Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Covid-19 Lebih Mematikan pada Orang dengan Obesitas?

Baca di App
Lihat Foto
Shuterstock
Ilustrasi obesitas
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Musim semi lalu, setelah berhari-hari merasakan flu dan demam, seorang pria tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pusat Kesehatan Universitas Vermont, Amerika Serikat.

Pria itu masih muda, sekitar 30 tahun, dan memilili seorang istri dan anak yang masih belia. Dia juga seorang pria yang sehat, kesehariannya disibukkan dengan mengurus bisnis kecilnya.

Masalahnya hanya satu, dia mengidap obesitas parah. Petaka terjadi ketika pria itu dinyatakan positif Covid-19.

Begitu tiba di rumah sakit, ia langsung dirujuk ke ruang ICU dan dipasangi ventilator. Naas, dua minggu kemudian pria itu meninggal dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dia adalah pria muda, sehat, dan pekerja keras," kenang Mary Ellen Antokwiak, direktur medis ICU rumah sakit tersebut.

"Faktor terbesar yang membuat sakitnya demikian parah adalah obesitas," kata Antokwiak.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

Melansir Science Magazine, Minggu (13/9/2020) sejak awal pandemi, berbagai penelitian telah melaporkan bahwa salah satu pasien Covid-19 yang menderita sakit paling parah, adalah para pengidap obesitas.

Dalam beberapa minggu terakhir, temuan itu semakin diperkuat setelah adanya penelitian-penelitian baru pada populasi yang lebih besar.

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan, bahkan orang yang kelebihan berat badan memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak.

Risiko kematian lebih tinggi 

Dalam metaanalisis yang diterbitkan pada 26 Agustus di Obesity Reviews, tim peneliti internasional mengumpulkan data dari sejumlah makalah yang mencakup 399.000 pasien.

Mereka menemukan bahwa pengidap obesitas yang tertular virus corona, 113 persen lebih mungkin untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan orang dengan berat badan sehat.

Lebih lanjut, 74 persen orang dengan obesitas lebih mungkin untuk dirawat di ICU, dan 48 persen memiliki kemungkinan besar meninggal dunia yang lebih besar.

Kombinasi faktor fisiologis dan sosial, disinyalir menjadi penyebab hal tersebut. Pengidap obesitas rentan mengalami gangguan kekebalan, peradangan kronis, dan darah yang rentan menggumpal.

Semua faktor itu, dapat memperburuk penyakit Covid-19. Selain itu, pengidap obesitas kerap mendapat stigma dari masyarakat, sehingga mereka mungkin memilih untuk menghindari perawatan medis.

“Kami tidak memahami sejak awal apa faktor risiko utama obesitas. Baru belakangan ini kami menyadari dampak yang mengerikan dari obesitas, terutama pada kelompok usia yang lebih muda,” kata Anne Dixon, seorang dokter dan ilmuwan yang mempelajari obesitas dan penyakit paru-paru di Universitas Vermont.

Baca juga: Studi: Obesitas Dapat Memperparah Covid-19

Penyebab melonjaknya Covid-19 di AS

Obesitas ditengarai menjadi penyebab dahsyatnya efek pandemi Covid-19 di Amerika Serikat. Negara itu mencatat, sedikitnya ada 40 persen orang dewasa yang mengidap obesitas.

Pengidap obesitas lebih mungkin, daripada orang dengan berat badan normal, untuk memiliki penyakit lain yang merupakan faktor risiko independen untuk Covid-19 parah, termasuk penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan diabetes.

Mereka juga rentan terhadap sindrom metabolik, di mana kadar gula darah, kadar lemak, atau keduanya tidak sehat dan tekanan darah mungkin tinggi.

Sebuah studi baru-baru ini dari Universitas Tulane terhadap 287 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, menemukan bahwa sindrom metabolik itu sendiri secara substansial meningkatkan risiko masuk ICU, ventilasi, dan kematian.

Tanda-tanda obesitas

Mengutip laman resmi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2TPM) ada sejumlah tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mengidap atau berisiko obesitas, yaitu:

  • Adanya keluhan seperti mendengkur (snoring) dan nyeri pinggul.
  • Terdapat timbunan lemak di atas dada, leher, muka, lengan, bawah perut, pinggul, paha, perut atas, pinggang, dan perut bawah.
  • Riwayat sosial/ psikologis misalnya stres.
  • Riwayat keluarga yaitu orang tua dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
  • Riwayat mengonsumsi obat-obatan seperti obat untuk menggemukan badan, terapi hormonal tertentu, steroid, dan lain-lain.
  • Riwayat berat badan sebelumnya.

Baca juga: Alasan Orang dengan Obesitas Lebih Berisiko Tinggi jika Terinfeksi Virus Corona

Sementara itu, penyebab seseorang mengidap obesitas, selain pola makan, salah satunya adalah akibat pola aktivitas, yaitu: 

  • Sering menonton televisi, bermain komputer, dan games tanpa melakukan aktivitas lebih dari 2 jam per hari.
  • Kurang latihan fisik.
  • Aktivitas fisik yang dilakukan secara terus menerus kurang dari 30 menit per hari.
  • Kurang gerak (misalnya lebih senang menggunakan kendaraan bermotor daripada jalan kaki, menggunakan lift daripada tangga, dsb).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap obesitas antara lain: genetik, ketidakseimbangan hormonal, terapi obat tertentu seperti kortikosteroid, kontrasepsi oral, gangguan psikologis (stres), dan kondisi medis lainnya.

Baca juga: Mengenal Malaise, Salah Satu Gejala Ringan Pasien Terinfeksi Covid-19

P2PTM Kemenkes RI Penyebab Obesitas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi