Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang 75 Tahun Insiden Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU
Foto kolase peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit saat teatrikal peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/9/2018). Kegiatan tersebut dalam rangka memperingati peristiwa perobekan bendera Belanda menjadi bendera Indonesia pada 19 September 1945.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Hari ini, 75 tahun lalu atau tepatnya 19 September 1945, terjadi insiden di Hotel Yamato, Surabaya.

Saat itu, arek-arek Surabaya melakukan penyobekan bendera Belanda, sehingga menyisakan warna merah dan putih saja.

Peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena bentuk perlawanan terhadap penjajahan.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, pada tahun-tahun sebelumnya diadakan reka ulang atau drama di sekitar Hotel Yamato, yang sekarang bernama Hotel Majapahit.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip Harian Kompas, 11 September 2000, pada tanggal 19 September 1945 pukul 06.00 WIB, tentara Belanda yang tergabung dalam tentara Sekutu menaikkan bendera Belanda berwarna merah-putih-biru di atas puncak Hotel Yamato.

Pengibaran bendera itu membuat warga Surabaya marah. Ribuan warga yang sebagian besar pemuda segera berkumpul di depan hotel.

Sebagian pemuda memakai seragam hitam, yang biasa dipakai oleh Jibakutai, barisan berani mati.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Insiden Hotel Yamato, Pemicu Aksi 10 November 1945

Menurut Sudi Suyono, salah seorang pemuda yang dikutip dari buku berjudul Rakyat Jawa Timur Mempertahankan Kemerdekaan (1994), massa terus datang mengalir.

Jalan Tunjungan, halaman hotel, serta halaman toko yang berdampingan penuh massa dengan luapan amarah. Agak ke belakang halaman hotel itu, beberapa tentara Jepang tampak tenang berjaga di posnya.

Ketika kerumunan semakin memadat, muncullah Residen Sudirman dengan mobil hitamnya. Mobil itu sudah dikenal dan massa pun menyibak memberi jalan.

Residen Sudirman masuk ke hotel diikuti beberapa pemuda, di antaranya Sidik dan Hariyono. Residen Sudirman ditemui Ploegman, yang mengaku sebagai perwakilan Sekutu.

Tak basa basi, Residen Sudirman langsung membicarakan masalah inti, meminta supaya bendera Belanda diturunkan. Namun Ploegman tak mau.

"Tentara Sekutu telah menang perang, dan karena Belanda adalah anggota Sekutu, maka sekarang Pemerintah Belanda berhak menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Itu tidak kami akui," kata Ploegman.

Kemudian Ploegman pergi ke belakang dan muncul kembali dengan menggenggam sepucuk pistol. Dia mengancam Pak Dirman dengan bentakan keras.

Sidik dan Hariyono yang mendampingi Pak Dirman segera menendang pistol dari tangan Ploegman. Pistol itu meletus dengan laras ke atas. Hariyono bergegas membawa Pak Dirman ke luar hotel.

Sementara itu, Sidik bergulat dengan Ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Namun, Sidik pun akhirnya tersungkur kena sabetan kelewang tentara Belanda yang datang karena mendengar bunyi letusan pistol.

Di luar hotel, beberapa pemuda memanjat dinding hotel dan naik sampai ke puncak. Hariyono, yang tadi membawa Pak Dirman ke luar dari hotel, ada di antara pemuda-pemuda itu.

Pemuda Kusno Wibowo telah ada di dekat tiang dan menurunkan bendera Merah-Putih-Biru. Dari atas, ia meminta supaya diberikan bendera Merah-Putih, tetapi tidak ada yang bisa memenuhi permintaannya.

Kusno Wibowo dan Hariyono tidak kehabisan akal. Bendera Belanda yang sudah diturunkan itu dirobek bagian birunya sehingga tinggal merah dan putihnya.

Setelah itu, Kusno Wibowo dan Hariyono mengibarkan kembali bendera Merah-Putih di tiang yang sama.

Peristiwa Bendera di Hotel Yamato ini tidak saja merupakan ujian bagi Belanda, tetapi merupakan ketentuan yang harus diperhitungkan pemimpin Indonesia tentang rencana Belanda kembali menjajah Indonesia.

Hotel Yamato

Hotel ini dibangun pada 1910 dengan nama Hotel Oranje. Saat pertama kali didirikan, hotel itu bergaya colonial art nouveau.

Arsiteknya, J Afprey, orang Belanda. Pendirinya adalah Lucas Martin Sarkies, berasal dari keluarga Sarkies yang terkenal sebagai pemilik kerajaan hotel di Asia.

Nama hotel yang terletak di Jalan Tunjungan, Surabaya, itu beberapa kali berubah. Mulai tahun 1996, hotel tersebut bernama Hotel Majapahit Mandarin Oriental.

Hotel bintang lima itu kini dicat berwarna putih. Padahal mulanya berwarna oranye pekat, seperti namanya.

Pada pertengahan Perang Dunia II (1942), Hotel Oranje diambil alih penjajah Jepang dan dijadikan barak militer dan kamp tahanan sementara untuk perempuan dan anak-anak yang akan dipindahkan ke Jawa Tengah.

Nama hotel pun diganti menjadi Hotel Yamato. Nama ini hanya bertahan tiga setengah tahun, saat penjajahan Jepang.

Baca juga: Perjalanan Hotel Yamato, Lokasi Penyobekan Bendera Belanda di Surabaya

Kamar-kamar yang mempunyai nilai sejarah adalah kamar Merdeka nomor 33 dan kamar Sarkies nomor 44.

Kamar Merdeka adalah kamar yang ditempati Residen Belanda saat terjadi perobekan bendera Belanda.

Kamar yang dulunya memiliki pintu rahasia tersebut sempat diserbu pemuda Surabaya ketika mendesak penurunan bendera Belanda.

Sedangkan, kamar Sarkies adalah kamar tempat keluarga Sarkies, pendiri Hotel Oranje yang selalu singgah di sana apabila datang ke Surabaya.

Di kedua kamar yang termasuk kelas suites itu diletakkan foto dan narasi mengenai sejarah yang terkait pada kamar tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi