Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Hentikan Pendaftaran Pasien Uji Coba Obat Antibodi Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PCPartStudio
Ilustrasi obat Covid-19. Terapi obat antibodi untuki pengobatan Covid-19.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Pusat Penyakit Menular Nasional (NICD) Singapura memutuskan menghentikan sementara pendaftaran pasien Covid-19 untuk uji coba obat antibodi dari perusahaan farmasi asal Amerika, Eli Lilly.

Sebelumnya, NCID mengumumkan telah siap mendaftarkan pasien-pasien pertamanya dalam uji coba pada 6 Oktober.

Namun, Eli Lilly mengatakan harus menunda sementara uji coba tahap akhir dari obat virus corona bernama Activ-3 yang tengah dikembangkannya minggu lalu.

Pihak perusahaan tidak mengungkapkan detail alasan keamanan yang menjadi pertimbangan penundaan itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Menindaklanjuti instruksi dari dewan pengawas keamanan Activ-3, NCID segera menghentikan sementara pendaftaran pasien baru Covid-19 untuk uji coba," kata NCID sebagaimana dikutip The Straits Times, Senin (19/10/2020).

Baca juga: Diklaim Aman, Vaksin Corona CNBG China Ditawarkan Gratis bagi Pelajar

Kelanjutan uji coba

Penundaan ini tidak berdampak pada perawatan pasien Covid-19 yang telah didaftarkan dalam uji coba.

Sejauh ini, satu pasien di Singapura telah berpartisipasi dalam penelitian tersebut dan berada dalam kondisi yang baik.

NCID menambahkan, Dewan Pengawas Keamanan tengah meninjau data penelitian secara lebih lanjut untuk dapat menyimpulkan apakah uji coba dapat dilanjutkan dengan aman dalam beberapa minggu ke depan.

Pihaknya berencana mendaftarkan 100 pasien lokal dalam penelitian itu.

Pada 8 Oktober, mereka mengatakan akan mendaftarkan pasien Covid-19 yang memiliki pneumonia atau pasien berisiko tinggi berusia di atas 45 tahun dan memiliki masalah-masalah kesehatan kronis seperti diabetes atau tekanan darah tinggi.

Pasien akan memperoleh antibodi tersebut atau plasebo dan juga diberikan obat remdesivir.

Selain itu, pasien juga mungkin diberi obat steroid dexamethasone, obat yang secara luas dikenal berfungsi menekan respons kekebalan tubuh. Obat tersebut juga digunakan untuk mengobati asma dan reaksi alergi yang parah.

Baca juga: Uji Coba Fase 3 di Brasil, Vaksin Corona Sinovac Disebut Aman

Penggagasan vaksin bersama

Selain upaya uji coba obat terkait Covid-19, berbagai pihak juga tengah berusaha mengembangkan vaksin virus corona.

Namun hingga kini, belum ada kandidat vaksin virus corona yang telah terbukti efektif. 

Perwakilan Singapura di Kantor PBB Geneva, Umej Bhatia, mengatakan memperoleh vaksin Covid-19 yang efektif masih menjadi tantangan hingga kini, terutama dengan kondisi pandemi yang masih berlangsung. 

Namun, dengan teknologi komunikasi saat ini, ia dan stafnya di Swiss menjadi salah satu kelompok yang memelopori upaya bersama (multi-nation) untuk mengembangkan dan mendistribusikan vaksin Covid-19 ke semua negara, kaya atau miskin, besar atau pun kecil.

Penyebabnya, "nasionalisme vaksin" terlihat mulai meningkat seiring upaya pemerintah negara-negara di dunia untuk mengamankan akses terhadap vaksin untuk warga negaranya.

Baca juga: Menristek: Sekali Suntikan Vaksin Covid-19 Tidak untuk Seumur Hidup

Untuk itu, Singapura menggagas pembentukan Friends of the Covid-19 Vaccine Global Access (Covax) atau FOF, yang melibatkan orang-orang dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Dewan Pengembangan Ekonomi (EDB).

Swiss juga turut serta bergabung sebagai co-chair.

Dalam beberapa minggu, FOF telah memiliki 15 anggota termasuk Australia, Kanada, Uni Eropa, Islandia, Israel, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Norwegia, Qatar, Arab Saudi, Swiss, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Inggris.

Dipimpin oleh Singapura, FOF bekerja sama dengan Gavi, Cepi, dan WHO. 

Gavi merupakan organisasi vaksin publik-swasta, sedangkan Cepi adalah kerja sama vaksin global. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi