Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Orang Berpengaruh di Dunia dalam Penanganan Virus Corona Versi TIME

Baca di App
Lihat Foto
TIME
TIME 100 Most Influential People 2020
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Majalah TIME telah merilis 100 orang paling berpengaruh di dunia 2020.

Pandemi virus corona yang merebak sejak akhir tahun lalu, memunculkan nama-nama baru dalam daftar tersebut.

Mereka adalah ilmuwan, perawat, dan pemimpin yang dinilai memiliki pengaruh besar dalam penanganan dan pengungkapan misteri virus corona.

Baca juga: Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh 2020 Versi TIME

Berikut 6 orang berpengaruh dunia dalam penanganan virus corona versi TIME:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tedros Adhanom Ghebreyesus

Nama Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini semakin populer selama pandemi virus corona.

Sebagai Dirjen WHO, Tedros berdiri teguh untuk kesetaraan dan akses kesehatan, sebuah gagasan yang menyebut semua orang berhak atas perawatan kesehatan berkualitas.

Prinsip itu muncul ketika ia melihat bagaimana penyakit yang seharusnya bisa dicegah, merenggut anak-anak di sekitarnya, termasuk adik laki-lakinya.

Ia memiliki peran penting dalam penanggulangan wabah Ebola di Kongo dan kini terus menyuarakan harapan di tengah pandemi Covid-19

Baca juga: Trump Potong Dana WHO, Tedros: Kami Kecewa

Anthony Fauci

Anthony Fauci merupakan Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular. Di masa pandemi, beberapa kali ia menolak untuk ditekan para politisi.

Ia dinilai menyampaikan kebenaran, meski mungkin sulit untuk didengar, dengan sungguh-sungguh dan dengan satu tujuan, yaitu menyelamatkan nyawa.

Keberanian dan keterusterangannya inilah yang membuatnya masuk dalam daftar orang paling berpengaruh versi TIME.

Shi Zhengli

Shi Zengli merupakan seorang ahli virus di Institut Virologi Wuhan dan memimpin salah satu tim pertama yang mengisolasi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Pada tahun 2003 Shi dan rekan-rekannya melakukan perjalanan ke gua-gua di China untuk menemukan asal SARS.

Di sana, mereka menemukan kelelawar yang terinfeksi virus mirip SARS. Selama tahun-tahun berikutnya, Shi telah menyebar ke lebih banyak gua dan menemukan lebih banyak lagi virus korona kelelawar.

Pada 2015, Shi dan rekan-rekannya memperingatkan bahwa hanya masalah waktu sebelum virus corona kelelawar lainnya merebak dan mendatangkan malapetaka.

Lima tahun kemudian, SARS-CoV-2 menjadi buktinya.

Dengan latar belakang ini, ia banyak dituduh sebagai orang yang bertanggung jawab di balik merebaknya virus corona. Tuduhan itu bukan hanya tidak berdasar tetapi juga dinilai berbahaya.

Camilla Rothe

Pada Januari 2020 lalu, Camilla Rothe, seorang spesialis penyakit menular di Munich menjadi salah satu orang pertama yang mendokumentasikan infeksi Covid-19 tanpa gejala.

Laporannya yang diterbitkan tentang penyebaran tanpa gejala pertama kali disambut dengan ketidakpercayaan, penyangkalan dan penghinaan.

Akan tetapi, setelah banyak pasien mengalami kondisi serupa, laporannya itu pun diterima secara luas. Kini, adanya orang tanpa gejala (OTG) menjadi salah satu titik lemah dalam perang melawan pandemi ini.

Temuan Rothe tersebut telah menyelamatkan banyak nyawa. Menurut TIME, jika banyak orang telah mendengarkannya, penyebaran lebih besar mungkin akan bisa dicegah.

Amy O'Sullivan

Amy O'Sullivan merupakan seorang perawat veteran di rumah sakit Wyckoff di Brooklyn, New York.

Ia merawat pasien pertama Covid-19 yang meninggal dunia di kota itu pada awal Maret 2020, sebelum pentingnya penggunaan APD benar-benar dipahami.

Ia pun kemudian terinfeksi virus corona dan mulai menunjukkan gejala beberapa hari setelah merawat pasien itu.

Setelah menghabiskan empat hari dengan ventilator, ia diperkenankan pulang dan beristirahat selama kurang dari dua minggu sebelum kembali bekerja.

Amy hanyalah salah satu dari jutaan pekerja perawatan kesehatan di seluruh dunia yang mempertaruhkan segalanya untuk melayani orang lain.

Zhang Yongzhen

Zhang Yongzhen bersama timnya sukses menemukan genom SARS-CoV-2 pertama, beberapa hari setelah kelompok kasus pertama muncul.

Data tersebut memungkinkan para ilmuwan di seluruh dunia untuk mulai mengembangkan tes pendeteksi virus pada awal Januari 2020.

Kecepatan tim Zhang yang belum pernah terjadi sebelumnya dimungkinkan oleh jaringan pemantauan penyakit luar biasa yang mereka bangun untuk mendeteksi strain flu dan virus corona yang muncul.

Tanpa temuan itu, pandemi Covid-19 mungkin bisa menjadi bencana yang jauh lebih buruk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi