Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawab Keraguan, Produsen Vaksin Covid-19 Beberkan 135 Halaman Laporan Penelitian

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi vaksin corona
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Dua perusahaan terdepan yang tengah berupaya mengembangkan vaksin Covid-19, Moderna dan Pfizer merilis detail atau road map tentang bagaimana mereka mengevaluasi vaksinnya.

Pengungkapan informasi ini dilakukan pada Kamis (17/9/2020) setelah tekanan publik muncul. 

Dengan merilis detail tersebut, kedua perusahaan berharap dapat memperoleh kepercayaan publik dan ilmuwan yang sebelumnya menuntut rincian studi dari vaksin yang dikembangkan.

Moderna dan Pfizer mengungkapkan detail bagaimana peserta uji coba vaksin dipilih dan diawasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarat uji coba dapat dihentikan lebih awal jika ada masalah, dan bukti yang akan digunakan peneliti untuk mengukur apakah orang yang diberi vaksin terlindungi dari Covid-19.

Biasanya, perusahaan akan membagikan dokumen atau informasi ini setelah penelitian selesai.

Pembukaan informasi ini bertujuan untuk membantah tuduhan yang tumbuh bahwa dorongan Presiden Trump untuk dapat memproduksi vaksin sebelum pemilihan umum tanggal 3 November justru menghasilkan produk yang tidak aman.

Baca juga: Update Covid-19 di Dunia 19 September: Rekor Kasus Harian di Perancis, 13.215 Terinfeksi

Detail pengembangan vaksin

Melansir New York Times, Kamis (!7/9/2020), penelitian Moderna melibatkan 30.000 peserta dan Pfizer sebanyak 44.000 peserta.

Informasi yang diungkap termasuk waktu yang dibutuhkan hingga dapat mengetahui apakah vaksin bekerja atau tidak, yaitu sampai tahun depan untuk Moderna.

Waktu tersebut tidak sesuai dengan prediksi optimis presiden yang menyebut bahwa vaksin dapat tersedia secara luas di publik pada Oktober.

Sementara, rencana yang diungkap Pfizer tidak memperlihatkan estimasi waktu tentang kapan hasil dapat tersedia.

Ketua Eksekutif perusahaan berulangkali mengatakan bahwa pihaknya berharap memperoleh jawaban paling cepat di bulan Oktober. Sedangkan Moderna mengatakan dapat memperoleh hasil sebelum akhir tahun. 

Dokumen laporan berisi 135 halaman milik Moderna mengindikasikan bahwa analisis pertama dari data uji coba awal kemungkinan tidak dilaksanakan hingga akhir Desember meskipun mereka mengatakan perkiraan analisis awal di bulan November. 

Untuk itu, ada kemungkinan tidak cukupnya informasi untuk mengukur apakah vaksin bekerja dan analisis akhir kemungkinan tidak dilakukan hingga beberapa bulan setelahnya.

Baca juga: Saat Masker Disebut Lebih Efektif Cegah Covid-19 Dibanding Vaksin...

Tuntutan keterbukaan rencana

Sebelumnya, para peneliti mendesak para pembuat vaksin untuk membagikan rincian atau blueprints dari studi mereka sehingga para ahli di luar dapat mengevaluasinya.

Moderna, AstraZeneca dan Pfizer, yang berkolaborasi dengan perusahaan asal Jerman, BioNTech, adalah beberapa pengembang vaksin terdepan untuk melawan pandemi virus corona.

Juru bicara AstraZeneca mengatakan, perusahaan berniat untuk mempublikasikan protokol miliknya secepatnya.

Sementara Novavax, yang diperkirakan memulai uji coba klinis besarnya tahun ini, tidak memberikan komentar.

Johnson & Johnson, yang berencana memulai uji coba besarnya bulan ini mengatakan, pihaknya akan memberikan lebih banyak informasi untuk dibagikan saat uji coba dimulai.

Respons atas keterbukaan informasi

Dalam sebuah pernyataan, Pfizer mengatakan bahwa mereka tidak biasanya merilis protokol pengembangan yang dilakukan.

"Akan tetapi, kami memahami, pandemi Covid-19 memang menjadi sebuah kondisi yang unik dan keperluan transparansi memiliki alasan jelas," kata pihak Pfizer.

Ahli uji coba klinis di Sripps Research San Diego, Dr Eric Topol pun memberikan "pujian besar" bagi Moderna yang telah membagikan rencananya.

Namun, ia mengaku kecewa karena Moderna berniat untuk memasukkan data orang-orang yang tergolong dalam kasus-kasus ringan Covid-19. 

Menurut dia, bukti efektivitas vaksin akan lebih meyakinkan apabila perusahaan menghitung kasus-kasus sedang hingga berat.

Rencana Moderna juga memungkinkan penghentian uji coba lebih awal dan berpotensi memicu persepsi tentang efektivitas vaksin dan masalah-masalah keamanan.

Dr Topol lebih banyak mengkritik rencana Pfizer karena mereka memasukkan kasus-kasus yang lebih ringan dari Moderna untuk dihitung dan juga menunjukkan kemungkinan penghentian uji coba lebih awal.

"Pergunakan waktu ini. Tidak ada jalan pintas. Tidak ada orang yang akan menyesalinya. Saya telah mellakukan uji coba klinis selama beberapa dekade. Saya tidak tahu jika ada yang lebih penting dari ini. Saya ingin melihatnya dengan benar dan tidak berhenti lebih awal," ungkapnya.

Baca juga: Update 8 Kandidat Vaksin Covid-19, Termasuk yang Diuji di Indonesia

Sebagaimana diketahui, pandemi virus corona masih terus terjadi dan kasus-kasus baru masih dilaporkan setiap harinya.

Proses pengembangan vaksin di dunia pun berusaha dilakukan oleh berbagai pihak untuk membantu menekan penyebaran virus lebih luas.

Melansir data dari laman Worldometers, Sabtu (19/9/2020) pagi, ada 30,6 juta kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi di dunia dengan lebih dari 900.000 kasus kematian yang terjadi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi