Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Tes Covid-19 Lewat Hidung Bisa Merusak Otak

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi
|
Editor: Gloria Natalia Dolorosa

KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial bahwa tes Covid-19 lewat hidung dapat membahayakan otak.

Kerusakan otak dapat mengganggu sirkulasi darah dan penglihatan.

Dokter menegaskan pengujian Covid-19 lewat hidung tidak membahayakan otak.

Sementara, Centers for Disease Control and Prevention menyarankan perlunya tes swab untuk mendiagnosa seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narasi yang Beredar

Akun Facebook Sandy Ashmore pada Selasa (8/9/2020) menulis status yang menyatakan tes Covid-19 adalah tes yang berbahaya, menurut dokter.

Memasukkan alat tes jauh ke dalam hidung menyebabkan kerusakan penghalang haematoencephal dan juga bisa merusak kelenjar endokrin, seperti hipofisis.

Tujuan dari tes ini yakni memecahkan penghalang dan membuat jalan masuk ke otak untuk setiap infeksi.

Rusaknya kelenjar endokrin dapat menyebabkan kelemahan otak, gangguan pada sirkulasi darah, gangguan penglihatan, dan sebagainya.

Di akhir statusnya, tertulis bahwa tidak ada dasar hukum atas intervensi fisik ini dan tes Covid-19 tersebut merupakan pelanggaran masal terhadap kekebalan fisik.

Berikut isi lengkap statusnya:
"can ANYONE share more info on this?

"Covid 19 test is a dangerous test!! This information comes from doctors! Brain access is through the nose! The test has another purpose than what the test supporters say! Inserting a test bar deeply into the nose causes haematoencephal barrier damage and can also damage endocrine glands (e.g. hypophysis). That's why testing hurts so much! The purpose of this deep test is to break the barrier and create an entry into the brain for every infection. When wearing a mouth and nose mask, bacteria and CO2 mask are collected and transported to the brain through the nose channel. Barrier's task is to protect from brain neurotoxins, heavy metals, bacteria and other toxins. If endocrine glands are damaged, symptoms such as muscle weakness, blood circulation, visual disturbances etc. may develop. This text cannot be shared often enough - there is no legal basis for this physical intervention and it is a mass violation of physical immunity!"

Akun Sandy Ashmore juga membagikan gambar tes Covid-19.


Selain akun tersebut, informasi soal bahaya tes Covid-19 tersebar di sejumlah akun di Facebook, antara lain Peggy Harris Kies, Susan Garolacan, dan Aurys Vaišvila.

Penjelasan

Informasi bahwa tes Covid-19 dapat merusak otak pernah muncul pada Juli 2020, juga di media sosial.

Saat itu, narasinya adalah alat tes Covid-19 kemungkinan terkontaminasi dengan sesuatu yang berbahaya, seperti virus. Selain itu, tes PCR membayakan penghalang darah ke otak manusia.

Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Anton Sony Wibowo, menegaskan, tes swab atau usap hidung tidak akan menyebabkan kerusakan otak seperti yang dinarasikan di media sosial.

Ia menekankan, tes swab aman dilakukan dan tidak membahayakan atau merusak otak. Sebab, tes usap tidak akan mencapai penghalang darah otak.

Lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat swab dilakukan. Anton mengatakan, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

"Tidak benar narasi itu (swab test merusak otak). Tes swab hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," kata Anton dikutip Kompas.com.

Tes swab, lanjut Anton, tidak akan merusak penghalang darah otak kecuali pada kondisi tertentu. Misal, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma.

Ia mengatakan, informasi mengenai tes swab disebut dapat merusak otak tersebut tidak memiliki dasar ilmiah dan bukti yang mendukung.

Sebaliknya, swab test sangat direkomendasikan dalam mendeteksi keberadaan virus corona penyebab Covid-19 pada manusia.

"Justru yang direkomendasikan itu swab test. Kalau rapid test kan hanya mendeteksi antibodi yang ada di tubuh," papar Anton.

Tes usap yang merupakan salah satu metode pengujian Covid-19 direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

CDC menyatakan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2 perlu pemeriksaan dari sistem pernapasan, seperti usapan hidung atau mulut atau air liur.

SARS-CoV-2 adalah virus penyebab Covid-19.

Tes virus disarankan untuk mendiagnosa infeksi akut pada individu yang bergejala dan tanpa gejala, memandu pelacakan kontak, pilihan pengobatan, dan persyaratan isolasi.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, narasi di media sosial bahwa tes untuk mendiagnosa infeksi Covid-19 lewat hidung dapat merusak otak tidak benar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi