Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Remdesivir, Obat Apa Saja yang Diberikan pada Pasien Covid-19?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Tobias Arhelger
Ilustrasi remdesivir
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Obat antivirus Covifor (remdesivir) untuk pasien positif virus corona akan segera didistribusikan di Indonesia.

 

Diberitakan Kompas.com, Kamis (1/10/2020), remdesivir diproduksi perusahaan farmasi generik terkemuka di India dan produsen obat antiretroviral terbesar di dunia, Hetero.

Distribusi remdesivir di Indonesia akan dilakukan anak perusahaan Hetero, PT Amarox Pharma Global berkolaborasi dengan Kalbe.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remdesivir merupakan salah satu obat yang sudah masuk ke dalam standart of care Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Obat antivirus ini juga sudah mendapat persetujuaan Emergency Use Authorization (EUA) atau penggunaan obat Covid-19 darurat.

PT Amarox Global Pharma adalah perusahaan pertama yang menerima persetujuan EUA untuk remdesivir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia.

Sebagai catatan, remdesivir tidak bisa sembarangan diberikan ke semua pasien Covid-19, hanya yang sudah terkonfirmasi pemeriksaan laboratorium.

Selain itu, obat ini juga diperbolehkan untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kilogram) yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi parah.

Baca juga: BPOM Izinkan Remdesivir untuk Kasus Covid-19 Berat, Ini Efek Sampingnya

Lalu, selain remdesivir, obat apa saja yang diberikan untuk pasien Covid-19?

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengatakan ada bermacam obat yang diberikan untuk pasien Covid-19.

Namun, dia menegaskan, obat yang diberikan harus sesuai dengan gejala yang diderita.

"Kalau panas ya dikasih obat turun panas, kalau kurang cairan ya dikasih cairan, kekurangan oksigen tambah oksigen," kata Zubairi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/10/2020).

Zubairi mengatakan, tidak semua obat yang diberikan pada pasien Covid-19 adalah obat antivirus.

Beberapa obat yang terbukti bermanfaat pada pasien, justru bukan obat antivirus.

"Misalnya heparin, itu kalau diberikan pada pasien yang baru masuk ruang rawat inap, terbukti banyak menolong," ujar dia.

Heparin

Heparin merupakan obat antikoagulan atau penggumpalan darah. Diberitakan Kompas.com, 8 Mei 2020, heparin digunakan untuk mengobati pasien Covid-19 yang mengalami penggumapalan darah.

Dilansir Science Daily, para peneliti di Mount Sinai Covid Informatics Center, Amerika Serikat, melaporkan pengobatan pasien Covid-19 dengan obat antikoagulan dapat memperlambat pembekuan darah.

Perawatan ini diklaim dapat meningkatkan peluang hidup para pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Penelitian tersebut telah diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology pada 6 Mei lalu, dan dinilai dapat memberi wawasan baru tentang cara merawat pasien virus corona di rumah sakit.

Dalam studi itu, ditemukan pasien Covid-19 yang diobati dengan pengencer darah menunjukkan peningkatan kondisi kesehatan yang makin membaik selama berada di unit perawatan intensif.

Penelitian itu mengaitkan manfaat pemberian obat antikoagulan untuk mencegah kemungkinan efek mematikan virus corona, seperti serangan jantung, stroke, dan emboli paru.

Baca juga: Remdesivir Masuk Indonesia, Begini Cara Kerjanya untuk Pasien Covid-19

Dexamethasone

Selain Heparin, Zubairi menyebut obat non-antivirus lain yang terbukti bermanfaat untuk pasien Covid-19 adalah dexamethasone. 

"Bahkan pasien berat yang sudah perlu oksigen itu, diberikan dexamethasone jadi banyak yang tertolong, dan bukti ilmiahnya kuat," kata Zubairi.

Dexamethasone merupakan obat kartikosteroid yang digunakan untuk mengatasi reaksi alergi, asma, gangguan darah/hormon/sistem kekebalan tubuh, dan masalah pernapasan.

Diberitakan Kompas.com, 20 Juni 2020, keampuhan dexamethasone untuk mengobati pasien Covid-19 pertama kali ditemukan tim peneliti dari Oxford University, Inggris.

Banyak pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 pun dinyatakan sembuh tanpa harus dilarikan ke rumah sakit.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik keberadaan obat ini, yang terbukti dalam sejumlah kasus, mampu mengobati pasien Covid-19 dalam keadaan yang parah.

Sesuai petunjuk dokter

Meski sudah ada beberapa obat yang terbukti efektif saat diberikan kepada pasien Covid-19, Zubairi mengingatkan masyarakat untuk tidak sembarangan mengonsumsi obat.

Dia mengimbau masyarakat tetap mematuhi petunjuk dokter saat akan mengonsumsi obat-obatan.

"Dokter itu tahu persis, kapan harus minum dosis tinggi, kemudian secara bertahap diturunkan ke dosis minimal. Nah, dengan cara yang baik dan benar, efek samping bisa dibilang sangat minimal," kata Zubairi.

Selain itu, Zubairi mengatakan untuk pasien yang baru terkonfirmasi positif Covid-19 dan tidak menunjukkan gejala, tidak perlu minum obat.

"Jadi yang tanpa gejala tidak perlu obat. Karena itu sekarang kan memang boleh karantina mandiri, sebab tidak perlu obat. Kalau ada timbul gejala seperti panas, batuk, sesak napas, baru perlu diberikan obat," kata Zubairi.

Baca juga: Setelah Remdesivir, Jepang Setujui Deksametason Jadi Obat Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi