Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Riset ITB, Berikut Tanda dan Hal-hal yang Perlu Dilakukan Saat Terjadi Tsunami...

Baca di App
Lihat Foto
HO NEW/REUTERS
Gelombang tsunami menghantam Kota Miyako di Prefektur Iwate setelah gempa 9,0 magnitudo mengguncang wilayah Tohoku, 11 Maret 2011.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) baru-baru ini merilis hasil riset tentang adanya potensi tsunami di selatan Jawa dengan ketinggian mencapai 20 meter yang terbit di jurnal Nature Scientific Report.

Menurut riset tersebut, potensi tsunami di Jawa bagian barat ini berkisar terjadi di wilayah Sukabumi, dan untuk wilayah bagian tengah terjadi di sekitar pantai-pantai di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut saah satu anggota tim peneliti, Endra Gunawan, hasil riset tersebut dilakukan berdasarkan dari analisis data GPS dan gempa yang terekam

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 

Hasil riset tersebut tentu menjadi perhatian bersama. Terlebih mengacu gempa dan tsunami Aceh 2004, dampak baik dari segi korban jiwa dan kerusakan yang ditimbulkan sungguh luar biasa.

Namun, perlu diingat bahwa hingga saat ini, tidak ada tekonolgi apa pun yang bisa memastikan kapan dan di mana gempa besar maupun tsunami terjadi.

Potensi tsunami memang dapat diperkirakan dengan berbagai model, tetapi perkiraan tinggi tsunami dan waktu tibanya hanya dapat dihitung setelah gempa benar-benar terjadi.

Untuk itu, salah satu hal terpenting yang perlu dilakukan saat ini adalah memahami langkah-langkah mitigasi pada bencana tsunami.

Baca juga: Panduan Langkah Evakuasi Darurat Peringatan Dini Tsunami di Tengah Pandemi Covid-19

Tsunami 

Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam atau lebih.

Jenis bencana ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari gempa bumi yang terjadi di dasar laut, runtuhan di pantai, hingga karena letusan gunung api di laut.

Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, kecepatan gelombang tsunami akan menurun, namun ketinggian gelombang akan meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.

Baca juga: Gempa Bumi, Ini Cara Menyelamatkan Diri yang Direkomendasikan BNPB

Melansir Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana dari BNPB, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi bencana tsunami:

1. Pra bencana

  • Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa (intensitas gempa lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain)
  • Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami setelah gempa terjadi
  • Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk sementara waktu setelah satu gempa besar mengguncang
  • Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut
  • Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi

Baca juga: Saat Populasi Hewan di Dunia Turun 68 Persen dalam 50 Tahun...

2. Saat bencana

  • Setelah gempa berdampak pada rumah Anda, jangan berupaya untuk merapikan kondisi rumah. Waspada gempa susulan!
  • Jika Anda berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman
  • Tidak semua gempa memicu tsunami. Jika mendengar sirine tanda bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya tsunami, Anda perlu segera menyingkir dari daerah pantai. Perhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam proses evakuasi
  • Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah di sana karena gelombang tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang pertama serta dengarkan informasi dari pihak yang berwenang melalui radio atau alat komunikasi lainnya
  • Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang
  • Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh karena itu, sebelum ada pengumuman dari pihak berwenang bahwa kondisi telah aman, janganlah meninggalkan tempat evakuasi karena seringkali gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi dan berbahaya.
  • Hindari jalan melewati jembatan. Anda dianjurkan untuk melakukan evakuasi dengan berjalan kaki.
  • Bagi Anda yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi kemacetan, segera kunci dan tinggalkan kendaraan serta melanjutkan evakuasi dengan berjalan kaki
  • Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, upayakan untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan.

Langkah-langkah tersebut secara lengkap dapat diakses melalui tautan ini.

Baca juga: Menilik NYIA, Bandara Pertama yang Diklaim Tahan Gempa dan Tsunami

Evakuasi gempa dan tsunami

Beberapa waktu lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah merilis panduan evakuasi gempa dan tsunami di tengah pandemi virus corona.

Melansir situs resmi BMKG, jika goncangan gempa terasa kuat atau gempa berayun lemah dalam waktu lama, masyarakat diimbau untuk segera melakukan evaluasi mandiri tanpa menunggu peringatan dini tsunami atau perintah evakuasi dari pihak berwenang.

Saat evakuasi mandiri, sebisa mungkin tetap menjaga jarak fisik, mengenakan masker, dan mengikuti kebijakan di daerah masing-masing, misalnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca juga: Rumus 20-20-20 saat Peringatan Dini Tsunami, Seberapa Efektif?

BMKG menegaskan bahwa evakuasi tsunami harus mengutamakan keselamatan jiwa.

Evakuasi mandiri dapat dilakukan masyarakat dengan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES), di mana setelah ancaman tsunami berakhir, dengan arahan pihak berwenang, masyarakat dapat menuju Tempat Evakuasi Akhir (TEA) atau jika tidak terjadi tsunami, maka dapat kembali ke rumah.

Jika masyarakat harus tinggal di TEA lebih lama, maka dukungan fasilitas dan medis yang baik harus diberikan.

Baca juga: Catat, Ini 5 Hal yang Harus Dilakukan Masyarakat untuk Hadapi Bencana

Untuk itu, kesiapsiagaan tsunami dalam masa pandemi Covid-19 setidaknya meliputi:

  • Peninjauan lokasi rumah sakit
  • Penyiapan TES dan TEA
  • Sarana, prasarana, dan protokol pekerja sosial
  • Rencana evakuasi dan protokol kesehatan

Selain itu, evakuasi juga didasarkan pada penggolongan orang yang terdampak Covid-19, termasuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Adapun informasi lengkap mengenai panduan langkah evakuasi darurat peringatan dini tsunami dalam situasi Covid-19 dapat diakses di sini.

Baca juga: Bagaimana Cara Membedakan Flu dengan Covid-19?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Antisipasi Gempa Bumi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi