KOMPAS.com - Hingga saat ini, satu-satunya planet di tata surya yang diketahui dapat ditinggali oleh makhluk hidup adalah Bumi.
Di luar itu, belum diketahui secara pasti apakah ada planet lain yang memungkinkan untuk ditinggali.
Salah satu planet yang kerap disebut akan menjadi Bumi masa depan adalah Mars.
Namun kali ini, Venus, planet kedua terdekat dengan Matahari, disebut-sebut menyimpan potensi kehidupan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: NASA Ungkap Keberadaan Air di Mars
Gas mirip di bumi
Dilansir dari , ternyata ada gas yang teramati di lapisan atmosfer Venus. Gas itu juga terdapat di Bumi, dan dihasilkan oleh mikroba-mikroba tertentu.
Terbaru, studi dari Jane S Greaves dari Universitas Cardiff, Inggris, dan rekan yang dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy, Senin (14/9/2020), menyebutkan gas ini ditemukan pada ketinggian 50-60 kilometer di atas permukaan Venus.
Di bagian ini, suhunya telah turun hingga mencapai 20-30 derajat celsius. Sementara ini dugaan mengarah pada adanya potensi tanda-tanda kehidupan di planet tetangga itu.
Namun jika bukan, maka gas itu hanya tercipta dari proses kimia tidak biasa yang belum dipahami oleh manusia.
Salah satu ahli astrobiologi dari Westminster University, Lewis Dartnell, menyebut gas itu terlihat jauh lebih pekat daripada yang bisa dijelaskan dengan metode yang diketahui.
Gas ini berupa fosfin yang pertama kali teramati pada Juni 2017 oleh tim peneliti menggunakan teleskop radio James Clerk Maxwell Telescope di Hawaii, Amerika Serikat, kemudian dikonfirmasi pada Maret 2019 menggunakan teleskop.
Di Bumi, fosfin salah satunya dihasilkan oleh mikroba yang tumbuh subur di lingkungan dengan oksigen rendah.
Sifat kimiawi fosfin belum diketahui dengan baik, dan ada kemungkinan gas itu memang lebih mudah bertahan di lapisan atmosfer Venus yang lebih rendah dan beriklim sedang.
Kondisi itu bisa melindungi fosfin dari sinar matahari yang mendorong reaksi fotokimia yang dapat merusaknya.
Spekulasi adanya mikroba
Sementara itu mengutip Science Daily, selama beberapa dekade ini para astronom telah berspekulasi lapisan atmosfer tinggi di Venus memang bisa menjadi rumah bagi para mikroba yang mengambang bebas.
Tim yang terdiri dari peneliti yang berasal dari Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang memperkirakan fosfin yang ada di Venus memiliki konsentrasi kecil.
Mereka membuat perhitungan apakah ini berasal dari proses alami non-biologis di sana, atau bukan.
Tim menyebut beberapa hal yang mungkin membuat gas itu melayang tinggi di atmosfer Venus adalah sinar Matahari, mineral yang dimuntahkan gunung berapi, atau kilat. Namun semuanya belum ada yang meyakinkan.
Sumber-sumber tadi, paling tidak hanya mampu menghasilkan 1/10.000 fosfin yang terpantau teleskop terlihat di Venus.
Baca juga: Petang Ini, Saksikan Dekatnya Jarak Merkurius dan Venus, Bagaimana Caranya?
Mengutip laman NASA Space Flight, salah satu cara termudah untuk menghasilkan fosfin secara alami adalah sebagaimana yang terjadi pada Jupiter da Saturnus, di atmosfernya ada tekanan yang sangat besar yang dapat menghasilkan fosfin dengan memanfaatkan hidrogen.
Namun, ini tidak mungkin terjadi pada Venus, karena kurangnya atom hidrogen di sana.
Diduga, ada proses yang belum diketahui, suatu proses yang para peneliti belum mendapatkan datanya dari misi-misi luar angkasa sebelumnya yang menyebabkan munculnya gas yang salah satunya diartikan sebagai tanda-tanda kehidupan ini.
Kemungkinan adanya kehidupan
Dikutip dari BBC, fosfin di Bumi dihasilkan oleh mikroba di usus hewan, seperti penguin, atau di lingkungan dengan oksigen terbatas, seperti rawa.
Namun, senyawa ini juga bisa dihasilkan oleh industri atau proses abiotik, seperti aktivitas vulkanik, kilat, atau jatuhan meteorit.
Namun, karena tak ada pabrik dan berbagai proses abiotik, di Venus hanya mampu dihasilkan fosfin 10.000 kali lebih kecil dibandingkan yang terdeteksi.
Maka, dugaan utama atas keberadaan senyawa tersebut dihasilkan oleh mikroba tertentu yang ada di Venus.
”Sejak dulu para ahli sudah menduga, kalaupun di Venus ada kehidupan, kehidupan itu tidak akan berada di permukaan Venus, tetapi di atmosfer bagian atasnya,” kata peneliti astrobiologi yang juga Guru Besar Astronomi Institut Teknologi Bandung, Taufiq Hidayat dikutip dari Harian Kompas (16/9/2020).
Baca juga: Rekor Kasus Harian 3.963 Positif, Epidemiolog: Tak Selalu Negatif
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.