Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jurnalis
Bergabung sejak: 11 Apr 2017

Jurnalis

Eksklusif, Melihat Langsung Jenazah Cai Changpan yang Disebut Tewas Bunuh Diri

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS TV
-
Editor: Heru Margianto

CAI Changpan tewas mendadak setelah 8 bulan bersusah payah menggali terowongan rahasia sedalam 2 meter sejauh 30 meter dari dalam penjara untuk kabur. Sebulan menghilang di hutan Tenjo, Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ia ditemukan tewas mendadak.

Apa yang sesungguhnya terjadi?

Untuk menjawab pertanyaan ini, program AIMAN melakukan penelusuran, mulai dari titik di mana ia sempat tinggal selama sekitar 1 bulan di hutan hingga di mana ia ditemukan tewas.

AIMAN meminta izin kepada pejabat Polri termasuk pimpinan Rumah Sakit Polri untuk melihat jenazah yang konon diidentifikasi sebagai Cai Changpan di dalam Cold Storage RS Polri yang belum pernah dimasuki oleh media massa mana pun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksikan tayangan eksklusif ini dalam Program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 20.00 di Kompas TV.

Masuk ke dalam hutan

Penelusuran saya mulai dari hutan di mana Cai ditemukan tewas. Saya melaju di tol Jakarta - Tangerang dan keluar di pintu tol Balaraja Timur. Dari sini saya menyusuri jalur selatan hingga masuk ke Kabupaten Bogor.

Tibalah saya di Tenjo. Masih butuh sekitar 2 jam perjalanan mengendarai mobil untuk sampai ke perbatasan hutan Jasinga, Kabupaten Bogor. Mobil biasa tidak bisa masuk ke dalam utan. Butuh mobil dengan penggerak 4 roda atau jalan kaki.

Saya masuk ke hutan dengan berjalan kaki. Setelah 1 jam berjalan, sampailah saya di lokasi pembakaran ban. Betul-betul berada di tengah hutan.

Di sisi selatan, di kejauhan, saya bisa melihat Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Sementara, di sisi barat terbentang jajaran perbukitan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Banten.

Suasananya sungguh sepi, tak terdengar apa pun. Desa terdekat harus dijajaki dengan jalan kaki atau naik motor sekitar 30 menit dengan kondisi alam yang cukup sulit: tanah becek berlumpur.

Saya takjub melihat alamnya yang begitu indah. Saya juga terkejut melihat areal pembakaran ban yang begitu luas. Meski tak ada orang bekerja saat saya datang namun bau sisa pembakaran ban masih terasa menyengat, seperti bau aspal panas.

Saya berjalan berkeliling pabrik. Sementara, beberapa anggota tim saya minta menuju desa terdekat untuk mencari orang yang bisa saya wawancara.

Di areal pabrik itu saya melihat berbagai jenis merek ban yang tidak ada di pasar Indonesia. Ban-ban ini dibakar untuk dijadikan bahan dasar pembuatan ban baru.

 

Dari mana ban-ban ini? Entahlah. Apakah masuk ke Indonesia secara legal atau ilegal? Entah juga.

Saya bertemu Arief, warga sekitar. Pertanyaan saya adalah soal pabrik pembakaran ban ini, apakah tidak mengganggu warga? Karena bayangan saya polusinya pasti luar biasa!

"Kalau sedang bakar ban mah asapnya tinggi dan baunya nyengat," jawab Arif seperti saya duga.

Arief mengaku tidak tahu siapa pemilik pabrik ini. Kabar beredar yang ia dengar, Cai yang ditemukan tewas di tempat ini adalah bagian dari pemilik pabrik.

Soal kematian Cai, Arief juga mengaku tidak tahu. Pabrik ban ini benar-benar berada di tengah hutan. Apapun yang terjadi di tempat ini kecil kemungkinan diketahui warga.

Jenazah yang katanya adalah Cai Changpan disebutkan ditemukan di tempat ini oleh salah seorang petugas keamanan pabrik.

Melihat jenazah Cai Changpan

Pertanyaannya, benarkah jenazah yang ditemukan adalah Cai Changpan?

Kalau benar itu Cai, kenapa setelah bersusah payah menggali terowongan selama 8 bulan ia harus mengakhiri hidupnya? Bukankah ia kabur dengan tujuan untuk menyelamatkan diri?

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya meminta izin kepada Polri untuk melihat langsung jenazah Cai dengan mata dan kepala saya sendiri.

Tentu saja ada analisis forensik yang bisa menjelaskan kematian Cai. Tapi, bagi wartawan, melihat langsung jenazah bisa jadi membuka hal-hal lain yang bisa dielaborasi.
Saya menghubungi sejumlah pejabat Kepolisian termasuk Kepala RS Polri Brigjen Pol Asep Hendradiana.

Saya beruntung karena diizinkan melihat langsung jenazah Cai. Ini adalah kesempatan pertama dan eksklusif, melihat langsung jenazah Cai di cold storage. Jenazah-jenazah di Jabodetabek yang proses hukumnya masih berjalan disimpan di tempat ini.

Saya masuk bersama Kepala Forensik RS Polri Dokter Arif Sp.F. Protap alias prosedur dan ketetapan yang harus saya lakukan adalah melakukan disinfeksi tubuh dan menggunakan hazmat.

Meski jenazah terkonfirmasi Covid-19 telah dipisahkan, prosedur ini harus tetap dilakukan dengan ketat.

Jenazah Cai terbujur kaku. Penanda fisiknya adalah tato harimau di kedua dadanya. Di lengan atas sebelah kanan juga terdapat tato. Dr Arif menyampaikan hanya ada satu tanda memar di tubuh Cai yaitu di bagian leher.

"Hanya ada satu tanda memar di bagian tubuhnya yakni di leher, tidak ada di tempat lain di tubuhnya!" kata dia.

Spekulasi yang menyebut Cai dianiaya sebelum tewas terbantahkan. Cai bunuh diri.

Janggal? Bisa jadi.

Tapi fakta telah dibuka. Data sudah mengemuka. Meskipun soal kesimpulan, tentu kita semua sepakat, tidak akan berbatas kata.

Saya Aiman Witjaksono.
Salam!

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi