Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Ahli Virus sebagai "Bencana", Perseteruan Trump Vs Ilmuwan Kian Memanas

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/ALEX BRANDON
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengacungkan jempol saat beranjak meninggalkan Blue Room Balcony Gedung Putih. Ia menyapa para pendukungnya pada Sabtu (10/10/2020).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Senin (19/10/2020), menyebut pakar virus corona Anthony Fauci sebagai bencana.

Pernyataan itu muncul ketika ia menyampaikan kekesalannya terhadap Fauci selama panggilan telepon untuk meyakinkan staf kampanye bahwa ia bisa memenangkan pemilu AS.

Perselisihan Trump dan Fauci terkait penanganan virus corona di AS sudah berlangsung sejak lama dan berdampak pada menurunnya elektabilitas Trump.

Fauci merupakan salah satu ilmuwan yang paling dikagumi di AS yang terus mendesak agar pemerintah menangani pandemi Covid-19 dengan serius.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di lain pihak, Trump mengklaim bahwa kondisi terburuk di AS telah berlalu.

"Fauci adalah bencana. Jika saya mendengarkannya, kami akan memiliki 500.000 kematian," kata Trump selama panggilan telepon, dikutip dari Reuters, Senin (19/10/2020).

Baca juga: Studi Cornell University: Presiden AS Donald Trump Pendorong Terbesar Misinformasi Covid-19

Panggilan konferensi Trump itu bertujuan memperkuat tim kampanye nasional di tengah rentetan cerita yang menunjukkan kampanyenya dalam kekacauan.

Dengan 15 hari waktu tersisa, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden memimpin jajak pendapat nasional dan mendominasi di banyak negara bagian.

Bahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah, majalah Nature menyatakan dukungannya secara langsung terhadap Biden.

Dalam artikelnya yang tayang pada Rabu (14/10/2020), Nature menegaskan tak akan berdiam diri dan membiarkan sains dirusak.

Biden disebut merupakan harapan terbaik bangsa untuk mulai memperbaiki kerusakan pada sains dan kebenaran berdasarkan kebijakan dan catatan kepemimpinannya saat menjabat sebagai mantan wakil presiden dan senator.

"Kepercayaan Joe Biden pada kebenaran, bukti, sains, dan demokrasi menjadikannya satu-satunya pilihan dalam pemilu AS," tulis Nature.

Menurut mereka, tak ada presiden AS dalam sejarah yang terus menyerang dan merusak begitu banyak lembaga berharga, seperti sains, media, pengadilan, hingga kehakiman.

Baca juga: Melania Trump Ungkap Putranya Positif Covid-19, tetapi Kini Sudah Negatif

Nature melihat adanya kontradiksi dalam pernyataan Trump yang selalu mengklaim 'America First', tetapi dalam praktiknya ia menempatkan dirinya sendiri sebagai yang pertama.

"Pemerintahannya telah berselisih dengan sekutu lama negara, meninggalkan perjanjian, organisasi ilmiah, dan lingkungan internasional yang penting, terutama kesepakatan iklim Paris 2015, kesepakatan nuklir Iran, Badan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan PBB UNESCO, bahkan WHO," papar Nature.

Terkait penanganan pandemi Covid-19, Nature menyebut Trump memilih untuk tidak menyusun strategi nasional yang komprehensif dengan meningkatkan pengujian dan pelacakan kontak pada awal-awal pandemi.

Sebaliknya, ia justru secara terbuka mencemooh pedoman kesehatan berbasis sains yang ditetapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS untuk penggunaan masker dan penerapan jarak sosial.

CDC kemudian menulis ulang pedoman ketika pesan tersebut tidak sejalan dengan agendanya.

"Trump telah berbohong tentang bahaya yang ditimbulkan oleh virus itu dan mendorong orang untuk memprotes kebijakan yang dimaksudkan untuk memperlambat penularannya," tulis Nature.

"Hasilnya adalah meremehkan krisis terbesar yang dihadapi negara dan dunia setidaknya selama setengah abad," lanjut dia.

Baca juga: Klaim Gedung Putih dan Informasi Seputar Presiden AS Donald Trump

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi