Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Krisis Wabah Demam Kuning Landa Philadelphia

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock
Ilustrasi nyamuk sedang mengisap darah manusia
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 227 tahun yang lalu, tepatnya 11 Oktober 1793, angka kematian yang disebabkan oleh epidemi demam kuning atau yellow fever di Philadelphia mencapai 100 orang.

Hingga akhir pandemi, total 5.000 kasus kematian akibat penyakit ini terjadi di sana. 

Demam kuning atau dikenal juga sebagai "Wabah Amerika" saat itu, merupakan penyakit menular yang dimulai dengan gejala demam dan nyeri otot. 

Baca juga: Bagaimana Vaksin Flu dapat Membantu Melawan Covid-19?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah itu, para pasien akan mengalami penyakit kuning. Oleh karena itu, epidemi ini disebut sebagai demam kuning.

Sebab, hati dan ginjal dari para pasien ini berhenti berfungsi secara normal.

Beberapa penderita kemudian juga mengalami gejala yang lebih buruk seperti muntah darah. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya pendarahan internal di saluran pencernaan.

Banyak korban mengigau sebelum pada akhirnya meninggal dunia.

Baca juga: Saat Ratusan Orang Meninggal karena Salah Informasi Covid-19...

Awal wabah

Melansir History, wabah pertama demam kuning di Amerika Serikat (AS) terjadi pada akhir 1690-an. 

Hampir 100 tahun setelahnya, di akhir musim panas 1793, para pengungsi dari epidemi demam kuning di Karibia pergi ke Philadelphia.

Dalam seminggu, orang-orang di dalam kota tersebut pun mulai mengalami gejala-gejala demam kuning.

Baca juga: Virus Corona, Wabah Demam Berdarah, dan Analisis Para Ahli...

Namun demikian, penyebab dari munculnya wabah ini tidak diketahui secara pasti. 

Seorang dokter ternama di Philadelphia saat itu, Benjamin Rush meyakini bahwa penyakit ini disebabkan oleh kondisi sanitasi yang buruk dan udara kota yang terkontaminasi.

Saat penyakit mulai menyebar, para warga Philadelphia berusaha keras untuk mencegah paparannya.

Mereka mulai menjaga jarak satu sama lain dan menghindari jabat tangan.

Baca juga: Saat Australia Mencoba Alternatif Pelacakan Virus Corona Melalui Selokan...

Selain itu, mereka juga menutup wajah dengan sapu tangan yang telah dicelupkan ke dalam cuka atau tembakau asap.

Menurut mereka, upaya ini mencegah udara yang terkontaminasi virus untuk dapat terhirup.

Namun demikian, wabah terus berkembang dan pada pertengahan Oktober, 100 orang meninggal karena virus tersebut setiap harinya.

Baca juga: Benarkah Vaksin Covid-19 Siap pada Januari 2021?

Evakuasi dan metode pengobatan

Perawatan terhadap banyaknya pasien tersebut sangat membebani layanan publik hingga akhirnya pemerintah lokal kota pun "tumbang".

Padahal, saat itu, Philadelphia merupakan tempat pemerintahan AS. Namun, otoritas federal hanya mengevakuasi kota di tengah epidemi yang terjadi tersebut.

Ada sekitar 20.000 orang atau hampir setengah dari total populasi kota yang turut serta dalam evakuasi, termasuk sebagian besar dokter.

Namun, Benjamin Rush tetap tinggal dan merawat para pasien.

Baca juga: Malaysia Laporkan Lonjakan Kasus Covid-19, Dipicu oleh Pemilu Sabah

Rush sendiri kehilangan saudara perempuannya karena penyakit ini.

Ia pun sempat jatuh sakit dan berhasil sembuh.

Terlepas dari semua upayanya, pengobatan keras yang dilakukan oleh Rush menuai banyak kritik.

Pengobatan yang ia lakukan di antaranya termasuk pengambilan sebagian darah pasien, "Mercurial Sweating Powder", dan muntah paksa.

Baca juga: Virus Corona dan Uji Coba Pengencer Darah pada Pasien Covid-19...

Metode-metode yang dilakukan Rush dianggap tidak dapat menghentikan penyebaran penyakit dan justru meningkatkan rasa sakit yang dialami oleh pasien-pasiennya.

Penelitian-penelitian ekstensif pun terus dilakukan untuk mengetahui sumber dan obat dari penyakit tersebut saat itu. Akan tetapi, butuh waktu lebih dari satu abad untuk membuktikan bahwa nyamuk adalah pembawa demam kuning ini, yaitu pada 1900-an.

Sebenarnya, populasi nyamuk di Philadelphia sudah sempat dibasmi dan kasus kematian pun menurun menjadi 20 kasus per hari pada 26 Oktober 1793.

Saat ini, vaksin untuk mencegah demam kuning juga telah tersedia di sebagian besar wilayah dunia meskipun tiap tahunnya masih ada ribuan orang yang meninggal dunia akibat penyakit ini. 

Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi