Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amplop Beracun untuk Donald Trump Diduga Dikirim dari Kanada

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Gedung Putih.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Sebuah amplop yang mengandung racun risin atau ricin dari orang tak dikenal dikirimkan ke Gedung Putih, Amerika Serikat.

Dilansir AP, seorang pejabat penegak hukum AS mengungkapkan amplop tersebut dialamatkan untuk Presiden AS Donald Trump.

Amplop itu diduga berasal dari Kanada, menurut pernyataan dari Royal Canadian Mounted Police, yang menyatakan tengah membantu FBI melakukan penyelidikan.

Keberadaan amplop beracun tersebut diketahui saat berada di fasilitas penyaringan surat yang ada di Gedung Putih.

Baca juga: Amplop Beracun yang Ditujukan kepada Trump Disita Keamanan Gedung Putih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang pejabat AS mengatakan dari investigasi awal, amplop tersebut menunjukkan positif risin.

Akan tetapi pejabat tersebut enggan mendetailkan lebih jauh terkait perkembangan penyelidikan.

Untuk diketahui, risin merupakan racun yang ditemukan secara alami dalam biji jarak.

Dalam sebuah pernyataan, FBI menyatakan timnya tengah menyelidiki surat mencurigakan itu.

Namun, FBI menyebut tidak ada ancaman yang ditemukan terkait keselamatan publik.

Penyelidik federal masih terus bekerja untuk mengetahui dari mana amplop itu dikirim dan mengetahui siapa pengirimnya.

Baca juga: Trump: April 2021 Semua Warga AS Sudah Dapat Vaksin Corona

Pengiriman racun risin yang ditujukan kepada pejabat publik di AS bukan yang pertama kali ini terjadi.

Pada tahun 2018, seorang veteran angkatan laut bernama William Clyde Allen III ditangkap.

Ia mengaku mengirimkan amplop berisi bahan yang menjadi asal racun risin, biji jarak.

Amplop tersebut dikirimkan untuk Trump dan anggota pemerintahannya.

Kemudian, di tahun 2014, seorang laki-laki asal Mississippi dihukum 25 tahun penjara setelah mengirim surat yang ditaburi risin.

Ketika itu, surat mengandung risin itu ditujukan untuk Presiden AS Barack Obama dan pejabat lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi