Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Gelombang Tiga Covid-19, Apa yang Terjadi dengan Malaysia?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Hafiz Johari
Suasana Kuala Lumpur saat pembatasan karena virus corona, April 2020.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Kasus virus corona di Malaysia saat ini telah memasuki gelombang ke tiga.

Melansir Malaymail, Direktur Jenderal Kesehatan Tan Sri Dr Noor Hisham Abdullah mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan beragam upaya pencegahan guna meratakan kurva.

“Jika Anda tinggal di rumah, maka kami dapat memutus rantai infeksi Covid-19 setelah ini. Saya mendorong semua warga Malaysia untuk tetap di rumah," kata dia.

Baca juga: Malaysia Laporkan Lonjakan Kasus Covid-19, Dipicu oleh Pemilu Sabah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia menambahkan bahwa opsi ini lebih baik daripada aturan jarak fisik dengan jarak satu meter. 

Dr Noor menjelaskan gelombang pertama virus corona di Malaysia dimulai dengan 22 kasus Covid-19 pada akhir Januari dan awal Februari 2020 lalu.

Sementara, gelombang kedua Malaysia dimulai 27 Februari 2020.

Malaysia kemudian memberlakukan sejumlah perintah kontrol pergerakan (MCO) pada 18 Maret 2020.

Setelah berhasil mengekang infeksi, pemerntah kemudian pada 10 Juni mengurangi pembatasan dan beralih ke fase pemulihan MCO.

Baca juga: Ancaman Kelaparan dan Potret Kondisi TKI di Malaysia Saat Pandemi Corona...

Penyebab

Mengutip dari Asia Times, tingkat infeksi penularan yang terjadi di berbagai pusat kota Malaysia telah dilacak pada individu dengan riwayat perjalanan ke Sabah di mana wilayah tersebut menjadi pusat penyebaran baru di negara itu.

Adapun berbagai klaster yang banyak muncul di Malaysia yakni dari klaster sekolah, universitas, pusat perbelanjaan dan kantor pemerintah.

Termasuk departemen tempat Perdana Menteri di Putrajaya.

Baca juga: 5 Fakta soal Djoko Tjandra, dari Dirikan Grup Mulia hingga Ditangkap Polisi di Malaysia

Perdana Menteri Muhyiddin Yassin saat ini bersama 13 menteri dan wakil menteri melakukan karantina 14 hari pada 5 Oktober.

Penemuan kasus di kantor Muhyidin bermula dari diketahuinya Menteri Agama Zulkifli Mohamad Al-Bakri yang positif usai dua hari sebelumnya menghadiri pertemuan tingkat tinggi yang dipimpin perdana menteri.

Zulkifli sendiri sebelumnya melakukan kampanye mengunjungi Sabah pada 26 September dan melanjutkan jadwalnya menghadiri acara resmi di semenanjung barat.

Baca juga: Viral Gambar Barang-barang Berjamur di Pusat Perbelanjaan Malaysia Setelah Tutup 2 Bulan

Kritik pelaksanaan Pemilu

Muhyidin menerima beragam kritik lantaran tidak memberlakukannya karantina wajib dua minggu bagi mereka yang kembali dari Sabah.

Beberapa orang Malaysia di media sosial juga menyalahkan Muhyidin yang tetap menggelar pemilihan di Sabah saat kasus negara itu meningkat.

Sementara itu, Perdana Menteri menghubungkan peningkatan kasus nasional Malaysia karena banyaknya migran tak berdokumen yang masuk secara ilegal melalui Sabah.

Baca juga: Polri: Penyebar Hoaks Corona Bisa Kena UU ITE, Terancam 6 Tahun Penjara

Ia juga menyalahkan tahanan yang terinfeksi yang menularkan ke staf penjara.

Namun, ia mengakui kurangnya kepatuhan protokol kesehatan saat kampanye jadi faktor penyebab.

“Saya akui kampanye pemilihan Sabah adalah salah satu alasan lonjakan kasus baru-baru ini,” kata Muhyiddin dalam pidatonya.

Melansir Worldometer, saat ini kasus di Malaysia ada sebanyak 15.096 kasus, 155 kematian dan 10.780 sembuh.

Baca juga: WNI Dilarang Masuk Malaysia Mulai Pekan Depan, Benarkah karena Corona?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Gejala Nourologis pada Pasien Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi