Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Tiga Ilmuwan Penyabet Nobel Kedokteran 2020

Baca di App
Lihat Foto
Rhoda Baer/National Institutes of Health, Richard Siemens/University of Alberta, AP Photo/John Minchillo
Kolase foto yang memperlihatkan (dari kiri) Harvey J Alter, Charles M Rice, dan Michael Houghton, yang bersama-sama meraih Penghargaan Nobel bidang kedokteran pada Senin (5/10/2020) atas identifikasi virus hepatitis C.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Dua ilmuwan Amerika Serikat (AS) dan seorang ilmuwan Inggris memenangi Penghargaan Nobel Kedokteran 2020 pada Senin (5/10/2020).

Ketiganya mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut atas jasanya yang telah mengidentifikasi dan menemukan virus hepatitis C.

Temuan mereka tersebut telah membantu menekan penyebaran virus tersebut dan mengembangkan obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

Ketiga ilmuwan tersebut beserta kebangsaannya adalah Harvey J Alter dan Charles M Rice dari AS serta Michael Houghton dari Inggris.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Daftar dan Profil Penerima Nobel Sastra, Fisika, Kimia, dan Kedokteran 2020

Berikut profil ketiganya:

Harvey J. Alter

Harvey J. Alter merupakan peneliti US National Institutes of Health (NIH).

Melansir laman resminya, Harvey J. Alter lahir pada 1935 di New York, Amerika Serikat (AS).

Ia menerima gelar kedokterannya di Fakultas Kedokteran Universitas Rochester, dan dilatih dalam pengobatan penyakit dalam di Rumah Sakit Strong Memorial dan di Rumah Sakit Universitas Seattle.

Baca juga: Mengenal 2 Ilmuwan Perempuan Peraih Nobel Kimia 2020

Pada 1961, ia bergabung dengan National Institutes of Health (NIH) sebagai rekan klinis.

Dia menghabiskan beberapa tahun di Universitas Georgetown sebelum kembali ke NIH pada 1969 untuk bergabung dengan Departemen Pengobatan Transfusi Pusat Klinik sebagai investigator senior.

Baca juga: World Food Programme Raih Penghargaan Nobel Perdamaian 2020

Alter ikut menemukan antigen Australia, kunci untuk mendeteksi virus hepatitis B.

Belakangan, ia mempelopori proyek di NIH Clinical Center yang membuat gudang sampel darah untuk mencari penyebab hepatitis terkait transfusi darah.

Selain itu, Alter juga peneliti utama pada studi yang mengidentifikasi hepatitis non-A, non-B, sekarang disebut hepatitis C.

Baca juga: Mengenal Penyakit Hepatitis A dan Cara Pencegahannya

Pekerjaannya berperan penting dalam memberikan dasar ilmiah untuk melembagakan program skrining donor darah yang telah menurunkan kejadian hepatitis yang ditularkan melalui transfusi hingga mendekati nol.

Pada 2002, Alter menjadi ilmuwan Pusat Klinis NIH pertama yang terpilih menjadi anggota National Academy of Sciences.

Dan pada tahun yang sama ia terpilih menjadi anggota Institute of Medicine.

Pada 2013, Alter dianugerahi penghargaan bergengsi Canada Gairdner International.

Baca juga: Mengenal Penghargaan Bergengsi Edward Warner yang Diberikan kepada Habibie

Charles M Rice

Melansir Britannica, Charles M Rice lahir di Sacramento, California pada 25 Agustus 1952.

Mengejar minat awal dalam kedokteran hewan, Rice kuliah di University of California, di mana ia lulus pada 1974 dengan gelar sarjana di bidang zoologi.

Namun, setelah belajar selama berlangsungnya musim panas di Laboratorium Biologi Laut di Woods Hole, Massachusetts, Rice mengubah fokusnya ke biologi dan penelitian dasar.

Baca juga: Prestasi BJ Habibie, dari Pimpin Proyek N250 hingga Peroleh Penghargaan Bergengsi Edward Warner

Di Institut Teknologi California, ia belajar biokimia di laboratorium ahli virologi Amerika James Strauss.

Rice memfokuskan penelitian pascasarjana pada virus RNA, khususnya virus Sindbis yang dibawa oleh nyamuk menyebabkan demam dan nyeri sendi pada manusia.

Karya Rice untuk menjelaskan urutan genetik protein struktural virus Sindbis meletakkan dasar untuk karyanya dengan virus menular lainnya.

Baca juga: Ramai soal Tes DNA, Ini Penjelasan Ahli Biologi Molekuler

Setelah mendapatkan gelar doktor pada 1981, Rice tetap di Caltech (Institut Teknologi California) sebagai rekan postdoctoral.

Ia lalu mendirikan kelompok penelitiannya di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, St Louis pada 1986 dan menjadi Profesor penuh pada 1995.

Sejak 2001, ia menjadi Profesor di Universitas Rockefeller, New York. Selama 2001-2018 dia adalah Direktur Ilmiah dan Eksekutif, Pusat Studi Hepatitis C di Universitas Rockefeller.

Baca juga: Bagaimana Cara Membedakan Flu dengan Covid-19?

Michael Houghton

Sedangkan Michael Houghton, lahir di Inggris pada 1949 silam.

Juga mengutip Britannica, Houghton menemukan virus yang sekarang dikenal sebagai hepatitis C (HCV) bersama rekannya Qui-Lim Choo dan George Kuo, pada 1989.

Identifikasi HCV memfasilitasi pengembangan tes skrining darah yang lebih baik dan metode diagnostik untuk mendeteksi hepatitis yang terutama disebabkan oleh HCV.

Baca juga: 7 Tuntutan Buruh Terkait RUU Cipta Kerja

Houghton dilahirkan dalam keluarga kelas pekerja, dengan ayahnya seorang sopir truk. Setelah berhasil lulus ujian, Houghton diterima di sekolah menengah swasta.

Dia kemudian memenangkan beasiswa untuk belajar di Universitas East Anglia, di mana dia menyelesaikan gelar dalam ilmu biologi pada 1972.

Baca juga: Mengenal Cordyceps Militaris, Obat Herbal LIPI yang Diujikan pada Pasien Covid-19

Dia kemudian kuliah di King's College London untuk studi pascasarjana.

Penelitiannya difokuskan pada penjelasan gen interferon beta manusia, interferon yang diproduksi oleh sel-sel tubuh merupakan respons pertahanan utama terhadap virus.

Pada 1977, Houghton lulus dari King's College, dan mendapatkan gelar doktor di bidang biokimia. Houghton kemudian pindah ke Amerika Serikat.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Disebutkan Akan Tersedia pada Akhir Tahun Ini, Benarkah?

Houghton sempat bekerja di pabrik farmasi GD Searle & Company sebelum ia bergabung dengan perusahaan bioteknologi yang berbasis di California, Chiron Corporation.

Di Chiron, Houghton bekerja erat dalam penyelidikan hepatitis non-A, non-B dengan sesama ilmuwan Chiron George Ching-Hung Kuo dan Qui-Lim Choo tadi, serta ahli virus Amerika Daniel W. Bradley.

Houghton dan rekan kemudian mengembangkan tes untuk menyaring HCV dalam sampel darah.

Baca juga: BPOM AS Izinkan Penggunaan Plasma Darah untuk Pengobatan Covid-19

Terobosan ini memfasilitasi pengembangan tes skrining darah yang sangat efektif untuk mencegah penularan HCV melalui transfusi darah.

Saat berada di Chiron, Houghton juga berkontribusi pada penemuangenom virus hepatitis D.

Pada 2007, Houghton meninggalkan Chiron untuk bergabung dengan Epiphany Biosciences, di mana dia menjadi kepala petugas ilmiah.

Dua tahun kemudian dia pindah ke Kanada, setelah menerima posisi Profesor Virologi Li Ka Shing di Universitas Alberta.

Penelitian selanjutnya berfokus pada pengembangan vaksin HCV.

Baca juga: Covid-19, Pengobatan Donald Trump, dan Penggunaan Remdesivir...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi