Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Iga Swiatek, Petenis 19 Tahun yang Jadi Juara Tunggal Putri French Open 2020

Baca di App
Lihat Foto
Twitter/ iga_swiatek
Iga Swiatek, mengangkat piala French Open
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Final turnamen tenis French Open 2020 yang digelar di tengah pandemi virus corona menjadi saksi lahirnya juara baru untuk kategori tunggal putri.

Dalam pertandingan final yang digelar pada Sabtu (10/10/2020) waktu setempat, petenis muda asal Polandia, Iga Swiatek, berhasil menundukkan Sofia Kenin di lapangan tanah liat Roland Garros.

Swiatek meraih gelar juara setelah mengakhiri perlawanan Kenin, juara Australian Open, lewat dua set meyakinkan, 6-4 dan 6-1.

Dia memastikan kemenangannya setelah pukulan forehand pamungkasnya tidak dapat dikembalikan oleh Kenin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seketika, Swiatek menutup mulutnya, terkejut, dan tidak menyangka, sebelum akhirnya ia melakukan selebrasi kemenangan di depan pendukungnya.

Kuda hitam

Dikutip dari Harian Kompas, Senin (12/10/2020), Swiatek adalah kuda hitam dalam turnamen French Open tahun ini.

Dia datang ke turnamen sebagai petenis peringkat ke-54.

Dengan hanya catatan tujuh kali bermain di tujuh turnamen besar dan belum pernah menembus babak ke-4, Swiatek dianggap hanya penggembira dan pelengkap French Open 2020.

Namun, siapa sangka, dia justru merengkuh juara dengan selalu menyapu bersih dua set langsung atau straight set sejak babak 128 besar.

Petenis berusia 19 tahun ini melewati tujuh babak tanpa kesulitan berarti meski dihadang para petenis veteran.

Simona Halep, unggulan pertama turnamen, menjadi korbannya di babak 16 besar. Halep, yang sudah meraih dua gelar Grand Slam saat Swiatek masih di bangku sekolah, tidak berdaya menghadapinya.

Nasib sama dialami Kenin, petenis dengan rekor kemenangan 16-1 di turnamen besar sepanjang tahun ini. Kenin takluk tanpa perlawanan berarti, 4-6, 1-6.

Gelar juara ini menyandingkan Swiatek bersama petenis putri legendaris Monica Seles. Dia jadi petenis termuda yang bisa juara di turnamen ini setelah Seles pada 1992.

Baca juga: Juara French Open 2020, Rafael Nadal Tegaskan Status Raja Tanah Liat

Peran keluarga

Iga Swiatek lahir di Warsawa, Polandia, pada 31 Mei 2001. Potensi besar dan kehebatan Swiatek tidak terlepas dari peran besar keluarganya, bakat olahraga sudah mengalir dalam darahnya.

Ayahnya, Tomasz Swiatek, adalah mantan atlet dayung Polandia. Sementara, sang kakak, Agata Swiatek, pernah menjadi petenis di level junior.

Selain bakat fisik, mentalitas juara Swiatek juga datang dari kedua sosok tersebut. Tomasz, yang pernah tampil di Olimpiade Seoul 1988, selalu mengajarkan komitmen dan sikap profesional sebagai atlet.

Sementara itu, Agata membangkitkan jiwa kompetitif yang ada dalam diri adiknya. Kedua saudara itu selalu bersaing dan saling mengalahkan.

Sejak usia 15 tahun, Iga Swiatek dilatih langsung oleh petenis lokal Polandia, Piotr Sierzputowski.

Latihan keras bertahun-tahun menghasilkan kecakapan teknik dan kepintaran bermain di lapangan.

Tidak mengherankan jika kemudian petenis pengguna tangan kanan ini berprestasi sejak level junior.

Dia pernah meraih juara tunggal putri Wimbledon dan ganda putri French Open di level junior. Puncaknya, dia meraih emas ganda putri Olimpiade Remaja Buenos Aires 2018.

Baca juga: Juara French Open 2020, Rafael Nadal Kini Koleksi 20 Gelar Grand Slam

Kekuatan mental

Selain peran keluarga dan latihan fisik yang keras, kunci terbesar kesuksesan Swiatek di panggung tertinggi, level senior, adalah keputusannya menggunakan jasa psikolog olahraga Daria Abramowics pada usia 17 tahun.

Swiatek menyadari, pikiran dan mental berperan penting untuk menjadi juara. Pentingnya sisi psikologis ini yang jarang dilihat oleh petenis muda lainnya.

Menurut Abramowics, banyak atlet muda menyia-nyiakan bakat besar karena tak mampu mengatasi tekanan pikiran. Mereka menyimpan sendiri masalah yang dihadapi, baik di dalam maupun luar lapangan.

Padahal, masalah di pikiran itu bisa sangat mengganggu permainan. Misalnya, karena terlalu gugup, pemain merasakan sakit di bagian tubuhnya yang sebenarnya tidak ada cedera.

Bisa juga, petenis muda merasa harus tampil baik karena sudah berlatih keras selama latihan. Kata ”harus” tanpa disadari bisa jadi beban dalam pikiran.

Seringkali, beban itu justru menjadi sebuah penyebab yang merusak permainan mereka.

Pahlawan baru 

Dari kuda hitam, Swiatek kini menjadi harapan baru di dunia tenis di masa depan. Setelah kemenangan di French Open 2020, dia naik dari peringkat ke-54 jadi ke-17.

Artinya, petenis dengan dasar bermain ganda ini akan bisa tampil di semua turnamen Grand Slam.

Kini, warga Polandia punya pahlawan baru. Setelah memiliki Robert Lewandowski dari sepak bola, mereka punya Swiatek dalam tenis.

French Open 2020 hanyalah pembuka keran prestasinya. Dengan kematangan fisik dan pikiran, gelar demi gelar menunggunya di masa depan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi