KOMPAS.com – Api Abadi Mrapen yang belokasi di di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah saat ini padam total.
Api dikabarkan padam sejak 25 September 2020 lalu.
Belum diketahui pasti mengenai penyebab padamnya api tersebut.
Baca juga: Padam, Berikut 5 Fakta tentang Api Abadi Mrapen
Mengutip Kompas.com (3/10/2020) ini adalah kali pertama api abadi Mrapen padam.
Sebelumnya, pada 1996, api abadi Mrapen sempat redup akibat debit gas berkurang, akan tetapi setelah dilakukan pengeboran semburan gas kembali stabil.
Lantas, bisakah api abadi Mrapen tersebut menyala kembali?
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dr Ir Eko Budi Lelono menjelaskan, sejauh ini pihaknya belum melakukan survei langsung guna mengetahui kondisi terkini dari api abadi Mrapen.
Namun, dari informasi yang didapatkannya, kemungkinan besar penyebab tidak menyalanya api abadi Mrapen karena adanya lumpur yang menyumbat sistem percelah-retakan di mana menjadi saluran gas metan.
“Kami perkirakan kemungkinan besar sistem percelah-retakan yang menjadi saluran gas metan terisi oleh lempung atau lumpur yang dibawa oleh surface run-off (air permukaan) sehingga tersumbat,” ujar Eko dihubungi Kompas.com Sabtu (3/10/2020).
Baca juga: Mengenal Badai Kammuri yang Sempat Ganggu Jadwal SEA Games Filipina
Gas metana
Meski demikian, pihaknya mengatakan masih ada kemungkinan bagi api abadi Mrapen dapat menyala kembali.
“Kemungkinan besar api akan menyala lagi jika retakannya terbuka kembali, karena akumulasi gas di bawah permukaan masih cukup besar,” tutur dia.
Lebih lanjut pihaknya menjelaskan sumber api abadi Mrapen adalah gas hidrokarbon (metana).
Umumnya, gas akan mencari jalan untuk naik ke permukaan melalui adanya rekahan-rekahan bebatuan.
Ia menyampaikan, jika tidak ada rekahan yang bisa dilalui, maka gas akan tersimpan di dalam bumi.
Baca juga: Ramai soal Semburan Gas Campur Lumpur di Blora Disebut Mud Volcano, Apa Itu?
Sementara itu, melansir dari Harian Kompas , 2 Oktober 2020, Kepala Seksi energi Cabang Dinas ESDM Provinsi Jateng Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto menyampaikan sekitar 150-200 meter dari api abadi Mrapen terjadi semburan gas bercampur air sejak beberapa waktu lalu.
Hingga Jumat (2/10/2020) siang, gas masih muncul.
Gas sendiri muncul dari aktivitas warga mengebor tanah untuk mencari air.
Baca juga: 7 Semburan Lumpur yang Pernah Ada di Indonesia
Dosen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya, yang meneliti gas rawa atau gas dangkal di Grobogan, Handoko Teguh Wibowo, memperkirakan, ada kaitan antara semburan gas hasil pengeboran air dan padamnya api.
”(Gas) migrasi, pindah lubang keluar. Di bekas lubang sumur terlihat jelas gas metana, sejenis gas yang terbakar di Mrapen. Tekanannya cukup besar. Jadi, berasal dari kantong gas yang sama karena jaraknya relatif dekat,” kata Handoko dikutip dari sumber yang sama.
Menurutnya solusi dan mitigasi diperlukan untuk memisahkan air dan gas yang keluar di sumur untuk kemudian gas disalurkan kembali ke lubang api Mrapen.
Baca juga: Soal Wacana Pencabutan Subsidi Gas Melon, Pertamina: Kita Hanya Menyediakan
Adapun pemisahan, menurutnya dapat dilakukan dengan memakai separator air dan gas.
Lebih lanjut pihaknya menilai sumber gas rawa Mrapen masih banyak.
Keluarnya gas yang bercampur air tersebut menjadi indikasi ketersediaan gas yang melimpah.
Terkait hal itu ia mengingatkan aktivtas pengeboran oleh masyarakat sebaiknya benar-benar harus diperhatikan dan mesti mendapatkan izin.
Baca juga: Mengenal Nitrogen Oksida, Gas yang Muncul pada Ledakan di Lebanon
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.