Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Akmal Taher, Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 yang Mundur

Baca di App
Lihat Foto
Nancy Indriati (Head of Strategy, Business Development and Legal HiLo), Diah S. Saminarsih (Pendiri Center for Indonesia?s Development Initiatives (CISDI) & Staf Khusus Menteri Kesehatan Republik Indonesia Bidang Peningkatan Kemitraan dan SDGs), Anindita Sitepu (Ketua FYI dan Direktur Program CISDI), Prof. dr. Akmal Taher (Staf Khusus Menteri Kesehatan RI Bidang Peningkatan Pelayanan/Salah satu dewan juri Seeds for Change)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Akmal Taher mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis (24/9/2020) kemarin.

Informasi ini disampaikan oleh Akmal saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

"Iya benar," kata Akmal Taher lewat pesan singkat.

Akmal menuturkan, belum maksimalnya proses tracing dan testing Covid-19 di Indonesia membuatnya merasa tidak dapat melanjutkan tugas sebagai bagian tim Satgas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab Akmal menilai, untuk menangani Covid-19 di Indonesia tak cukup hanya dengan pencegahan.

Berikut sedikit profil dari Akmal Taher:

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI)

Akmal Taher merupakan seorang Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Mengutip laman resmi UI, Akmal Taher lahir di Jakarta pada 27 Juli 1955.

Alumnus SMA Kanisius Jakarta tahun 1974 ini melanjutkan ke Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1980.

Kemudian, Akmal melanjutkan pendidikan S2 degan mengambil jurusan Spesialis Urologi FK UI tahun 1988.

Tak berhenti di gelar Master, ia juga meraih gelar Doktor Medikus Hannover Medical School, Hannover, Jerman (1993) dan Doktor FK UI Jakarta (1993).

Akmal juga aktif mengikuti kegiatan pelatihan, salah satu nya adalah pelatihan teknik baru tentang operasi Epididimovasostomi Cornell Medical Center, New York, Amerika Serikat (2003).

Baca juga: Mundur dari Satgas Covid-19, Akmal Taher Kecewa Tracing dan Testing Belum Diutamakan

Penghargaan yang pernah diraih

Beberapa tanda penghargaan yang berhasil diraihnya, antara lain Satyalancana Karya Satya 20 tahun (2004), pemenang terbaik kedua pada "Medika Award" dalam artikel ilmiah dalam majalah Medika (2002) dan hasil terbaik pada "Riset Unggulan Terpadu" dari Meneteri Riset dan Teknologi (1997).

Kemudian, All Star Award Galamedika (1996), Grosshardener Innovationpreis, Jerman (1994), dan "Peneliti Muda Terbaik" di Bidang Kesehatan LIPI Indonesia (1993).

Akmal diketahui juga pemilik hak paten Use of inhibitor of Phosphodiesterase IV di Jerman, USA, Eropa, Kanada dan Jepang.

Sebelum bertugas di Satgas Penanganan Covid-19, Akmal juga bergabung dengan tim pemerintah sebagai anggota tim pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Sementara itu, publik juga selama ini mengenalnya sebagai Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan seorang dokter spesialis urologi.

Dia pernah menjabat sebagai direktur utama Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia.

Tidak bercita-cita sebagai urolog

Akmal mengisahkan, menjadi urolog bukanlah suatu spesialisasi yang dicita-citakannya ketika mulai menginjak bangku sekolah kedokteran di Universitas Indonesia, 1974.

Harian Kompas, Selasa 19 Agustus 1997 memberitakan, saat lulus menjadi dokter pada 1980 dan sempat tiga tahun bertugas di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ia kembali dengan bayangan akan belajar bedah jantung.

"Dokter Djoko (Djoko Rahardjo, seniornya di urologi) mengajak saya masuk urologi. Dia bilang urologi mencakup banyak sekali aspek yang masih perlu dikembangkan," paparnya.

Akmal pun berminat menjalani spesialisasi urologi. Suatu ilmu kedokteran yang mempelajari saluran kencing dan kelamin laki-laki, serta saluran kencing wanita yang berkaitan dengan batu ginjal.

Jadi dalam urologi tercakup impotensi dan infertilitas pada laki-laki.

Kenyataannya bidang yang dipilih memang mengasyikkan. Urologi tidak hanya menjadi cabang yang khas dari ilmu bedah, karena semua teknik bedah bisa dipraktikkan.

Karena waktu itu penelitian, penatalaksanaan, sampai pelayanan untuk impotensi belum memadai, jadilah Akmal belajar klinis dan penelitian sekaligus.

Baca juga: Akmal Taher Mengundurkan Diri, Satgas Covid-19 Cari Penggantinya

 

Para seniornya yang berwawasan, kemudian mengirimnya untuk melakukan penelitian di Hannover, Jerman, 1990.

Di sinilah ia mulai berkenalan dengan ilmu dasar. Di bawah bimbingan Prof Forssmann, mulailah Akmal meneliti berbagai zat penghambat aktivitas enzim fosfodiestrase nukleotida siklik pada otot polos korpus kavernosum.

Otot polos ini adalah jaringan pendukung ereksi pada penis, sementara aktivitas enzim fosfodiestrase akan mengganggu proses relaksasinya. Bila otot polos gagal berelaksasi, terganggulah fungsi ereksi seorang. Jadilah penderitanya impoten.

Akmal menemukan, dari lima tipe enzim fosfodiestrase, pada penis ada tiga tipe yaitu III, IV, V. Fosfodiestrase sendiri merupakan enzim yang bisa ditemukan pada setiap organ tubuh dengan kombinasi tipe yang berbeda-beda.

Hasil inilah yang kemudian mengantarkannya menjadi doktor tahun 1993 dengan predikat cum laude. Penelitian Akmal ini kemudian dikembangkan para peneliti di Inggris tanpa sengaja, ketika mereka sedang mengobati para pasien gangguan jantung.

Obat yang diberikan pada pasien jantung itu, ternyata begitu ditelan menimbulkan ereksi. Setelah diteliti, diketahuilah bahwa obat ini bekerja memengaruhi enzim fosfodiestrase tipe V. Maka hebohlah para ilmuwan yang mendalami impotensi.

Pernah ditangkap Kopkamtib

Pengalaman adalah guru terbaik. Pada sisi lain, nasib manusia juga naik turun. Tampak misalnya pada hubungan Akmal Taher-Soeharto.

Ketika tahun 1978 meletus aksi mahasiswa menggugat kepemimpinan Orde Baru, Akmal termasuk tokoh mahasiswa yang ditangkap Kopkamtib.

Kopkamtib sendiri adalah kepanjangan dari Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban dan memiliki dua tugas pokok.

Di antaranya yakni, memulihkan keamanan dan ketertiban dari akibat-akibat peristiwa pemberontakan G-30-S serta kegiatan-kegiatan ekstrim dan subversi lainnya. 

"Kebetulan saya Ketua Dewan Mahasiswa FKUI. Akibatnya, selama empat bulan lebih saya ditahan di Kampus Kuning, sampai akhirnya dibebaskan begitu saja tanpa pernah diajukan ke pengadilan, hanya terbatas sebagai saksi," ujarnya seperti dikutip Harian Kompas, Senin 3 April 2006.

Baca juga: Akmal Taher Mundur dari Satgas Covid-19

Pertengahan April 1998, setelah melakukan lawatan ke luar negeri, Presiden Soeharto jatuh sakit dan terpaksa dilarikan ke RSCM.

Akmal yang masa itu sudah jadi dokter bedah di RSCM direkrut untuk menangani pasien very very important person (VVIP) tersebut.

Namun saat itu dia merasa tidak ada dendam kepada penguasa Orde Baru tersebut. 

"Yang selalu saya tanamkan, saya dokter, beliau pasien. Ingatan pengalaman pribadi semuanya saya hilangkan. Yang ada di depan saya adalah pasien. Sesuai sumpah dokter serta tuntutan profesi, semua talenta harus saya upayakan untuk mengusahakan sembuh," ucap Akmal.

Sekitar dua bulan sesudah ikut menyembuhkan Pak Harto, Akmal bersama rekan dan sejawatnya datang ke Gedung MPR/DPR. Kali ini, lewat para wakil rakyat, dia meminta Pak Harto lengser.

Baca juga: Kisah di Balik Album The Beatles Abbey Road yang Dirilis 51 Tahun Lalu

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi