Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Dokter Nasional, Bagaimana Sejarahnya?

Baca di App
Lihat Foto
INSTAGRAM @dr.samercheaib
Foto bayi baru lahir yang lepas masker Dr Samer Cheaib viral di media sosial dan jadi simbol harapan di tengah pandemi virus corona.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Hari Dokter Nasional diperingati setiap 24 Oktober. Peringatan Hari Dokter Nasional sendiri tak lepas dari hari jadi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 1950.

Selama pandemi, setidaknya 130 dokter meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Data tersebut berdasarkan catatan IDI hingga 3 Oktober 2020 atau sehari setelah pandemi Covid-19 tepat tujuh bulan terjadi di Indonesia.

Baca juga: 130 Dokter Meninggal akibat Covid-19, Dokter Umum Paling Banyak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana sejarah peringatan Hari Dokter Nasional tersebut?

Sejarah Hari Dokter Nasional

Hari Dokter Nasional dikumandangkan pertama kali pada setiap 24 Oktober saat Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Ujungpandang pada 22-27 Oktober 1994.

Hal itu sebagaimana disampaikan Ketua IDI Jakarta Pusat, Agus Purwadianto berdasarkan catatan Harian Kompas, Selasa (22/10/1994).

“Dalam muktamar kali ini, InsyaAllah juga akan dikumandangkan pertama kali soal 'Hari Dokter' pada setiap tanggal 24 Oktober,” kata dia.

Baca juga: BUMN Perum Jasa Tirta I Buka Lowongan untuk Dokter dan Akuntan, Berminat?

Adapun pencetusan Hari Dokter sendiri, imbuhnya dicetuskan dengan diilhami oleh peristiwa 24 Oktober 1950 di mana saat itu organisasi IDI didirikan sebagai organisasi profesi kedokteran yang para pemimpin dan anggotanya hanya dokter Indonesia dan tak ada lagi dokter asingnya (Belanda).

Pencetusan salah satu hari sebagai Hari Dokter Nasional menurut Agus bukanlah suatu yang berlebihan.

Hal ini karena dari sejarahnya, para dokter telah mencetak prestasi dalam kurun waktu penjajahan, kemerdekaan maupun di era pembangunan.

Baca juga: Tanggapan IDI soal Tudingan Kasus Corona merupakan Proyek Memperkaya Dokter

Sebagaimana diketahui, pada masa lalu Gerakan Kebangkitan Nasional banyak dimotori oleh dokter seperti Wahidin Soedirohusodo, Soetomo dan sebagainya.

Saat IDI dibentuk pada 1950, organisasi ini juga telah disebar ke berbagai karisidenan hingga kemudian muncullah istilah dokabu (dokter kabupaten) yang digunakan untuk penyebutan mereka yang mengabdi di daerah.

Menurutnya, diakuinya Hari Dokter Nasional tersebut merupakan bukti bahwa profesi dokter adalah profesi mulia dan sekaligus menjadi sarana bagi kelompok profesi ini untuk menjaga tradisi kemuliaan dengan tidak jatuh dalam kebrutalan moral.

Baca juga: Ramai soal Penolakan Jenazah Covid-19, Dokter: Pasien Meninggal, Virus Pun Mati

Sejarah IDI

Meskipun dibentuk secara resmi pada 1950, persatuan dokter telah ada sejak 1911.

Perkumpulan dokter senusantara lahir pada 1911 yang diberi nama Vereniging van Indische Artsen.

Pada 1926, organisasi tersebut kemudian berubah nama menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VIG).

VIG pada masa penudukan Jepang kemudian dibubarkan dan diganti menjai Jawa izi Hooko-Kai.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Selanjutnya pada 30 Juli 1950 atas usul Dr Seni Sastromidjojo, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) & DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) mengusulkan pertemuan yang kemuian terwujud sebagai Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI).

Muktamar sendiri saat itu diketuai Dr Bahder Djohan.

Puncaknya pada 22-25 September 1950, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang kemudian diresmikan pada bulan Oktober.

Dalam muktamar IDI itu, Dr Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.

Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern

Survei Tim Mitigasi PB IDI Infografik 109 kematian dokter di Indonesia akibat Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi