Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Seragam Militer Bercorak Loreng?

Baca di App
Lihat Foto
AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN
Prajurit TNI Angkatan Udara mengikuti latihan tempur Jalak Sakti 2020 di Pangkalan Angkatan Udara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh, Selasa (8/9/2020). Latihan tersebut bertujuan untuk memberikan kemampuan penerbang TNI AU pada misi-misi pertempuran dalam operasi udara, sekaligus meningkatkan kemampuan koordinasi dan kerjasama antara penerbang yang mengoperasikan alutsista TNI AU.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Pasukan militer di berbagai negara memiliki kekhasan pada seragamnya. Ya, corak loreng.

Corak khas tersebut juga tampak pada seragam prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), dengan loreng hijau, coklat, dan hitam.

Sementara itu, pasukan militer di beberapa negara di Timur Tengah menggunakan seragam coklat muda loreng seperti warna gurun.

Lantas, mengapa loreng menjadi pilihan seragam militer di dunia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat militer dari Institute For Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan corak loreng pada seragam militer merupakan bagian dari strategi perang, yaitu kamuflase.

"Sebenarnya itu terkait dengan strategi perang. Kalau dulu seragam justru warnanya cerah, asesorisnya banyak," kata Fahmi kepada Kompas.com, Minggu (13/9/2020).

"Sejak strategi perang modern diperkenalkan, teknik kamuflase juga berkembang," lanjutnya.

Baca juga: Panglima TNI: Kita Tidak Boleh Lengah Menghadapi Covid-19

Menurutnya, teknik kamuflase ini tak hanya digunakan pada seragam militer, tetapi juga pada alutsista atau sistem persenjataan.

Maka tak heran, jika beberapa alutsista, seperti tank memiliki warna yang sama dengan seragam pasukan militer, yaitu bercorak loreng.

Perbedaan warna

Terkait warna, jelas Fahmi, biasanya setiap negara atau kawasan memiliki warna yang berbeda.

Perbedaan warna tersebut menyesuaikan dengan medan tempur dan kondisi alam suatu negara atau kawasan.

"Misalnya Indonesia memilih seragam yang didominasi warna coklat, hijau, hitam, itu bagian dari teknik kamuflase," jelas dia.

Menurut dia, penggunaan seragam loreng ini mulai dikenal sejak abad ke-19 ketika organisasi dan strategi militer diperbarui.

Namun, seragam loreng semakin populer setelah perang dunia kedua.

Baca juga: Prajurit TNI Tangkap Penyelundup Puluhan Ribu Obat Ilegal dari Malaysia

Untuk saat ini, kata Fahmi, penggunaan seragam bercorak loreng atau kamuflase visual sudah tidak terlalu relevan.

Pasalnya, cara deteksi musuh kini mulai canggih, seiring perkembangan teknologi, seperti alat pendeteksi panas.

"Kalau sekarang kamuflase yang visual juga tidak terlalu relevan, karena ada banyak cara untuk mendeteksi musuh, seperti deteksi panas," tutup dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi