KOMPAS.com - Hari ini 41 tahun lalu, tepatnya pada 26 Oktober 1979, Presiden Korea Selatan Park Chung-hee dibunuh oleh rekannya sendiri.
Dilansir dari Britannica, pembunuh Park adalah Kepala Badan Intelijen Korea Selatan (KCIA) Kim Jae Kyu, yang juga merupakan sahabat karib Park.
Kematian Park mengakhiri 18 tahun masa kepemimpinannya sebagai Presiden Korea Selatan. Selama masa jabatannya, Park sukses memajukan perekonomian Korea Selatan.
Meski demikian, kesuksesan di bidang ekonomi itu harus dibayar rakyat Korsel dengan pembatasan hak-hak sipil dan politik yang diterapkan oleh Park.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami yang Senyap di Mentawai
Makan malam di Blue House
Dilansir dari Korea Times, 24 Oktober 2010, pada hari kematiannya, Park menggelar jamuan makan malam terbatas yang dihadiri oleh sejumlah pejabat penting negara itu.
Mereka adalah Kepala KCIA, Kim Jae-kyu; Kepala Satuan Pengamanan Presiden, Cha Ji-chul, dan Kepala Kesekretariatan Blue House (Istana Negara) Kim Gae-won.
Pada malam itu, Park mendiskusikan gejolak politik di masyarakat yang dipicu oleh pemimpin partai oposisi National Assembly, Kim Young-sam.
Young-sam terus menyuarakan kritik terhadap kebijakan Park yang dinilainya otoriter dan membatasi kebebasan masyarakat.
Jamuan makan malam itu digelar di sebuah restoran milik KCIA yang masih berada di Kompleks Blue House.
Selain keempat pria itu, hadir pula dua wanita muda sebagai penghibur. Mereka adalah penyanyi Shim Soo-bong (24), dan Shin Jae-soon (22), mahasiswi jurusan drama Universitas Hanyang.
That person back then
Pada jamuan itu, Shim Soo-bong menyanyikan sebuah lagu, yang jika diterjemahkan ke bahasa Inggris, judulnya kurang lebih berarti That Person Back Then.
Kelak, lagu tersebut menjadi salah satu bagian paling diingat dalam peristiwa berdarah yang terjadi pada malam itu.
Dalam keterangannya kepada penyidik, Kim Jae-kyu, mengatakan, Park Chung-hee saat itu mempertanyakan kompetensi intelijen Korsel, yang dianggapnya gagal menghalau terjadinya aksi protes terhadap dirinya.
Kim kemudian mengatakan bahwa aksi protes pada waktu itu murni merupakan gerakan rakyat.
Hal itu berbeda dengan keyakinan Park bahwa ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkannya.
Park yang tidak terima dengan laporan itu kemudian menyebutkan, jika situasi semakin memburuk maka ia akan memerintahkan aparat keamanan untuk menembak demonstran.
Pernyataan Park itu didukung oleh Kepala Satuan Pengamanan Presiden, Cha Ji-chul, seraya menambahkan bahwa tidak masalah jika Korsel harus kehilangan satu atau dua juta warganya demi stabilitas pemerintahan.
Perdebatan sengit, ditambah pernyataan dari Cha, membuat Kim terbakar amarah. Dia kemudian berdiri dan keluar dari ruang perjamuan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: PBB Didirikan, Bagaimana Awal Mulanya?
Tembakan dilepaskan
Di luar ruangan, Kim memerintahkan pengawalnya untuk menembak pengawal Park, jika mereka mendengar bunyi tembakan dari dalam ruangan.
Kim kemudian kembali ke dalam ruang perjamuan, sembari menyelipkan pistol di ikat pinggangnya, dan duduk kembali di kursinya.
Tidak berselang lama, dia berdiri menodongkan pistol ke arah Cha, dan berteriak kepada Park.
"Bagaimana mungkin kau memilih cacing menyedihkan ini sebagai penasihatmu?" teriak Kim sambil menembakkan pistolnya ke tangan Cha.
Setelah itu, Kim menembak Park tepat di dadanya, sedangkan Cha menyelamatkan diri ke kamar mandi. Pada saat bersamaan, Kepala Kesekretariatan Blue House, Kim Gye-won kabur dari ruangan itu.
Sementara itu, dua wanita muda tadi, Shim dan Shin, bergegas mendekati Presiden dan mencoba memberi pertolongan.
Kematian sang Presiden
Kim hendak mengakhiri nyawa sang Presiden sebelum ia menyadari bahwa pistolnya kehabisan peluru. Dia kemudian keluar ruangan, mengambil pistol dari pengawalnya, dan menyelesaikan apa yang telah dia lakukan malam itu.
Kim menghabisi Cha dengan tembakan di perut. Dia kemudian menghampiri Park yang tergeletak di lantai, dan menembaknya tepat di belakang telinga kanan.
Dua wanita muda tadi, Shim dan Shin, telah melarikan diri sejak sebelum Kim melepaskan tembakan yang mengakhiri hidup Park.
Empat jam setelah pembunuhan itu, Kim Jae-Kyu, Kepala KCIA sekaligus sahabat karib Presiden Park Chung-hee, ditangkap oleh aparat keamanan.
Dia bersama pengawal-pengawalnya kemudian dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung pada 24 Mei 1980.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penemu Bola Lampu Pijar, Thomas Alva Edison, Meninggal Dunia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.