menjelaskan royal politic adalah kondisi politik yang ditandai dengan dua hal, diisi oleh kalangan atas atau memiliki kemampuan ekonomi yang mumpuni, dan begitu menghormati "kehormatan".

"Dua modal itulah yang menyebabkan para artis itu mudah sekali direkrut, karena istilah politik dia adalah vote gatter, pengumpul suara," ujar Drajat, Sabtu (112/9/2020).

Baca juga: Fenomena Pelajar Turun ke Jalan, Melek Politik atau Eksploitasi Anak?

Dalam kondisi ini, kehormatan jauh lebih penting daripada kompetensi.

"Sekarang untuk bisa mendapatkan penghormatan seperti itu, partai potik itu ya (menggandeng) artis, karena artis punya dua-duanya. Satu dia kaya mesti punya uang dan yang kedua dia sudah dapat fans atau penggemar yang menghormati dan mengakui dia," jelas Drajat.

Ia mengumpakan jika seorang artis diam saja, tidak usah berbuat apa pun, ia sudah memiliki pendukung yang adalah penggemarnya.

"Dia diam saja sudah punya suara. Kalau dia masuk politik, maka dia akan mentransformasi peggemar-penggemar dia itu menjadi political support dalam politiknya," tegas Drajat.

Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi