KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial bahwa mayoritas kematian saat pandemi influenza 1918 berasal dari pneumonia bakterial akibat penggunaan masker selama berjam-jam.
Informasi tersebut diklaim berasal dari studi National Institutes of Health pada 2008 yang diketuai Dr. Anthony Fauci. Fauci saat ini duduk dalam jajaran gugus tugas penanganan Covid-19 di Amerika Serikat (AS).
Informasi yang tersiar di media sosial itu salah. Studi National Institutes of Health pada 2008 tidak menganalisis hubungan antara penggunaan masker dengan pneumonia bakterial.
WHO pun menganjurkan penggunaan masker selama pandemi Covid-19 dengan ketentuan mengganti masker setidaknya sekali sehari.
Narasi yang Beredar
Akun Facebook Michelle Murphy pada 19 Oktober 2020 menulis bahwa orang yang tidak mengenakan masker justru mengubur orang-orang yang memakai masker. Sebab, menggunakan masker selama berjam-jam dapat mengakibatkan pneumonia bakterial.
Status itu merujuk pada kasus pandemi influenza pada 1918 yang mengakibatkan kematina jutaan orang. Akun Michelle Murphy juga menautkan artikel berjudul "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic" dari situs web National Institutes of Health (NIH).
Berikut isi lengkap statusnya:
"The unmasked buried the masked in the "Spanish Flu." Dr Anthony Fauci 2008
Bacterial pneumonia occurs from wearing masks for hours.
99.7%"
Akun Facebook Lisa Metzger dan Sarah Pursell juga mengunggah hal yang sama.
Penjelasan
Penelusuran dimulai dari artikel bertajuk "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic", terbit pada 19 Agustus 2008, yang dimuat situs web National Institues of Health (NIH).
Artikel itu menyebut mayoritas kematian selama pandemi influenza tahun 1918-1919 tidak disebabkan oleh virus influenza saja. Sebagian besar korban meninggal disebabkan pneumonia bakterial setelah infeksi virus influenza.
Pneumonia terjadi ketika bakteri yang biasanya menghuni hidung dan tenggorokan menyerang paru-paru di sepanjang jalur yang dibuat saat virus menghancurkan sel-sel yang melapisi saluran pernapasan dan paru-paru.
Laporan itu berasal dari para peneliti National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), bagian dari NIH.
"Sejumlah besar bukti yang diperiksa dari analisis historis dan modern atas pandemi influenza 1918 mendukung skenario bahwa virus yang merusak diikuti pneumonia bakterial menyebabkan sebagian besar kematian," kata Direktur NIAID Anthony S. Fauci dalam artikel tersebut.
Saat ini Fauci berada dalam gugus tugas penanganan Covid-19 Amerika Serikat (AS).
Masih dari artikel itu, NIAID memprediksi bahwa pandemi influenza di masa depan kemungkinan terjadi dengan cara yamg sama.
Artikel tersebut tidak menyebutkan hubungan antara pemakaian masker terus-menerus dengan pneumonia bakteri.
"Tidak ada penelitian terkemuka yang menghubungkan penggunaan masker dengan peningkatan pneumonia bakteri," kata dokter perawatan kritis dan penyakit menular di University of Virginia, Taison Bell, dikutip dari AFP Fact Check, Jumat (23/10/2020).
Menurut Bell, selain menggunakan masker, dianjurkan untuk menjaga kebersihan, mencuci tangan dan menjaga jarak sosial.
Badan kesehatan dunia WHO pada 5 Juni 2020 mengeluarkan panduan penggunaan masker dalam konteks Covid-19.
Masker digunakan sebagian bagian dari serangkaian pencegahan untuk membatasi sebaran penyakit virus pernapasan tertentu, termasuk Covid-19. Masker diajurkan diganti setidaknya sekali sehari.
Dalam panduan itu, tidak ada risiko berbahaya terkait pneumonia bakterial dari penggunaan masker.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim bahwa mayoritas kematian saat pandemi influenza 1918 berasal dari pneumonia bakterial akibat menggunakan masker tidak benar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.