Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak, Ini 5 Obat yang Diklaim Menjanjikan untuk Atasi Corona

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PCPartStudio
Ilustrasi obat-obatan steroid. WHO telah merekomendasikan penggunaan obat steroid untuk pengobatan pasien Covid-19 dengan sakit parah dan kritis.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Peneliti dari berbagai belahan dunia masih berlomba dalam menciptakan obat yang ampuh untuk mengatasi virus corona.

Beberapa obat sudah memasuki uji coba fase 2 hingga 3, dan hasilnya diklaim cukup menjanjikan.

Berikut ini 5 obat Covid-19 dilansir Business Insider, Rabu (23/9/2020):

1. Obat antibodi dari Eli Lilly

Obat pertama dalam daftar ini adalah obat antibodi dari perusahaan Eli Lily. Obat ini diklaim dapat mengurangi risiko rawat inap.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antibodi penetral adalah respons alami tubuh terhadap patogen asing. Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci, menyebut antibodi penetral sebagai standar emas perlindungan terhadap infeksi virus.

Untuk membuat terapi antibodi, para ilmuwan mencari antibodi paling kuat di antara sekumpulan antibodi, kemudian mengkloning dan memproduksi antibodi tersebut dalam skala besar.

Baca juga: Tak Percaya Trump, New York Akan Uji Sendiri Vaksin Corona

Salah satu perusahaan yang mengembangkan obat corona dengan metode antibodi penetral adalah perusahaan Eli Lilly. Mereka mulai menguji obat antibodi yang disebut LY-CoV555 pada pasien mulai bulan Juni 2020.

Pada bulan yang sama, obat tersebut memasuki uji coba fase 2 pada orang dengan kasus Covid-19 ringan hingga sedang. Perusahaan mengumumkan hasil awalnya minggu lalu.

Perusahaan mengatakan telah menguji tiga dosis berbeda LY-CoV555 terhadap plasebo dalam percobaan yang melibatkan sekitar 450 pasien.

Pada dosis 2.800 mg telah berhasil memenuhi target percobaan untuk secara signifikan mengurangi keberadaan SARS-CoV-2 setelah 11 hari.

Namun, dosis obat antibodi lainnya, termasuk dosis 700 mg dan dosis 7.000 mg, tidak memenuhi tujuan itu.

Akan tetapi, disebutkan dari obat itu membuat risiko rawat inap 72 persen lebih rendah.

Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Johnson & Johnson Tunjukkan Respons Kekebalan Tubuh Kuat

“Karena ini adalah data klinis pertama yang kami lihat dari antibodi penetral, saya menemukan hasil yang cukup menggembirakan,” kata Eric Topol, seorang ahli jantung yang mengarahkan Scripps Research Translational Institute.

"(Kelas obat antibodi ini) merupakan suntikan terbaik kami untuk intervensi jangka pendek yang manjur meskipun sulit diproduksi dalam skala besar dan kemungkinan besar akan membutuhkan biaya tinggi," tambahnya.

Namun, masih ada alasan untuk bersikap skeptis. Hasilnya belum diperiksa oleh ilmuwan independen atau dipublikasikan dalam jurnal peer-review. Eli Lilly juga belum memastikan apakah mereka signifikan secara statistik.

Uji coba fase 2 masih berlangsung, dan Eli Lilly berharap mendapatkan 800 peserta.

2. Obat Regeneron

Perusahaan Regeneron memulai uji klinis untuk obat REGN-COV2, campuran dua antibodi, pada bulan Juni. Obat ini baru saja memasuki uji klinis utama.

Perusahaan ini berharap mendapatkan data awal pada akhir bulan ini, tetapi hasil awal disebut menguntungkan.

Di antara 30 peserta pertama, termasuk pasien rawat inap dan non-rawat inap, obat intravena tampaknya aman.

Obat itu juga telah terbukti mencegah dan mengobati virus corona pada hewan.

Baca juga: 1 Miliar Dosis Vaksin Corona Akan Diproduksi China Tahun 2021

Koktail antibodi telah menunjukkan cukup potensi untuk dimasukkan dalam salah satu uji klinis acak terbesar di dunia untuk pengobatan potensial Covid-19, yaitu uji coba pemulihan yang dipimpin Universitas Oxford.

"Uji coba pemulihan dirancang secara khusus sehingga ketika obat investigasi yang menjanjikan seperti REGN-COV2 tersedia, mereka dapat diuji dengan cepat," kata Peter Horby, kepala penyelidik sidang.

3. Obat Actemra

Obat ketiga dalam daftar ini adalah actemra yang dinilai dapat mengurangi kebutuhan akan mesin pernapasan.

Para ilmuwan memiliki beberapa teori tentang mengapa beberapa pasien Covid-19 kondisinya cepat berubah menjadi lebih buruk.

Salah satunya adalah respons imun yang agresif menyebabkan tubuh menyerang selnya sendiri, yang dikenal sebagai "badai sitokin". Sitokin adalah protein kecil yang dapat memicu aktivitas kekebalan dan peradangan dalam tubuh.

Obat anti-inflamasi Roche Actemra menargetkan sitokin kunci yang disebut interleukin-6. Studi obat ini dilakukan pada Juli lalu.

Studi telah mengamati peningkatan tingkat interleukin-6 di antara pasien Covid-19 yang sakit kritis. Peningkatan lebih tinggi terjadi pada kasus yang parah daripada yang ringan.

Actemra tidak mengurangi kematian di antara pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam uji coba fase 3.

Meski begitu, obat tersebut telah mengurangi kebutuhan akan mesin pernapasan atau ventilator dalam sebuah studi baru pada pasien yang dirawat di rumah sakit.

Selama 28 hari, hanya 12 persen pasien yang menerima obat intravena membutuhkan mesin pernapasan, dibandingkan dengan 19 persen pasien yang mendapat plasebo.

Sekitar 85 persen dari hampir 390 peserta dalam penelitian ini adalah hispanik, hitam, pribumi Amerika, serta diidentifikasi dengan kelompok etnis atau ras minoritas lain.

Itu menjadikan uji coba tersebut sebagai studi klinis fase 3 global pertama dari pengobatan Covid-19 yang sebagian besar melibatkan pasien minoritas.

Baca juga: Sinovac Optimistis Vaksin Virus Corona Siap Awal 2021

4. Obat Baricitinib

Eli Lily juga meneliti baricitinib atau olumiant sebagai obat Covid-19. Obat itu sebelumnya untuk mengobati orang dewasa dengan rheumatoid arthritis sedang hingga berat.

Obat ini termasuk kelas obat anti-inflamasi yang disebut penghambat janus kinase (JAK), yang membantu menenangkan badai sitokin.

Obat yang kemasannya dalam bentuk pil itu menunjukkan harapan awal sebagai obat Covid-19 jika dikombinasikan dengan remdesivir.

Kombinasi obat itu memasuki uji coba fase 3 pada Mei lalu dengan melibatkan lebih dari 1.000 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Minggu lalu, Eli Lily mengumumkan kombinasi obat ini mengurangi waktu pemulihan rata-rata pasien satu hari dibandingkan dengan pasien yang hanya menerima remdesivir.

Hasilnya menempatkan perusahaan selangkah lebih dekat untuk mencari otorisasi darurat dari FDA.

Baca juga: Menko Airlangga: Diharapkan Desember atau Awal Januari 2021 Sudah Bisa Mulai Vaksin

5. Obat Steroid

Analisis WHO menemukan steroid dapat menurunkan angka kematian.

Pedoman pengobatan AS telah merekomendasikan pemberian corticosteroid dexamethasone kepada pasien yang menggunakan ventilator atau membutuhkan dukungan oksigen.

Sebuah uji klinis besar di Inggris pada bulan Juni menemukan dexamethasone mengurangi jumlah kematian hingga sepertiga untuk orang yang menggunakan ventilator, dan sebesar 20 persen di antara pasien yang mendapatkan oksigen ekstra.

Baru-baru ini, sebuah penelitian di Brasil menemukan pasien yang memakai dexamethasone menghabiskan waktu lebih sedikit dalam menggunakan ventilator.

Penelitian menunjukkan corticosteroid lain juga bisa efektif. Sebuah kelompok kerja WHO menganalisis tujuh uji coba acak corticosteroid yang secara total melibatkan lebih dari 1.700 pasien Covid-19 kritis.

Beberapa menerima dexamethasone, sementara yang lain menerima hidrokortison atau metilprednisolon.

Secara keseluruhan, para peneliti menemukan lebih sedikit kematian di antara pasien yang menerima steroid dibandingkan dengan mereka yang menerima perawatan standar atau plasebo.

Baca juga: WHO Peringatkan Kematian Akibat Corona Bisa Capai 2 Juta Orang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi