KOMPAS.com - Uji coba yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa obat remdesivir dari perusahaan farmasi Gilead Sciences Inc tidak secara signifikan membantu pasien Covid-19.
WHO menyampaikan kesimpulan ini pada Kamis (15/10/2020) lalu.
Disebutkan, uji coba "Solidaritas" yang dilakukan menyimpulkan bahwa remdesivir terlihat hanya memiliki sedikit efek atau tidak sama sekali pada waktu kematian 28 hari atau lama waktu rawat inap pada pasien dengan penyakit pernapasan.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Remdesivir, Obat Covid-19 yang Diberikan kepada Donald Trump
Kritikan Gilead
Pihak Gilead mempertanyakan temuan ini dengan mengatakan bahwa "data yang muncul dari WHO tidak konsisten".
Menurut mereka, temuan tersebut bersifat terlalu awal dan ada studi-studi lain yang menjadi validasi manfaat obat ini.
Salah satunya adalah melibatkan 1.062 pasien yang dibandingkan dengan plasebo. Hasilnya menunjukkan waktu pemulihan yang lebih cepat.
"Data yang muncul di studi WHO ini tidak konsisten. Bukti yang lebih kuat dari berbagai penelitian random dan terkontrol yang diterbitkan dalam junal peer-reviewed memvalidasi manfaat klinis remdesivir," kata Gilead.
Perusahaan ini mengatakan ada ketidakjelasan dari penarikan kesimpulan yang dilakukan.
Pasalnya, terdapat perbedaan pelaksanaan uji coba dari satu tempat ke tempat lain dan antar pasien yang menerima obat tersebut.
Melansir Straits Times, Jumat (16/10/2020), pejabat kesehatan ternama di AS, Dr Anthony Fauci memprediksi bahwa remdesivir dapat menjadi "standar perawatan".
Baca juga: Ini Kandidat Obat Covid-19 yang “Menjanjikan”, Salah Satunya Remdesivir
Hasil evaluasi
Menjawab kritikan Gilead, peneliti yang mengevaluasi hasil uji coba WHO membenarkan kesimpulan yang disampaikan.
"Ini hasil yang dapat diandalkan. Jangan biarkan siapapun memberikan kesimpulan sebaliknya. Sebab, mereka tengah mencobanya," kata ahli statistik independen yang dipekerjakan WHO untuk mengevaluasi uji cobanya, Dr Richard Peto sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (16/10/2020).
Ia menambahkan, kemungkinan manfaat remdesivir yang muncul pada sejumlah pasien dipengaruhi oleh faktor kesempatan.
Seperti diketahui, pengobatan antivirus ini merupakan salah satu yang digunakan untuk merawat Presiden AS Donald Trump setelah dikonfirmasi positif virus corona.
Dalam beberapa studi sebelumnya, remdesivir memang menunjukkan efeknya dalam memperpendek waktu untuk pulih, meskipun Uni Eropa juga tengah menyelidiki kemungkinan cedera ginjal yang disebabkan oleh pengobatan ini.
Uji coba WHO
Sementara, uji coba yang dilakukan oleh WHO melibatkan 11.266 pasien berusia dewasa di lebih dari 30 negara.
WHO menyebut bahwa bukti yang ditunjukan bersifat konklusif.
Uji coba Solidaritas yang dilakukan oleh WHO juga mengevaluasi hydroxychoroquine yang juga disimpulkan hanya memberikan sedikit pengaruh dalam membantu pasien bertahan atau lebih cepat keluar dari rumah sakit.
Adapun hasil tersebut belum ditinjau dan diunggah dalam server pracetak medRvix.
Baca juga: Disebut Manjur Obati Pasien Covid-19, Sejumlah Negara Berebut Remdesivir
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.