Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian Covid-19 di Indonesia Tembus 10.000, Apa yang Salah?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Warga melintas di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di Petamburan, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Mural tersebut dibuat untuk mengingatkan masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas karena masih tingginya angka kasus COVID-19 secara nasional. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penambahan 128 pasien Covid-19 yang meninggal dunia pada Kamis (24/9/2020), menyebabkan angka kematian akibat virus corona di Indonesia mencapai 10.105 orang.

Angka itu menjadi yang tertinggi di Asia, setelah India dan Iran.

Namun, jika melihat case fatality rate (CFR), Indonesia hanya berada di bawah Iran dengan tingkat kematian 3,8 persen, lebih tinggi dari rata-rata global yang berada pada kisaran 3 persen.

Baca juga: Hari Ini Rekor Kasus Harian Covid-19, Zona Merah Bertambah Jadi 58, Mana Saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak kasus tidak terdeteksi

Menanggapi hal itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menilai wajar angka kematian di Indonesia tinggi.

Sebab, ini merupakan dampak dari rendahnya cakupan tes sejak awal pandemi virus corona mulai merebak di Indonesia.

Akan tetapi, masalah testing sampai saat ini tak kunjung bisa diselesaikan.

"Ini menjadi bukti bahwa penyebaran Covid-19 di Indonesia cepat. Karena laju penyebaran cepat dan testing rendah, maka banyak kasus tidak terdeteksi. Ini penting dalam kaitan waktu," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Baca juga: Anies Larang OTG Covid-19 Isolasi Mandiri di Rumah, Benarkah Akan Menularkan ke Anggota Keluarga Lain?

Konsekuensi logis jika tak mampu melakukan deteksi dini dan cepat, sambungnya, adalah angka kematian yang tinggi.

Bahkan, ia menyebut bahwa angka sebenarnya yang terjadi di lapangan kemungkinan tiga kali lipat lebih tinggi dari laporan pemerintah.

Menurutnya, angka kematian bisa menjadi indikator valid untuk melihat performa program pengendalian virus corona di satu negara atau wilayah.

Baca juga: Mengenal Apa Itu OTG dan Bagaimana Mengujinya?

"Saya tidak mengatakan gagal, tapi ada satu strategi yang tidak memadai, atau bahkan salah," jelas dia.

 

"Nah ini menunjukkan kita harus segera melakukan evaluasi cepat dan serius. Artinya strategi kita selama ini tidak tepat," lanjutnya.

Evaluasi manajemen pengendalian pandemi dan sistem kesehatan

Tak hanya evaluasi dalam hal testing dan tracing, Dicky mengimbau agar pemerintah juga mengevaluasi manajemen pengendalian pandemi dan sistem kesehatan.

Meski beberapa kali mencatatkan rekor kasus harian, ia menyebut Indonesia masih belum mencapai puncak pandemi Covid-19.

"Apa yang terjadi saat ini belumlah yang terburuk, belum mencapai puncaknya," papar dia.

Menurutnya, DKI Jakarta mungkin telah mendekati puncak pandemi, tetapi puncak pandemi secara nasional masih jauh dari puncaknya.

"Karena faktor negara kepulauan ini memiliki dampak dalam keunikan pola pandemi di Indonesia," tutupnya.

Baca juga: Mengenal 6 Pulau Terbesar di Dunia, Sebagian di Indonesia

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Kesalahan Umum Cara Pakai Masker

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi