Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Pewarna Makanan Karmin Berasal dari Kutu Daun, Ini Penjelasan LIPI

Baca di App
Lihat Foto
Twitter: Republik Video
Tangkapan layar video berisi informasi pewarna makanan disebut berasal dari kutu daun.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah video yang menampilkan sejumlah produk makanan dengan perasa strawberry tengah viral di media sosial pada Senin (14/9/2020).

Pengunggah video tersebut yakni akun Twitter REBVBLI VIDEO, @repvblikvideo.

"Baru tau kalau kutu ternyata enak. Auto seminggu enggak minum susu dan yogurt strawberry," tulis akun @repvblikvideo dalam twitnya.

Baca juga: Sakit Perut Usai Minum Susu? Mungkin Ini Penyebabnya Menurut Ahli Gizi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, dalam video tersebut dijelaskan bahwa pewarna karmin dalam produk makanan tersebut berasal dari kutu daun.

Hingga Kamis (17/9/2020), video tersebut telah ditonton lebih dari 120.800 kali dan telah disukai sebanyak 2.600 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Kasus Orangtua Beri Kopi pada Bayi, Susu Kedelai Bisa Jadi Alternatif

Lantas, benarkah kutu daun merupakan bahan pewarna yang disebut karmin tersebut?

Peneliti bidang botani fitokimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Andria Agusta mengungkapkan bahwa karmin memang berasal dari serangga yakni cochineal.

"Memang karmin (carmine) merupakan zat warna dari sejenis serangga atau insect. Senyawa berupa kompleks antrakuinon yang berwarna merah pekat," ujar Andria saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/9/2020).

Menurutnya, senyawa kompleks karmin ini dibuat dari carminic acid.

"Nah caminic acid inilah yang diisolasi dari insect/serangga," lanjut dia.

Baca juga: Mengapa Lebah Madu Mati Setelah Menyengat?

Selain itu, Andria menjelaskan, proses isolasi yang dimaksud dapat dilakukan dengan beragam cara.

Salah satunya dengan merebus serangga tersebut dengan air.

"Saat merebus dengan air, nanti zat warnanya akan terlarut dan kalau dikeringkan akan didapat zat warnanya. Itu cara paling sederhana," kata dia.

Kemudian, jika seseorang ingin mendapatkan mutu yang bagus, maka diperlukan perlakuan tambahan seperti membuang lemak pada kutu daun terlebih dulu.

Setelah lemaknya dibuang, serangga itu dapat diekstrak menggunakan pelarut organik seperti etanol.

"Selanjutnya, baru masuk tahapan proses permurnian yang bisa juga dengan teknik pengendapan," lanjut dia.

Baca juga: Artis Banyak Terjerat Narkoba, Fenomena Apa?

Mengenai pewarna makanan, Andria menambahkan, kutu daun yang dijadikan pewarna makanan ini sudah disetujui oleh BPOM AS.

Namun, bagi beberapa orang, pewarna alami ini dapat menyebabkan alergi.

Tak hanya itu, Andria mengungkapkan bahwa warna karmin yang dihasilkan dari kutu daun juga dipakai untuk pewarna sutra, tekstil, dan digunakan sebagai pewarna cat.

Baca juga: Update Perkembangan Vaksin di Seluruh Dunia, dari Gunakan Tembakau, Serangga hingga Gorila

Dijadikan sebagai pewarna kosmetik

Tak hanya itu, karmin juga dimanfaatkan untuk pewarna pada sejumlah produk perawatan tubuh atau skincare.

Hal ini juga dibahas dalam situs Holistic Wellness Coaching, laman yang dibuat oleh profesional yang mengambil pendekatan integratif untuk membantu orang belajar membuat perubahan gaya hidup sehat.

Dilansir dari Holistic Wellness Coaching (7/1/2020), carmine adalah bagian dari keluarga pewarna makanan yang digunakan untuk membuat makanan kemasan dan olahan terlihat lebih hidup dan menarik.

Baca juga: Kenali Lamanya Melihat Efek Sebenarnya dari Produk Skincare

Warna merah cerahnya dapat ditemukan di semua jenis produk makanan yang berjejer di rak supermarket, termasuk permen, es krim, makanan ringan anak-anak, minuman, dan lainnya.

Selain itu, carmine juga dapat ditemukan dalam produk perawatan tubuh seperti eyeshadows, shampo, dan lotion.

Di samping itu, carmine dapat dijadikan pewarna dalam makanan, kosmetik, dan produk perawatan tubuh, tetapi keduanya memiliki sumber yang berbeda dan dapat menyebabkan berbagai reaksi pada manusia.

Baca juga: Teror Hewan Sepanjang 2019: Tawon Ndas, Harimau, hingga Ular Kobra

Sejarah penggunaan carmine

Meski bermanfaat dalam sejumlah produk yang dikonsumsi sehari-hari, carmine memiliki sejarah yang menarik.

Diketahui, carmine berasal dari suku Aztec di tahun 1500-an.

Ketika orang Eropa menemukan budaya mereka selama eksplorasi, mereka menggunakan ekstrak cochineal sebagai pewarna untuk kain dengan warna merah cerah.

Baca juga: Selain Belanja, Kamu Juga Bisa Belajar Membatik di Kampung Batik Laweyan

Serangga ini digunakan sebagai pewarna di budaya Timur Tengah, Mediterania, dan Mesir.

Pewarna bubuk yang dihasilkan dari serangga skala ini disebut kermes, qirmiz, dan nama daerah lainnya, termasuk carminium Latin Abad Pertengahan yang merupakan asal nama modern carmine.

Sejak itu, pewarna carmine telah digunakan untuk sejumlah tujuan termasuk pewarna makanan agar terlibat lebih menyenangkan dan menggugah selera.

Baca juga: Viral, Video Cara Mematikan Kutu dengan Raket Listrik ke Tubuh Kucing, Ini Penjelasan Dokter...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi