KOMPAS.com - Sebuah video yang menampilkan uang pecahan Rp 75.000 memunculkan video paduan suara saat di-scan, viral di media sosial pada Sabtu (26/9/2020).
Dari video yang muncul ada lantunan lagu Indonesia Raya.
Selain itu, ada video lain yang merekam hal yang sama pada uang Rp 100.000 dengan menggunakan aplikasi Augmented Reality (AR) Ivive.
Saat dikonfirmasi, Sabtu (26/9/2020), Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan, BI tidak merancang augmented reality (AR) pada uang Rp 75.000.
"Bank Indonesia tidak membuat konten AR di Uang Peringatan Kemerdekaan Rp 75.000 (UPK75) ataupun di uang rupiah lainnya," ujar Onny.
Ia menyebutkan, AR tidak termasuk dalam ciri uang rupiah yang diedarkan Bank Indonesia.
Menurut Onny, tekonologi AR bisa diterapkan pada berbagai obyek apa pun, tidak hanya uang.
Baca juga: Video Viral Uang Kertas Rp 75.000 Bisa Nyanyi Indonesia Raya, Ini Kata BI
Apa itu augmented reality atau AR?
Dosen Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Nurchaya Pradana Taufik Prakisya mengatakan, video lagu Indonesia Raya yang muncul saat uang Rp 75.000 di-scan kemungkinan memang menggunakan AR.
"Kalau memang benar ada itu sangat mungkin. AR itu bisa dibuat pakai apa saja, asal ada targetnya," ujar Nurcahya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/9/2020).
Target yang dimaksud yakni apa saja yang memiliki pola.
"Kebetulan uang Rp 75.000 itu kan memang polanya unik. Jadi, kalau di-read pakai aplikasi, bisa saja muncul gambar 2D, 3D, dan video...segala jenis multimedia," lanjut dia.
Nurcahya mengatakan, umumnya aplikasi AR ini digunakan untuk permainan atau game.
Ada juga sebagian AR yang digunakan untuk media pembelajaran. Misalnya, untuk membantu memperjelas materi biologi.
Hanya di aplikasi tertentu
Sementara itu, Dosen Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer dari UNS, Rosihan Ari Yuana, mengatakan, tidak semua aplikasi scan dapat memunculkan AR.
"Aplikasi scan betul dapat memunculkan AR, tapi tidak semua aplikasi scan bisa memunculkan AR. Hanya aplikasi tertentu saja yang bisa," ujar Rosihan sat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Minggu (27/9/2020).
Menurut dia, aplikasi yang dapat memunculkan AR yakni aplikasi scan yang memang diprogram untuk bisa membaca/scanning sebuah marker tertentu.
"Aplikasi tersebut nantinya jika mendeteksi suatu marker, akan memunculkan video atau animasi teretntu," lanjut dia.
Sementara itu, aplikasi AR yang digunakan dalam video viral tersebut adalah Ivive.
Baca juga: BI Masih Layani Penukaran Uang Rp 75.000: Stok Masih Banyak
Mengenal AR Ivive
Berdasarkan situs resmi AR Ivive, Artivive didirikan oleh Sergiu Ardelean dan Codin Popescu pada Januari 2017 di Wina, Austria.
Ardelean dan Popscu membangun tim profesional dan pengembang senior kreatif untuk membantu mereka menjadi solusi AR bagi seniman.
Oleh karena itu, terciptalah aplikasi Artivive yang memungkinkan seniman menciptakan dimensi seni baru dengan menghubungkan klasik dengan seni digital.
Dengan menggunaakn aplikasi ini, seniman dapat membawa pengunjung dalam perjalanan melintasi waktu, menjelaskan apa yang ada di dalamnya, menyempurnakan seni dengan animasi, atau menunjukkan bagaimana karya seni itu dibuat.
Lebih dari 68.000 pengguna membuat karya seni dengan Artivive dan mengadakan pameran di 92 negara.
Untuk museum, pameran, galeri, dan institusi seni lainnya, Artivive menawarkan cara baru dan inovatif bagi penonton untuk berinteraksi dengan pameran.
Selain itu, pemakaian aplikasi Artivive terbilang praktis, karena pengunjung hanya perlu menggunakan smartphone atau tablet mereka sendiri untuk memindai/scan pola AR.
Baca juga: Uang Baru Rp 75.000 Bisa Dipesan Kolektif, Ini Cara Mendapatkannya