Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 2 Ilmuwan Perempuan Peraih Nobel Kimia 2020

Baca di App
Lihat Foto
MIGUEL RIOPA
Emmanuelle Charpentier (kiri) dan Jennifer Doudna (kanan) mendapat Penghargaan Nobel Kimia 2020 untuk temuan CRISPR/Cas9, teknologi gen modifikasi termaju saat ini.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Dua ilmuwan perempuan berhasil meraih Hadiah Nobel Kimia 2020 pada Rabu (7/10/2020).

Keduanya yakni Emmanuelle Charpentier dan Jennifer A Doudna yang berhasil menemukan salah satu alat paling tajam dari teknologi gen, yaitu gunting genetik CRISPR atau Cas9.

Dengan menggunakan alat ini, para peneliti dapat mengubah DNA hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme dengan presisi yang sangat tinggi.

Sejak Charpentier dan Doudna menemukan gunting genetik CRISPR /Cas9 pada 2012, penggunaannya cukup masif.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emmanuelle Charpentier diketahui dari Max Planck Unit for the Science of Pathogens, Berlin, Jerman dan Jennifer A. Doudna dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

Baca juga: Mengenal Penghargaan Bergengsi Edward Warner yang Diberikan kepada Habibie

Seperti apa sosok keduanya?

Emmanuelle Charpentier

Dikutip dari laman resmi Max Planck, Emmanuelle Charpentier lahir di Juvisy-sur-Orge, Perancis pada 11 Desember 1968 silam.

Profesor berusia 51 tahun ini mendalami studi di bidang biologi, mikrobiologi, biokimia dan genetika di Universitas Pierre dan Marie Curie (UPMC), Paris pada 1986-1992.

Kemudian, melanjutkan ke jenjang pascasarjana di Institut Pasteur, Paris pada 1992-1995 dan University Teaching Assistant di UPMC, Paris pada 1993-1995.

Baca juga: Perjalanan Ciputra dari Warisan Karya, Megaproyek, hingga Penghargaan Bergengsi

Emmanuelle Charpentier lalu melanjutkan penelitiannya di Amerika Serikat.

Dia pernah menjadi asisten peneliti ilmuwan di New York University Medical Center, New York pada 1997-1999.

Pada 1999, Emmanuelle Charpentier peneliti di Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude, Memphis.

Medio 1999-2002, Emmanuelle Charpentier juga pernah menjadi peneliti di Institut Kedokteran Biomolekuler Skirball, New York.

Baca juga: Viral Pewarna Makanan Karmin Berasal dari Kutu Daun, Ini Penjelasan LIPI

Beberapa tahun mencari ilmu hingga negeri Paman Sam, dia ditawari untuk kembali ke Eropa dan mendirikan kelompok penelitiannya sendiri di Biocenter di Universitas Wina.

"Wina menawarkan penelitian dasar yang kuat dan rekan kerja yang luar biasa, dan saya dapat memilih subjek saya sendiri dan bekerja sepenuhnya secara mandiri. Saya belajar untuk berpikir dalam skala yang lebih besar, mengajukan permohonan pendanaan penelitian, serta mengelola dengan sumber daya yang sedikit," kata Charpentier.

Pada 2009, dia pindah ke Universitas Umeå di Swedia, di mana dia mendirikan sebuah proyek pada rangkaian CRISPR.

Baca juga: Viral Polisi Pakaikan Celana ke Orang Gila, Ini Ceritanya

Dianggap gila

Lebih dari beberapa orang mengira dia agak gila pada saat itu.

"Perpindahan ke Umeå tentu saja berisiko. Tapi pada akhirnya itu adalah keputusan yang tepat," akunya.

Pada 2012, Charpentier dan koleganya menerbitkan makalah yang menguraikan penemuan mereka bahwa CRISPR RNA (tracrRNA) juga terlibat dalam proses pembelahan DNA.

Akhirnya, kelompok Charpentier di Umeå, Swedia bekerja dengan kelompok Jennifer Doudna di Berkeley, California yang akhirnya mereka berhasil menunjukkan potensi sistem CRISPR-Cas9 untuk pengeditan gen.

Pada 2015, Charpentier memutuskan untuk pindah ke Jerman dan ditunjuk menjadi Direktur Institut Max Plank untuk Biologi Infeksi.

Baca juga: Saat Gereja Martha Lutheran Dipergunakan untuk Shalat Jumat Warga Jerman...

Jennifer Doudna

Berbeda dengan Charpentier, Jennifer lahir di Washington DC pada 19 Februari 1964 silam.

Tetapi, ketika dia berusia tujuh tahun, keluarganya pindah ke Hilo, Hawaii, dan Jennifer menjadi terpesona oleh tumbuhan eksotis dan kehidupan hewan yang dia temukan di sana.

Ibunya mengajar sejarah di perguruan tinggi setempat, dan ayahnya mengajar sastra Amerika di Universitas Hawaii.

Baca juga: Mengenal Sosok Kamala Harris, Calon Wakil Presiden Kulit Hitam Pertama di AS

Melansir achievement.org, rumah keluarga itu penuh dengan buku.

Ayah Jennifer sangat senang membaca tentang sains dan sejarah alam.

Ketika Jennifer duduk di kelas enam, sang Ayah memberinya catatan pribadi James Watson tentang penemuan heliks ganda DNA yang memenangkan Hadiah Nobel untuk penemuan molekul DNA.

Baca juga: Covid-19, Penelitian di Inggris, dan Lamanya Virus Corona Menyebar di Udara...

Dia sangat senang dengan misteri dan drama penelitian ilmiah seperti yang dijelaskan Watson.

Kemudian, terinspirasi lebih lanjut oleh guru kimia sekolah menengahnya.

Jennifer Doudna belajar biokimia di Pomona College di Claremont, California dan mendapatkan gelar sarjana pada 1985.

Dia mengambil studi pascasarjana di bidang kimia biologi dan farmakologi molekuler di Harvard Medical School.

Baca juga: Viral Antar Pesanan Go-Food Pakai Sepeda, Eko Dapat Penghargaan dari GoJek

Penelitian disertasinya di sana diawasi oleh ahli genetika Jack W. Szostak, yang kemudian menerima Hadiah Nobel dalam Kedokteran.

Penelitian Doudna menyangkut RNA (asam ribonukleat), asam nukleat yang ada dalam sel semua makhluk hidup.

Dia berfokus secara khusus pada ribozim, molekul RNA yang mengkatalisasi reaksi biokimia dalam protein.

Setelah menerima gelar doktor pada 1989, ia melanjutkan pekerjaannya dengan Dr Szostak sebagai peneliti biologi molekuler di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan genetika di Harvard Medical School.

Dalam penelitiannya, Doudna berhasil mengubah perilaku segmen tertentu dari molekul RNA, tetapi kemajuan lebih lanjut digagalkan oleh misteri seputar mekanisme molekuler sebenarnya dari ribozim.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Disebutkan Akan Tersedia pada Akhir Tahun Ini, Benarkah?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi