Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Alasan Kasus Kematian karena Covid-19 di Afrika Rendah

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Benua Afrika
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Negara-negara di Afrika mendapatkan pujian karena dinilai berhasil melakukan kampanye yang efektif untuk memerangi penyebaran virus corona meskipun reputasi negara-negaranya mempunyai sistem kesehatan yang rapuh.

Menurut data John Hopkins University, Benua Afrika, yang memiliki populasi lebih dari satu miliar jiwa, mencatat sekitar 1,5 juta kasus.

Sementara itu, kasus kematian di Afrika lebih rendah jika dibandingkan angka kematian akibat Covid-19 di Eropa, Asia, atau Amerika.

"Rasio fatalitas kasus (CFR) untuk Covid-19 di Afrika lebih rendah daripada CFR global, menunjukkan hasil yang tidak begitu parah di antara populasi Afrika," tulis sebuah studi kontinental oleh Partnership for Evidence-based Response to Covid-19 (PERC) seperti dikutip dari BBC, 8 Oktober 2020.

Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menyebutkan, meski tingkat pengujian rendah, tidak ada indikasi bahwa sejumlah besar kematian akibat Covid-19 telah terlewatkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa angka kematian akibat Covid-19 rendah? Berikut ulasan studi tersebut:

1. Tindakan cepat

Kasus pertama Afrika pertama kali dikonfirmasi di Mesir pada 14 Februari 2020.

Muncul kekhawatiran bahwa virus corona jenis baru dapat dengan cepat membuat kewalahan sistem kesehatan.

Oleh karena itu, sejak awal, sebagian besar pemerintahan negara-negara di Afrika mengambil tindakan drastis untuk mencoba memperlambat penyebaran virus.

Tindakan kesehatan masyarakat, termasuk menghindari jabat tangan, sering mencuci tangan, menjaga jarak sosial, dan memakai masker wajah, segera diberlakukan.

Beberapa negara seperti Lesotho, bertindak bahkan sebelum ada kasus Covid-19 yang dikonfirmasi.

Negara ini mengumumkan keadaan darurat dan menutup sekolah pada 18 Maret 2020. Selain itu, masyarakat diminta mengunci diri selama tiga minggu.

Penguncian ini diikuti banyak negara bagian Afrika selatan lainnya.

Namun, hanya beberapa hari setelah lockdown dicabut, pada awal Mei - Lesotho menemukan kasus terkonfirmasi pertama.

Dengan populasi lebih dari 2 juta, sejauh ini tercatat sekitar 1.700 kasus dan 40 kematian.

Baca juga: Lesotho Konfirmasi Kasus Pertama, Ini Daftar 12 Negara yang Belum Terkena Corona

2. Dukungan publik

Dalam survei yang dilakukan di 18 negara pada Agustus 2020 oleh PERC, publik memberikan dukungan yang tinggi. Sebanyak 85 persen responden mengungkapkan bahwa mereka disiplin memakai masker.

"Dengan protokol kesehatan masyarakat yang ketat dan langkah-langkah sosial yang diterapkan, negara-negara anggota Uni Afrika dapat menahan virus antara Maret dan Mei," tulis laporan tersebut.

Sementara, ketika dilakukan sedikit pelonggaran pembatasan pada Juni dan Juli, terjadi peningkatan kasus hampir di seluruh benua.

Sejak itu, telah terjadi penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus yang dikonfirmasi dan kematian. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan akhir musim dingin di belahan bumi selatan.

Penerapan pembatasan tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar, di mana mata pencaharian hilang.

Afrika Selatan, salah satu negara yang menerapkan penguncian paling ketat di dunia, selama paruh pertama, sebanyak 2,2 juta orang kehilangan pekerjaan. 

Menurut laporan PERC, opini publik tentang pembukaan kembali ekonomi beragam.

Enam dari sepuluh responden mengatakan bahwa ekonomi perlu dibuka kembali, dan percaya bahwa risiko terkena Covid-19 minimal jika aturan jarak sosial diikuti.

Namun, tujuh dari sepuluh responden menyampaikan bahwa melanjutkan aktivitas normal membuat mereka merasa cemas.

"Data tersebut menunjukkan bahwa orang-orang melihat Covid-19 sebagai ancaman serius, tetapi bagi banyak orang, beban ekonomi dan sosial lebih besar daripada persepsi risiko pribadi mereka untuk tertular virus," ujar laporan tersebut.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Benua Afrika Relatif Rendah, Kenapa?

3. Populasi mayoritas muda dan sedikit rumah jompo

Usia penduduk di sebagian besar negara Afrika juga cenderung berperan dalam menahan penyebaran Covid-19.

Secara global, sebagian besar dari mereka yang meninggal telah berusia di atas 80 tahun.

Menurut data PBB, Afrika merupakan rumah bagi populasi termuda di dunia dengan usia rata-rata 19 tahun.

"Pandemi sebagian besar terjadi pada kelompok usia yang lebih muda, sekitar 91 persen infeksi Covid-19 di sub-Sahara Afrika terjadi pada orang di bawah 60 tahun dan lebih dari 80 persen tidak menunjukkan gejala," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Di Afrika, sekitar 3 persen populasi berusia di atas 65 tahun," kata Kepala WHO Afrika Dr Matshidiso Moeti.

Sebagai perbandingan, Eropa, Amerika Utara, dan negara-negara Asia yang lebih kaya memiliki penduduk dengan usia tua.

"Salah satu pendorong utama di negara-negara Barat adalah bahwa para lansia tinggal di rumah khusus dan ini menjadi tempat penularan sangat intens," tambah Dr Moeti.

Sementara, rumah jompo jarang ditemukan di sebagian besar negara Afrika karena orang lanjut usia lebih cenderung tinggal di daerah perdesaan.

Sudah menjadi norma di banyak negara Afrika bagi orang tua untuk kembali ke pedresaannya ketika sudah pensiun dari pekerjaan di daerah perkotaan.

Kepadatan penduduk di daerah perdesaan lebih rendah dan oleh karena itu menjaga jarak sosial jauh lebih mudah.

Selain itu, sistem transportasi yang terbelakang tampaknya menjadi berkah tersembunyi.

Hal ini mengartikan bahwa orang Afrika tidak melakukan perjalanan sebanyak yang dilakukan orang di negara yang lebih maju, sehingga meminimalkan kontak.

Baca juga: WHO Dukung Uji Coba Obat Herbal dari Afrika untuk Atasi Corona

4. Iklim yang mendukung

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Maryland di AS menemukan korelasi antara suhu, kelembapan, lintang, dan penyebaran Covid-19.

"Kami melihat penyebaran awal virus di 50 kota di seluruh dunia. Virus lebih mudah menyebar dalam suhu dan kelembapan yang lebih rendah," kata Ketua Peneliti Mohammad Sajadi.

"Bukan karena tidak menyebar dalam kondisi lain, virus menyebar lebih baik saat suhu dan kelembapan turun," lanjut dia.

Negara-negara Afrika yang jauh dari cuaca tropis mengalami kasus yang lebih buruk.

Penyebaran virus semakin cepat di Afrika Selatan saat belahan bumi selatan memasuki musim dingin.

Namun, karena semakin hangat, jumlah kasus turun secara signifikan.

5. Sistem kesehatan masyarakat yang baik

Pandemi Covid-19 terjadi pada saat Republik Demokratik Kongo sedang menghadapi wabah Ebola.

Negara lain bersiap dan melakukan pemeriksaan kesehatan para pelancong terhadap Ebola  hingga mencakup Covid-19.

Beberapa negara Afrika Barat, yang berjuang melawan wabah Ebola terburuk di dunia dari 2013-2016, juga menguasai langkah-langkah kesehatan masyarakat yang telah digunakan untuk mencegah Covid-19.

Hal itu termasuk mengisolasi orang yang terinfeksi, melakukan pelacakan, hingga memgkarantina saat penguiian.

Selain itu, di negara bagian terpadat di Afrika, Nigeria, tim yang telah pergi ke desa-desa untuk memvaksinasi anak-anak terhadap polio dengan cepat mendidik masyarakat tentang pandemi virus corona. 

Sementara, infrastruktur rumah sakit di sebagian besar Afrika kurang memadai jika dibandingkan negara lain di dunia.

Namun, kekuatan terletak pada sistem kesehatan komunitas yang telah dicoba dan diuji.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi