Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rabbit Haemorrhagic Disease yang Terdeteksi di Singapura

Baca di App
Lihat Foto
CreativeNature_nl
Ilustrasi kelinci
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyakit berbahaya yang menyerang kelinci terdeteksi di Singapura pada Rabu (16/9/2020).

Penyakit itu bernama Rabbit Haemorrhagic Disease (RHD).

Dilansir Straits Times, Sabtu (19/9/2020), virus penyebab RHD terdeteksi pada sampel dari kelinci peliharaan yang dikirim oleh klinik hewan.

Baca juga: Tidak Memejamkan Mata, Bagaimana Cara Ikan Tidur?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Animal and Veterinary Service (AVS) mengatakan penyakit itu sangat menular, akut, dan fatal. Tapi penyakit itu tidak dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan tidak mempengaruhi spesies hewan lainnya.

Dijelaskan juga bahwa tak ada satu pun dari kasus itu yang diketahui riwayat perjalanannya.

Penyelidikan mengungkapkan bahwa mungkin ada hingga 11 kelinci yang terkena dampak. Delapan ekor kelinci telah mati.

Baca juga: Mengapa Semut Selalu Berjalan dengan Cara Berbaris?

Penularan melalui cairan

AVS mengatakan sedang menyelidiki kemungkinan sumber dan penyebaran penyakit tersebut.

Mereka juga akan bekerja sama dengan klinik hewan dan distributor untuk mendapatkan vaksin.

Meskipun tidak ada pengobatan khusus yang tersedia, perawatan yang mendukung dapat diberikan untuk kelinci terinfeksi.

Baca juga: Mengenal Tawon Vespa affinis dan Bahaya Sengatannya...

RHD diketahui endemik di Eropa, Australia, Selandia Baru, Kuba, serta sebagian Asia dan Afrika.

Penyakit itu ditularkan antar kelinci melalui kontak langsung dengan cairan, bulu, dan bangkai yang terinfeksi.

Penularan melalui serangga dan benda-benda seperti sepatu, pakaian dan peralatan juga pernah ada.

Baca juga: Bagaimana Cara Gajah Tidur?

Masa inkubasi

Masa inkubasi RHD adalah antara satu hingga lima hari. Sementara itu kematian dapat terjadi dalam 12-36 jam setelah tanda klinis berkembang.

Gejala yang timbul dari penyakit itu antara lain anoreksia, kusam, sujud, tanda-tanda saraf, erangan dan tangisan. Selain itu juga tanda-tanda pernapasan seperti kesulitan bernapas atau keluarnya cairan dari hidung.

Dokter hewan di Mount Pleasant (East) di bawah Mount Pleasant Veterinary Group (MPVG), Dr Sarah Wong, merekomendasikan agar pemilik memelihara hewan peliharaan mereka di dalam ruangan dan meminimalkan kontak dengan kelinci lain.

“Risiko RHD rendah untuk kelinci yang ditempatkan di dalam ruangan dengan paparan minimal kelinci dari rumah tangga lain,” katanya.

Baca juga: Tak Biasa, Jenis Kelelawar Ini Tidak Tidur Terbalik

Tapi RHD sangat menular di antara kelinci melalui cairan tubuh dan benda yang terkontaminasi.

Artinya, pemilik kelinci mungkin secara tidak sengaja menularkan penyakit ke hewan peliharaannya jika mereka menyentuh kelinci yang terinfeksi.

Hal itu bisa terjadi jika pemilik kelinci tidak mendisinfeksi tangan dan pakaiannya dengan benar sebelum menyentuh kelincinya.

Baca juga: Mengapa Lebah Madu Mati Setelah Menyengat?

Dilansir Science Direct, penyakit hemoragik kelinci menyerang kelinci yang berusia lebih dari dua bulan.

Kelinci yang berusia kurang dari dua bulan tidak mengembangkan penyakit klinis setelah terinfeksi.

Sementara itu tingkat kematiannya lebih dari 80 persen pada strain virus tertentu.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Tawon Vespa affinis yang Merenggut Nyawa Warga Klaten

Kelinci yang terinfeksi secara subklinis dan telah sembuh dari penyakit masih dapat terus-menerus melepaskan virus.

Penyakit itu pertama kali muncul di China pada 1984 pada kelinci yang diimpor dari Eropa.

Penyakit itu juga muncul di Eropa dan menyebar ke berbagai belahan dunia, ditularkan oleh kelinci atau produk kelinci.

Baca juga: Anak-anak di Indramayu Jadi Korban Serangan Tomcat, Bagaimana Cara Penanganannya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi