Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Semanggi II

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/SUHARTONO
Suasana kerusuhan tragedi Semanggi II. Tragedi ini diawali dengan aksi mahasiswa dan rakyat menentang RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB).Tokoh-tokoh partai politik, mahasiswa, buruh, lembaga nonpemerintah, profesional, dan kelompok masyarakat sipil lainnya, Sabtu (25/9), mengutuk tindakan (penembakan) brutal aparat keamanan (TNI/Polri) yang mengakibatkan enam orang tewas dan lebih dari 100 luka-luka dalam Tragedi Semanggi II, 23-24 September 1999.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 21 tahun lalu, 24 September 1999, demonstrasi yang menuntut pembatalan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB) di Jakarta berakhir ricuh.

Peristiwa berdarah itu dikenal dengan Tragedi Semanggi II.

RUU PKB dianggap banyak pihak akan menjadi justifikasi bagi TNI untuk menggelar operasi militer.

Selain itu, dikhawatirkan TNI akan masuk dalam ranah publik sehingga berpotensi melumpuhkan gerakan sipil dengan alasan keadaan bahaya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa saat setelah DPR menyetujui RUU PKB, ribuan mahasiswa, buruh, aktivis partai politik, lembaga non-pemerintah dan profesi serentak menuju Senayan.

Tekanan demonstran yang begitu tinggi dan sengit untuk menolak RUU itu mengakibatkan bentrokan berdarah. Puluhan mahasiswa terluka akibat tembakan, injakan, pukulan dan gas air mata.

Baca juga: Keluarga Korban Tragedi Semanggi I dan II Gugat Jaksa Agung ke PTUN

Korban meninggal

Harian Kompas, 26 September 1999, memberitakan, aksi brutal tersebut menyebabkan dua orang meninggal dunia, termasuk di antaranya mahasiswa Universitas Indonesia Yap Yun Hap.

Pada pukul 17.00, 40 mahasiswa UI termasuk Yun Hap berangkat dari stasiun kereta api UI Depok dengan tujuan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, untuk melakukan aksi bersama.

Sesuai kronologi yang disampaikan mahasiswa UI, setibanya di Jalan Casablanca pukul 18.30, rombongan bergabung dengan Komrad.

Lima orang dari rombongan tersebut, termasuk Yun Hap diutus untuk mencek kondisi di Jalan Jenderal Sudirman.

Saat itu, keadaan tenang. Akan tetapi, pada pukul 20.00-20.30 tiba-tiba terjadi penyapuan massa dari arah Casablanca menuju Jembatan Semanggi oleh aparat dengan menggunakan tronton ABRI.

Pada awalnya massa melakukan perlawanan terhadap aparat, setelah itu mulai terdengar tembakan dan massa menyelamatkan diri ke arah Bendungan Hilir atau RSJ. Kokom.

Yun Hap tidak diketahui keberadaannya hingga pukul 22.30. Pada pukul 24.00, mahasiswa mengkonfirmasi ke RSJ untuk menanyakan keberadaan Yun Hap.

Pada 25 September 1999 pukul 00.30, rekan-rekan Yun Hap akhirnya menemukan Yun Hap terbaring di kamar jenazah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan lubang tembakan di punggung kiri atas.

Dari hasil pemeriksaan forensik, disebutkan bahwa korban meninggal akibat penembakan dengan menggunakan peluru tajam.

Baca juga: Mengenang Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II

Temuan TPFI

Untuk mengungkap kasus itu, dibentuk Tim Pencara Fakta Independen (TPFI) yang terdiri dari sejumlah pakar dari berbagai bidang keilmuan.

Harian Kompas, 28 September 1999 memberitakan, TPFI menemukan ada dua kelompok prajurit yang melakukan penembakan brutal kepada massa di sekitar Jalan Jenderal Sudirman.

Pernyataan pihak aparat keamanan tentang adanya pelaku penembakan dari kendaraan lain di luar iring-iringan mobil prajurit, merupakan alasan yang tidak masuk akal.
Terlebih tidak ditemukan keterangan yang mendukung pernyataan itu dari saksi-saksi langsung di lapangan.

Sekretaris TPFI Dr Ir Dadan Umar Daihani menyebut ada dua kelompok tembak, berdasarkan hasil rekonstruksi.

Sekitar pukul 20.30 terdengar tembakan dari jauh dan kemudian terlihat iring-iringan mobil yang mengangkut tentara. Mereka disebut TPFI sebagai kelompok tembak satu.

Sekitar pukul 20.35 suara tembakan makin gencar dan makin dekat.

Mahasiswa dan penduduk mulai berlarian, dan beberapa saat kemudian terlihat iring-iringan tujuh atau delapan truk mengangkut prajurit yang tergabung dalam kelompok tembak pertama di bawah jembatan layang Karet-Sudirman.

Dadan menambahkan, sekitar pukul 20.40, tembakan membabi buta sudah makin dekat. Di saat-saat inilah Yun Hap tertembak, ketika tengah berjalan cepat sambil menunduk, sekitar satu meter menuju jalan masuk ke Rumah Sakit Jakarta.

"Ternyata jam 20.55 ada kelompok tembak (klotem) kedua, dan ada korban tembak berikutnya, Jumadi dan satu pemuda," kata Dadan.

Sementara itu, anggota TPFI Dr Tamrin Amal Tomagola mengatakan, penembekan aparat keamanan pada Tragedi Semanggi II bisa disebut by design.

Sebab, sejak lengsernya Soeharto sampai saat itu ada bingkai besar, yaitu kegamangan militer tentang posisi mereka di era reformasi.

Baca juga: Komnas HAM Minta Pemerintah Tuntaskan Proses Hukum Tragedi Semanggi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi