Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persentase Kematian Akibat Corona di Indonesia Lebih Tinggi dari India dan Filipina, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Petovarga
Ilustrasi Covid-19
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Kasus-kasus baru Covid-19 masih terus dilaporkan di sebagian negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Terbaru, pada Selasa (29/9/2020), pemerintah Indonesia kembai mengumumkan 4.002 kasus baru Covid-19 dan 128 kasus kematian baru.

Dengan demikian, jumlah total kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di Indonesia menjadi sebanyak 282.724 kasus.

Sedangkan, jumlah total kasus kematian terkait Covid-19 menjadi sebanyak 10.601.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari segi jumlah kasus terbanyak, Indonesia menempati peringkat ke-23 di dunia dan peringkat ke-9 di Asia.

Namun, dari jumlah kasus kematian, Indonesia berada di posisi ke-17 dunia dan ketiga di Asia di bawah India dan Irak.

Jumlah kasus kematian di Indonesia juga lebih tinggi dari Filipina, yang mencatatkan jumlah total kasus Covid-19 terbanyak di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: UPDATE 29 September: Tambah 128, Pasien Covid-19 Meninggal Kini 10.601

India memiliki 96.351 kasus kematian, dari total kasus yang telah dikonfirmasi sebanyak 6,1 juta. Tingkat kematian di India sekitar 1,58 persen. 

Sementara, Filipina mencatatkan 309.303 kasus Covid-19, dengan 5.448 kasus kematian. Dengan demikian, tingkat kematian di negara ini adalah sekitar 1,76 persen.

Sementara, Indonesia memiliki tingkat kematian sebesar 3,7 persen.

Lantas, mengapa tingkat kasus kematian akibat virus corona lebih tinggi dari negara dengan jumlah kasus yang lebih besar tersebut?

Kasus banyak tidak selalu bermakna negatif

Menurut Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, sebelum membaca angka kematian, perlu dipahami banyaknya jumlah kasus virus corona tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi bisa juga sebaliknya.

"Perlu diingat bahwa situasi prevaliensi saat ini sudah tinggi, laju penyebarannya sudah tinggi di Indonesia," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/9/2020) siang.

Artinya, kasus-kasus infeksi Covid-19 memang sudah ada di mana-mana. Selain itu, banyak pula kasus positif di masyarakat yang belum terdeteksi.

"Jadi, apabila kita melakukan tes, dan ditemukan banyak kasus, itu wajar," ujarnya.

"Apabila setelah ditemukan kasus, dilakukan isolasi, dukungan rawatan, pelacakan kasus kontak, hingga karantina. Itu bagus," lanjutnya.

Oleh karena itu, Dicky menilai, penemuan dari kasus itu tidak serta merta berdampak atau berarti negatif.

"Karena tergantung. Kalau tindak lanjutnya berupa langkah-langkah cepat seperti contact tracing hingga isolasi dan karantina, itu bagus. Kita mencegah orang menjadi lebih sakit, sehingga mencegah kematian juga," jelasnya.

Sebab, karena cepat diketahui dan ditindaklanjuti, orang-orang terpapar yang tadinya berpotensi menjadi kritis dapat terhindar dari kematian.

Baca juga: Menkes Terawan Trending di Twitter, Berikut Sederet Pernyataannya Selama Pandemi Corona

Angka kematian

Sementara, jika berbicara pada angka tingkat kematian akibat Covid-19 yang tinggi, Dicky menyebut itu menunjukkan upaya deteksi dan menemukan kasus positif yang masih jauh dari ideal.

"Karena, artinya, walau pun jumlah kasus positif atau terkonfirmasi di negara kita masih di bawah negara lain. Namun, sebetulnya, yang terjadi sebenarnya berdasarkan tes positivity rate, jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan ini," tuturnya.

Menurut Dicky, hal itu yang menyebabkan tingginya angka kematian di Indonesia.

"Saat orang yang terpapar tidak terdeteksi sejak awal, mereka dapat membawa virus dan menginfeksi orang yang memiliki komorbid dan berisiko tinggi. Jika orang-orang ini terlambat mendapat perawatan, tidak diisolasi, maka berpotensi masuk fase kritis dan tidak tertolong," jelasnya.

Dicky menilai kondisi ini adalah sebuah implikasi atau konsekuensi logis dari tidak memadainya aspek deteksi dini, testing, dan contact tracing.

Meski masih berada di bawah rerata kematian dunia, tingkat kematian ini dinilai sebagai sebuah indikator yang valid.

"Ada yang disebut lagging indicator. Jadi, kematian, angka orang yang dirawat di rumah sakit adalah lagging indicator dari suatu pandemi," sebutnya.

Lagging indicator pada kondisi ini pun menggambarkan kondisi yang buruk.

"Itu (lagging indicator) menggambarkan bahwa performa pengendalian atau manajemen pengendalian pandemi ini masih jauh dari ideal," ungkap Dicky.

Oleh karena itu, ia menilai bahwa penting sekali melihat angka kematian ini sebagai indikator.

Penguatan testing

Dicky menilai perlunya dilakukan penguatan testing untuk melihat gambaran yang lebih utuh dan mencegah potensi kasus Covid-19 yang lebih parah hingga berujung kematian.

"Kita punya potensi untuk penguatan testing dengan adanya rekomendasi WHO yang mengeluarkan emergency untuk rapid test antigen," jelasnya.

Rapid test antigen ini adalah untuk diagnostik dan bisa digunakan sebagai alternatif efektif dan efisien selain PCR. 

"Hasilnya tepat, lebih cepat, selisihnya tidak terlalu besar. Kemudian, juga murah dan mudah. Ini yang sudah dilakukan oleh India," tuturnya.

Ia menyebut upaya tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat menyebabkan tingkat kematian India lebih kecil dari Indonesia.

"Itu karena India bisa mendeteksi secara awal orang-orang yang membawa virus. Jadi, orang-orang yang komorbid dan lainnya bisa dicegah jatuh pada stadium parah, serta mencegah terjadinya kematian," ungkapnya.

Baca juga: Lebih dari 1 Juta Orang Meninggal Akibat Virus Corona, Ini Kata PBB

Perubahan strategi

Dengan melihat tingkat kematian ini, Dicky menilai perlunya perubahan manajemen pengendalian pandemi virus corona di Indonesia.

"Menurut saya, satu, tidak menunjukkan efektivitas, karena terlihat dari tes positivity rate yang juga selalu di atas 10 persen setidaknya dalam tiga bulan terakhir," kata dia.

Angka tersebut menurutnya menunjukkan tidak ada perubahan bermakna yang signifikan.

"Kemudian, angka kematian yang trennya juga meningkat," kata Dicky.

"Itu artinya, kita harus harus segera kembali pada jalur yang benar, yaitu menempatkan, memanfaatkan, memperkuat sistem kesehatan, mengedepankan sektor kesehatan sebagai leading sector," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi