Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kajian WHO: Efek Remdesivir Kurangi Risiko Kematian akibat Covid-19 Kecil

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Tobias Arhelger
Ilustrasi remdesivir
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Penelitian besar yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa obat remdesivir tidak meningkatkan peluang kelangsungan hidup dalam kasus infeksi virus corona.

Melansir NZ Herald, Jumat (16/10/2020), sejauh ini, lebih dari 11.200 pasien yang dirawat di seluruh dunia karena Covid-19 ditangani dengan menggunakan remdesivir.

Selain remdesivir, ada beberapa obat anti-virus yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19, yaitu lopinavir, hidroksikloroquin, interferon atau plasebo.

Namun, tidak satu pun dari obat-obatan tadi yang secara substansial memengaruhi risiko kematian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan dari penelitian yang dilakukan WHO itu menjadi pukulan bagi harapan bahwa dunia dapat lebih baik merawat pasien Covid-19 yang telah menyebar sejak akhir 2019.

Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia telah meninggal akibat infeksi virus corona.

Temuan kajian WHO, yang disebut dengan Solidarity, menjadi berita yang sangat buruk bagi banyak negara di seluruh dunia.

Secara khusus di Amerika Serikat (AS), di mana remdesivir menjadi satu dari dua pengobatan yang mendapatkan otorisasi darurat dari Food and Drug Administration (FDA).

Baca juga: Harga Obat Remdesivir untuk Indonesia Turun Jadi Rp 1,5 Juta Per Vial

Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan, Pemerintah AS menyebutkan, penelitian menunjukkan bahwa remdesivir telah meningkatkan peluang kelangsungan hidup bagi pasien Covid-19.

Obat ini juga diklaim mempersingkat waktu pemulihan orang-orang yang menderita penyakit infeksi virus corona jenis baru tersebut.

Bahkan, Pemerintah AS telah mengumpulkan persediaan remdesivir.

Regulator seperti FDA juga mencabut persetujuan darurat untuk obat lain yang ditemukan tidak efektif untuk mengobati Covid-19 melalui uji coba WHO.

Melansir The Guardian, obat tersebut, yang dibuat oleh perusahaan bioteknologi AS Gilead, disebut sebagai obat yang potensial dan digunakan oleh Presiden AS Donald Trump saat terinfeksi Covid-19.

Sebuah uji coba di AS sebelumnya menunjukkan bahwa obat tersebut dapat mengurangi lamanya waktu seorang pasien menjalani perawatan di rumah sakit.

Menurut WHO, perusahaan telah diberitahu hasil kajian itu, yang sebelumnya sebagai bagian dari kesepakatan untuk menyediakan obat secara gratis.

Banyak negara telah memasukkan remdesivir dalam daftar pengobatan mereka untuk pasien Covid-19, berdasarkan penelitian AS yang jauh lebih kecil yang menemukan obat tersebut mempersingkat masa tinggal di rumah sakit.

Komite pedoman WHO akan melihat data dari uji coba dan memutuskan rekomendasi apa yang akan dibuat tentang obat tersebut.

Baca juga: Covid-19, Pengobatan Donald Trump, dan Penggunaan Remdesivir... 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi