Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pengobatan Covid-19 yang Dipakai Donald Trump Berasal dari Jaringan Janin?

Baca di App
Lihat Foto
AP/Alex Brandon
Presiden Donald Trump mengacungkan jempol dari Blue Room Balcony saat kembali ke Gedung Putih Senin, 5 Oktober 2020, di Washington, setelah meninggalkan Rumah Sakit Militer Nasional Walter Reed, di Bethesda, Maryland. Trump mengumumkan bahwa dia dinyatakan positif Covid-19 pada 2 Oktober lalu.
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinyatakan positif pada Jumat (2/10/2020).

Dalam pengobatannya Trump disebutkan dirawat dengan menggunakan koktail antibodi eksperimental dari Regeneron.

Melansir ABCNews, koktail antibodi tersebut banyak disebut menggunakan sel yang berasal dari jaringan janin manusia.

Baca juga: Trump Positif Covid-19, Bagaimana Rencana Pengobatan yang Diberikan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknik penelitian semacam ini sebenarnya adalah teknik yang secara umum ingin dibatasi oleh pemerintahan Trump.

Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai keetisan penggunaan jaringan janin dan sel punca dalam penelitian inovatif.

"Presiden Trump telah menjadi lawan vokal penelitian jaringan janin dan dia menggunakannya. Saya hanya berpikir itu sangat munafik,” kata Lawrence Goldstein, anggota Dewan Penasihat Etika Penelitian Jaringan Janin Manusia Institut Kesehatan di University of California.

Baca juga: Covid-19, Pengobatan Donald Trump, dan Penggunaan Remdesivir...

Janin aborsi

Koktail Regeneron dikembangkan menggunakan sel tikus dan hamster.

Akan tetapi efektivitas kemampuan antibodi dalam menetralkan virus diuji menggunakan garis sel yang berasal dari janin yang diaborsi pada 1970-an.

Sementara itu, pihak Regeneron menyampaikan pihaknya tidak menganggap bahwa pengobatan tersebut sepenuhnya bergantung pada jaringan janin.

Baca juga: Sejarah Tato di Dunia: Bentuk Sanksi, Pengobatan, dan Seni

Hal ini karena sel-selnya telah didapatkan sejak waktu lama.

Garis 293T yang dipakai membelah diri dan tumbuh dalam kultur yang dilakukan beberapa dekade.

Selain itu jaringan tersebut memang ditujukan dalam penelitian ilmiah meskipun berasal dari jaringan janin.

“Sel ini dianggap bukan sel induk dan merupakan alat yang umum dan banyak tersebar luas di laboratorium penelitian,” kata Juru Bicara Regeneron.

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

Penelitian biologi

Adapun perusahaan lain juga tengah berlomba menemukan pengobatan yang efektif yang beberapa juga memanfaatkan jalur sel tersebut.

Juru Bicara Astra Zeneca yang juga mengembangkan vaksin mengonfirmasi bahwa mereka juga menggunakan jalur sel tersebut dalam pengembangan vaksin mereka.

“Ini berasal dari salah satu jalur sel yang paling umum digunakan dalam penelitian biologi,” kata juru bicara tersebut.

Baca juga: Covid-19, Penelitian di Inggris, dan Lamanya Virus Corona Menyebar di Udara...

Adapun perusahaan vaksin Moderna mengatakan, dulu mereka menggunakan sel tersebut akan tetapi untuk pembuatan vaksin kali ini mereka tidak menggunakannya.

Pada 2019, pemerintahan Trump menangguhkan pendanaan federal untuk penelitian ilmiah menggunakan sel dari jaringan janin yang keguguran.

Meski demikian, Undang-Undang yang ada mengizinkan penggunaan jalur sel yang sudah lama diambil sebagaimana yang digunakan Regeneron.

Baca juga: Temuan Baru, Diyakini Dapat Memecahkan Misteri Pengobatan Covid-19

Ketika diminta untuk berkomentar, Gedung Putih dan pejabat senior Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan mengatakan bahwa penelitian Regeneron sesuai dengan kebijakan pada 2019, yang mengizinkan jalur sel yang telah ditetapkan sebelumnya.

Koktail antibodi dari Regeneron dianggap cukup menjanjikan untuk pengobatan Covid-19.

Mengutip dari WGNTV, Regeneron antibodi cocktail ini menunjukkan dapat mengurangi tingkat virus di dalam tubuh dan memperpendek masa rawat inap jika diberikan awal periode infeksi.

Koktail antibodi ini belum digunakan sebagai pengobatan darurat oleh Food and Drug administration (BPOM AS).

“Ini mengandung dua antibodi yang disebut antibodi penetral dan pada dasarnya mereka menempel pada protein dalam virus yang membuat virus menjadi kurang aktif, kurang mampu menghindari pengobatan,” kata Dr Sharon Welbel dari Cook County Health.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Disebutkan Akan Tersedia pada Akhir Tahun Ini, Benarkah?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi