Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Berinvestasi di Tengah Ancaman Resesi? Simak Ulasan Berikut Ini

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Bank DBS
Ilustrasi investasi.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Indonesia kini tengah bersiap menghadapi resesi ekonomi akibat pandemi virus corona yang tak kunjung usai.

Menteri Keuangan Sri Mulyani, diberitakan Kompas.com pada Selasa (22/9/2020), memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI di kuartal III tahun 2020 minus antara 1,1 persen hingga 2,9 persen.

Jika hal tersebut benar terjadi, maka ekonomi Indonesia masuk dalam kategori resesi teknis, karena dua kuartal berturut minus.

Sebelumnya, pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Tanah Air sudah mengalami kontraksi 5,32 persen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagi Anda yang memiliki cadangan dana dan ingin berinvestasi di tengah ancaman resesi, ada sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan. 

Sebab, menurut Perencana Keuangan Ahmad Gozali, resesi sebetulnya sudah terjadi, hanya tinggal menunggu konfirmasi resmi dari pemerintah.

Ia menjelaskan efek dari resesi sudah dirasakan di dunia investasi dalam lima bulan terakhir. 

"Namun, mungkin akan ada dampak tambahan setelah terkonfirmasi resesi terkait dengan psikologi pasar," kata Gozali saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/9/2020).

Baca juga: Di Ambang Resesi, Bagaimana Tips Mengatur Keuangan yang Baik?

Gozali mengatakan, di masa ketidakpastian ekonomi dan resesi, biasanya persepsi risiko investasi menjadi semakin tinggi.

Oleh karena itu, investor cenderung menjauhi investasi yang berisiko tinggi.

"Saham termasuk yang akan lebih dihindari di masa resesi. Terutama sektor energi, properti, pariwisata yang terdampak secara langsung," ujar dia.

Meski begitu, ia menilai ada sejumlah saham yang masih baik untuk dilirik para investor.

Yakni saham yang defensif seperti consumer goods.

"Karena ini saham-saham produsen barang konsumer yang penjualannya cenderung stabil walaupun terjadi resesi," kata Gozali.

Baca juga: Ancaman Resesi, Masyarakat Jangan Latah Belanja karena Gaya Hidup

Selain itu, investor juga bisa memilih jenis investasi yang minim risiko, misalnya saja SBN (Surat Berharga Negara).

Selain itu, obligasi dan sukuk menurutnya juga akan lebih diminati para investor karena risiko yang rendah.

"Emas dan USD juga mungkin akan lebih dicari sebagai safe haven," ujar dia.

Stagnan

Terpisah, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penurunan aktivitas konsumsi masyarakat akibat perekonomian yang melemah menjadi pendorong kelesuan dalam investasi saham.

"Masyarakat ini punya uang, tapi uangnya disimpan. Kenapa? Karena ada ketakutan yang disebabkan ketidakjelasan situasi di bulan Oktober-Desember. Sehingga, konsumsi masyarakat mengalami penurunan dan investasi pun juga stagnan," kata Ibrahim saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/9/2020).

Baca juga: Jika Terjadi Resesi Ekonomi, Apa Dampaknya pada Harga Bahan Pokok?

Ibrahim menyebut, saham yang stagnan ini terjadi di berbagai lini, termasuk infrastruktur dan ritel. Emiten di kedua sektor itu dia sebut akan mengalami penurunan.

"Kita harus lihat, di lapangan itu orang yang sampai saat ini berani buka makan di tempat itu hanya warteg. Lainnya tidak berani, karena ada ketakutan izinnya akan dicabut," kata Ibrahim,

Ibrahim berpendapat di bulan Oktober mendatang, konsumsi masyarakat dan investasi, kemungkinan besar masih akan tetap stagnan.

"Masyarakat saat ini memang sedang lesu. Ditambah lagi akan ada PHK di mana-mana pada saat resesi nanti terjadi. Bahkan sebelum resesi, masyarakat yang karena WFH hanya bekerja dua atau tiga hari seminggu, mereka digajinya harian. Dan pendapatan mereka turun jauh," kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi