Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Peluang Terjadinya Hujan Lebat Masih Ada Seminggu ke Depan

Baca di App
Lihat Foto
astramotor.co.id
Ilustrasi berkendara saat hujan
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebagian wilayah Pulau Jawa bagian barat mengalami hujan ekstrem sehingga memicu banjir. 

Hal ini dipengaruhi kondisi atmosfer yang labil akibat fenomena gelombang Rosby ekuatorial, bukan oleh pergerakan Monsun Asia yang menandai masuknya musim hujan.

Hujan deras yang menandai pancaroba ini masih berpeluang terjadi hingga musim hujan bulan Oktober mendatang.

Sementara berdasarkan keterangan resmi yang diterima Kompas.com dari BMKG, Selasa (22/9/2020), sejumlah wilayah yang hari ini turun hujan lebat meliputi Bengkulu, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

Sementara esok, Kamis (24/9/2020), hujan deras diperkirakan akan melanda Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Maluku.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: BMKG Memprediksi Cuaca Ekstrem dalam Periode Sepekan ke Depan

Hujan lebat seminggu ke depan

Dikutip dari Harian Kompas (23/9/2020), Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, hujan di musim pancaroba bisa terjadi pada siang hingga sore atau malam hari.

”Peluang hujan lebat masih ada setidaknya sampai sepekan ke depan. Kami akan terus pantau perkembangannya,” ujarnya.

Sementara untuk periode 22-28 September, menurut Fachri, hujan lebat berpeluang terjadi di sebagian Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hampir di seluruh Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.

Menurut Fahcri, musim hujan tahun 2020 ini diprediksi akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia pada bulan Oktober-November.

Sementara selama September-Oktober masih periode peralihan atau pancaroba. Pada situasi ini hujan dapat terjadi, tetapi tidak merata dengan durasi sedang hingga lebat dalam durasi pendek.

Baca juga: Daftar Daerah yang Berpotensi Hujan Lebat hingga 28 September 2020

Hujan es dan kekeringan

Selama masa pancaroba ini yang juga perlu diwaspadai adalah terjadinya hujan ekstrem disertai kilat dan angin kencang. Biasanya puting beliung dan hujan es juga terjadi pada periode ini.

Meskipun di sejumlah daerah, khususnya di bagian barat Jawa, sudah kerap hujan, data BMKG menunjukkan, beberapa daerah di pulau ini masih kemarau. Sragen dan Grobogan, Jawa Tengah, misalnya, belum mendapat hujan selama 30-60 hari.

”Secara umum 90,94 persen wilayah Indonesia masih musim kemarau dan 9,06 musim hujan,” kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto. 

Penyebab hujan

Hujan lebat dalam beberapa hari ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari kondisi global dan regional.

Kondisi global adalah indeks SOI (Southern Oscillation Index) dan Nino 3,4 yang signifikan, yang memengaruhi peningkatan aktivitas pembentukan awan hujan dan curah hujan harian di Indonesia.

Sementara untuk kondisi regional terdapat 5 hal yang menjadi faktor penyebabnya, yakni:  Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuator, suhu muka laut, indeks seruakan dingin, dan pusat tekanan rendah.

Baca juga: Peralihan Musim, BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Indonesia Sepekan ke Depan

Apa itu MJO?

Kepala Subbid Peringatan Dini Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra menjelaskan MJO sebagai fluktuasi utama dalam cuaca tropis yang berbentuk gelombang menjalar di atmosfer pada skala waktu mingguan hingga bulanan.

"Salah satu gelombang atmosfer ini bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dengan membawa massa udara basah. MJO dapat dicirikan sebagai gerakan awan dan curah hujan yang bergerak ke timur di dekat ekuator yang biasanya berulang setiap 30 hingga 60 hari," jelas Agie, Rabu (23/9/2020) siang.

MJO yang terpantau Selasa (22/9/2020) terdapat fenomena gangguan di Laut Andaman dan Samudera Pasifik, timur Filipina.

Kondisi ini meningkatkan aktivitas konvektif di sekitarnya.

"Dampak MJO untuk cuaca di Indonesia khususnya saat fase basah MJO memasuki wilayah Indonesia akan berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di Indonesia bagian barat dan juga tengah," ungkap Agie.

Sehingga apabila itu terjadi saat musim hujan, akan menambah curah hujan yang terjadi di sepanjang wilayah yang dilewatinya.

Sementara untuk gelombang ekuator yang memengaruhi terjadinya hujan ada dua, yakni gelombang Rossby Ekuator dan Kelvin, atau interaksi yang terjadi antara keduanya.

Untuk gelombang Rossby Ekuator, Agie menjelaskan ini sebagai gelombang planeter yang sangat panjang dan merambah ke arah barat secara horizontal di sepanjang ekuator atau pada lintang tertentu.

"Pengaruh gelombang Rossby terhadap pembentukan cuaca di wilayah Indonesia adalah adanya potensi pembentukan awan konvektif yang dapat menimbulkan peningkatan curah hujan terutama jika terjadi bersamaan dengan adanya MJO," sebutnya.

Untuk hari ini juga esok, gelombang ini berpropagasi ke arah barat sehingga potensi peningktan pembentukan awan hujan akan terjadi di Laut Andaman, Sumaterab bagian selatan, sebagian besar Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian selatan, Selat Makassar, Sulawesi bagian selatan, dan Laur Banda.

Adanya potensi peningkatan curah hujan hari ini dan esok, disebut dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, hujan beserta kilat, dan sebagainya.

Wilayah yang ditengarai rawan terjadi bencana ini adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barar, Riau, Lampung, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Baca juga: 200.000 Kematian Covid-19 di AS, Benarkah Trump Prioritaskan Politik?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi