Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Kematian akibat Kardiovaskular di Inggris Meningkat Selama Pandemi Corona

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi pemeriksaan penyakit jantung koroner atau arteri koroner.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com – Sebuah studi baru menunjukkan ada banyak kematian akibat penyakit akibat gangguan jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) selama masa pandemi virus corona di Inggris.

Dilansir Medical News Today, dari penelitian tersebut terungkap bahwa sejumlah besar orang tidak pergi ke rumah sakit meski mengalami kardiovaskular akut, seperti stroke ataupun serangan jantung.

“Studi ini adalah yang pertama memberikan gambaran rinci dan komprehensif tentang apa yang terjadi pada orang yang menderita penyakit kardiovaskular akut di Inggris dan Wales. Ini mengungkapkan sejumlah besar kematian berlebih. Penemuan ini akan membantu (pemerintah) dan NHS (Layanan Kesehatan Nasional) mengembangkan pesan yang memastikan orang yang sangat sakit mencari bantuan," kata penulis utama studi, Dr Jianhua Wu, Associate Professor di School of Medicine di University of Leeds.

Penyakit kardiovaskular

Kardiovaskular menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dijelaskan sebagai nama kolektif untuk kondisi utama yang memengaruhi jantung dan pembuluh darah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit ini paling banyak menjadi penyebab kecacatan dan kematian di seluruh dunia.

Baca juga: Update Corona Global: 34,4 Juta Infeksi, 1 Juta Meninggal | Risiko Lonjakan Pernikahan Anak karena Pandemi

Berkaitan dengan adanya pandemi, penyakit kardiovaskular adalah kondisi paling mungkin menjadi penyebab munculnya kematian setelah tertular Covid-19.

Mengutip Eurekalert, ini adalah studi besar ketiga dari akademisi yang menyelidiki bagaimana puncak pandemi Covid-19 memengaruhi layanan kardiovaskular darurat.

Sebuah penelitian sebelumnya, juga menemukan adanya penurunan signifikan dari orang-orang yang berkunjung ke rumah sakit usai mengalami kejadian kardiovaskular di masa pandemi.

Oleh karena itu, jumlah kematian yang terkait penyakit kardiovaskular sangat mungkin mengalami peningkatan.

Peneliti melakukan penelitiannya dengan membandingkan informasi tentang kematian terkait kardiovaskular di Inggris dan Wales selama jangka waktu bertahun-tahun sebelum pandemi dan selama pandemi.

Mereka kemudian mencatat informasi yang ada pada sertifikat kematian pasien yang sempat dirawat dokter selama lima hari, serta mencatat lokasi dan penyebab kematiannya.

Hasilnya, sejak 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2020, ada sebanyak 3.450.381 sertifikat kematian di Inggris maupun Wales.

Dari jumlah tersebut, 17 persen berkaitan dengan penyakit kardiovaskular.

Adapun kematian selama pandemi, yakni pada 2 Maret 2020 hingga 30 Juni 2020, tercatat ada 28.969 kematian kardiovaskular.

Dari pengamatan terhadap data-data tersebut, peneliti menemukan pada rentang waktu 2 Maret hingga 30 Juni jumlah kematian akibat kardiovaskular meningkat 8 persen dibanding rata-rata periode yang sama tahun sebelumnya.

Jumlah kematian tersebut memuncak pada awal April, bertepatan dengan saat pemerintah meminta tetap di rumah.

Para peneliti juga mencatat adanya perubahan tempat di mana seseorang dalam kondisi sekarat.

Baca juga: [HOAKS] Terapi Uap Panci Presto Dapat Usir Corona

Dari hasil pengamatan, setidaknya orang yang meninggal di rumah sakit lebih sedikit dibandingkan rata-rata sebelumnya.

Pada kisaran 2 Maret-30 Juni 2020 ada sebanyak 53,4 persen kematian, sedangkan sebelumnya sebanyak 63 persen.

Adapun kematian di rumah maupun di rumah perawatan juga meningkat.

Masing-masing dari 23,5 persen menjadi 30,9 persen, dan 13,5 persen menjadi 15,7 persen.

Penyebab utama kematian juga berbeda tergantung dengan lokasinya.

Di rumah penyebab utama adalah serangan jantung atau gagal jantung. Sementara di ruang perawatan adalah stroke atau gagal jantung.

Sedangkan di rumah sakit terjadi emboli paru dan syok kardiogenik.

“Ini semakin mendukung spekulasi bahwa banyak orang menjauh dari rumah sakit meskipun mereka sangat sakit karena penyakit kardiovaskular akut,” ujar Chris Gale, yang mengajar kedokteran kardiovaskular di University of Leeds.

Ia menjelaskan, serangan jantung yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi yang bisa berujung pada kematian, gagal jantung, atau gangguan ritme jantung yang membahayakan.

Baca juga: PBB: Sebagian Besar Negara Gagal Melindungi Perempuan Selama Pandemi Corona

Ia mengatakan, orang-orang memang perlu tinggal di rumah selama pandemi virus corona.

Akan tetapi, pihaknya menyayangkan adanya kekhawatiran layanan kesehatan tak dapat mengatasi saat mereka mengalami keadaan darurat medis.

Selain itu, kata dia, adanya ketakutan di masyarakat datang ke rumah sakit karena adanya anggapan mereka mudah tertular Covid-19.

“Saat NHS bersiap untuk gelombang Covid-19 di masa depan, mereka perlu memastikan orang-orang memahami dengan jelas bahwa rumah sakit terbuka dan memiliki proses untuk meminimalkan risiko pasien terinfeksi Covid-19,” ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi