Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah Bill Gates Meninggal Dunia, Berikut Sepak Terjangnya Selama Ini

Baca di App
Lihat Foto
Seattletimes.com
Mendiang William H.Gates, ayah pendiri Microsoft Bill Gates.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Ayah Bill Gates, yaitu William Henry Gates II meninggal dunia di rumahnya dekat pantai Hood Canal, Amerika Serikat pada Senin (14/9/2020).

Gates meninggal pada usia 94 tahun karena penyakit Alzheimer sebagaimana diberitakan The Washington Post, Rabu (16/9/2020).

Dilansir CNN, Selasa (15/9/2020), Gates Sr. adalah seorang veteran Angkatan Darat dan mitra pendiri di sebuah firma hukum Seattle.

Baca juga: 4 Pesohor Dunia Bantu Lawan Virus Corona, dari Jack Ma hingga Bill Gates

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut sepak terjangnya selama ini:

Bill Gates mengatakan ayahnya konsen dalam memulai organisasi amal yang telah menjadi fokus utama Gates sejak dia mundur dari menjalankan Microsoft.

"Yayasan Bill & Melinda Gates tidak akan seperti sekarang ini tanpa ayah saya," kata Gates.

Ayah Bill Gates menjabat sebagai ketua bersama yayasan mulai tahun 2000.

Baca juga: Bill Gates Nomor Satu, Berikut Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia

Sementara itu dilansir Business Insider, Rabu (16/9/2020), selain dikenal sebagai salah satu pendiri Microsoft, Gates Sr. adalah seorang pengacara ulung dan anggota tetap di komunitas area Seattle.

Gates Jr. menulis penghormatan untuk ayahnya, dirinya merasa beruntung memiliki pria yang luar biasa itu dalam hidupnya selama bertahun-tahun.

"Kami tidak sendirian dalam perasaan ini. Kebijaksanaan, kemurahan hati, empati, dan kerendahan hati ayah saya memiliki pengaruh besar pada orang-orang di seluruh dunia," tulisnya.

Gates Sr. ikut mendirikan firma hukum Preston Gates & Ellis, yaitu pendahulu dari firma hukum internasional K&L Gates.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Djoko Tjandra, Mengapa Penegak Hukum Justru Melanggar Hukum?

Selain itu Gates Sr juga menjabat sebagai presiden untuk asosiasi bar county dan negara bagian dan merupakan anggota aktif organisasi termasuk Kamar Dagang Greater Seattle dan United Way.

Baru-baru ini, Gates Sr. menjabat sebagai ketua bersama dari Bill and Melinda Gates Foundation, di mana dia membimbing visi dan arah strategis yayasan.

Masih dari The Washington Post, sosok Gates Sr. tak lepas dari masa depresinya di kelas pekerja Bremerton, di seberang Puget Sound dari Seattle, Amerika Serikat.

Sarjana hukum

Ayahnya sering membawa pulang potongan batu bara yang jatuh dari truk pengiriman untuk digunakan memanaskan rumah mereka.

Dia lahir di Bremerton pada tanggal 30 November 1925. Saat remaja, dia adalah seorang Eagle Scout (pangkat tertinggi di Pramuka).

Setelah dinas Angkatan Darat dalam Perang Dunia II di Pasifik, Gates masuk Universitas Washington dan menerima gelar sarjana pada tahun 1949. Dia juga mendapat gelar sarjana hukum pada 1950.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

Tahun berikutnya, dia menikahi Mary Maxwell, kekasih kampusnya, dan mereka memiliki tiga anak.

Menurut keluarganya, ia sosok yang emosional tapi juga kompetitif. Mulai dari pertandingan kartu hingga tenis meja, bahkan percakapan makan malam tentang peristiwa dunia.

Dia membantu membangun Preston Gates & Ellis yang sekarang bernama K&L Gates dan menjadi salah satu firma hukum terkemuka di Seattle.

Baca juga: Benarkah Anak Miskin Cenderung Tetap Miskin Ketika Dewasa?

Bantuan hukum bagi orang miskin

Sebagai presiden asosiasi pengacara kabupaten dan negara bagian, dia mengumpulkan dana untuk bantuan hukum bagi orang miskin.

Selain itu, dia membenamkan dirinya sebagai wali, petugas, dan sukarelawan di organisasi seperti United Way dan Planned Parenthood.

Dia juga menulis buku berjudul “Showing Up for Life”. Isinya mengenai kebaikan yang sangat besar dicapai ketika wanita diberdayakan dan diberi pilihan.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenang Steve Jobs, Sang Pendiri Apple

Pada pertengahan 1990-an, saat dia hampir pensiun, putra dan menantunya memintanya untuk mengawasi permintaan data yang mengalir ke organisasi filantropi.

Untuk memisahkan surat yang sangat banyak, Gates awalnya mengandalkan sistem kotak kardus yang disimpan di ruang bawah tanahnya.

Berbagai upaya filantropis di bidang kesehatan, akses publik ke komputer, dan mempersiapkan siswa minoritas berpenghasilan rendah untuk masuk ke perguruan tinggi bergabung dengan Bill & Melinda Gates Foundation pada 2000.

Dananya tumbuh menjadi puluhan miliar dolar. Gates Sr. sangat terlibat dalam penyaluran ratusan juta dollar setiap tahun dalam bentuk hibah.

Baca juga: Alasan di Balik Dana Bansos yang Kerap Diselewengkan

Kesehatan reproduksi dan anak-anak

Pacific Northwest menyita sebagian besar fokusnya. Yayasan itu mendanai lembaga budaya dan pendidikan regional serta organisasi yang menyediakan perumahan transisi bagi keluarga tunawisma.

Tapi minat Gates Sr. sebenarnya ada pada kesehatan reproduksi dan anak-anak.

Jadi dia juga memberi dukungan awal dari Inisiatif Vaksin AIDS Internasional yang berbasis di New York, landasan investasi Gates selama puluhan tahun dalam upaya memerangi penyakit tersebut.

Baca juga: 5 Mitos Keliru Seputar HIV/AIDS

Belakangan ia menjadi duta keliling untuk yayasan, sementara kepala eksekutif Patty Stonesifer (mantan pejabat senior Microsoft yang dengannya ia berbagi gelar wakil ketua) berfokus pada manajemen dan strategi.

Dia memuji Gates Sr. karena membantu secara dramatis dalam meningkatkan staf dan melayani sebagai pemimpin budaya seiring pertumbuhan organisasi.

Gates Sr. juga membantu membangun profil global filantropi, melakukan perjalanan melintasi sub-Sahara Afrika pada 2002 bersama mantan presiden Jimmy Carter dan istrinya.

Baca juga: Mengenal Gejala dan Cara Penularan HIV/AIDS...

Mereka bertemu dengan para pemimpin pemerintah, pelacur, dan pasien klinik untuk mempromosikan penggunaan kondom dan vaksin antiretroviral untuk mencegah penyebaran AIDS.

Gates menolak pandangan beberapa donor Amerika yang tak mau mendukung pekerjaan amal dan pemberian hibah yang sangat dibutuhkan di Afrika karena korupsi endemik di negara itu.

“Saya kira itu kenaifan pribadi saya, tapi saya selalu berpihak pada 'Demi Tuhan, kita harus melakukan sesuatu,' daripada mengatakan, 'Mari kita tunggu sampai mereka memperbaikinya,'" katanya.

Baca juga: Mengenang 19 Tahun Serangan 11 September di AS...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi