Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Pernyataan Aliansi Dokter Sedunia Seputar Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/MARTA DM
Ilustrasi hoaks pandemi virus corona, Covid-19
|
Editor: Gloria Natalia Dolorosa

KOMPAS.com - Pernyataan Aliansi Dokter Dunia bahwa Covid-19 tidak lebih ganas dari flu biasa dan sesungguhnya tidak ada pandemi beredar di media sosial.

Aliansi yang terdiri dari dokter, ilmuwan, dan aktivis perdamaian asal Eropa itu juga menilai tes PCR (polymerase chain reaction) menghasilkan positif palsu. 

Karena situasi pandemi saat ini hanyalah rekayasa, mereka menyerukan orang-orang agar tidak perlu melakukan pembatasan sosial, memakai masker, hingga melakukan karantina.

Narasi yang disampaikan Aliansi Dokter Dunia itu salah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badan kesehatan dunia WHO menilai Covid-19 lebih berbahaya daripada flu biasa. Jumlah penderita Covid-19 yang masuk kategori infeksi parah dan kritis lebih tinggi ketimbang penderita influenza.

Selain itu, rasio kematian akibat terinfeksi Covid-19 jauh melampaui rasio kematian influenza.

Sejak Maret 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi karena tingkat penyebaran dan keparahannya sangat mengkhawatirkan.

Sementara, profesor epidemiologi dari Harvard menegaskan hasil tes PCR akurat.

Narasi yang Beredar

Akun Facebook Echa Irma Suawe pada Senin (26/10/2020) melayangkan narasi bahwa Covid-19 tidak lebih ganas dari flu biasa.

Narasi itu berasal dari Aliansi Dokter Dunia, sebagian besar dari Eropa, yang menolak vaksin dan protokol kesehatan.

Berikut isi lengkap statusnya:

"ALIANSI DOKTER SE-DUNIA diwakili puluhan dokter dari berbagai negara serta dukungan 87 RIBU PERAWAT "MENOLAK VAKSIN"
STOP ATURAN MASKER, JAGA JARAK, TEST INI TEST ITU, LOCKDOWN
SEGERA KEMBALIKAN KE KEHIDUPAN NORMAL YANG LEBIH BAIK..!!! "
COVID 19 TIDAK LEBIH GANAS dari FLU BIASA !!
Berlin 10 Oktober 2020"

Dalam statusnya itu, terunggah sebuah video berjudul "Sebuah Kebenaran dari Aliansi Dokter Dunia" yang berdurasi 9 menit 9 detik, direkam pada 10 Oktober 2020.

Video itu menayangkan sejumlah orang yang mengatasnamakan Aliansi Dokter Dunia, terdiri dari dokter, ilmuwan, dan aktivis perdamaian. Ada tiga hal yang ditekankan aliansi itu dalam pernyataannya.

Pertama, virus corona tidak lebih jahat dan tidak lebih berbahaya dari flu biasa. Narasi bahwa virus corona sangat berbahaya, menurut mereka, diciptakan regulator, politisi, dan media saat ini.

Kedua, karena virus corona serupa dengan flu biasa, maka sesungguhnya tidak ada pandemi.

"Kami tidak melihat ada bukti pandemi medis, jadi ini terlihat seperti plandemic atau pandemi yang direncanakan. dan kami semua bersama berkata kami tentu tidak menginginkan normal baru ini," tutur Heiko Schoning, dokter dari Jerman, dalam video itu.

Situasi yang direkayasa ini telah menghancurkan kondisi hidup yang damai dan juga iklim bisnis.

Ketiga, menurut Aliansi Dokter Dunia, hasil positif dari tes PCR adalah palsu.

Karena tidak ada bukti pandemi, maka mereka menyerukan agar orang-orang tidak perlu takut. Tidak perlu melakukan lockdwon atau melakukan karantina, tidak perlu memakai masker, dan tidak perlu menerapkan batas sosial.

Hingga artikel ini diturunkan, status Echa Irma Suwae tersebut sudah mendapat 42 komentar.

Sebelumnya, pada 17 Oktober 2020 Echa Irma Suwae menggunggah video Aliansi Dokter Dunia dengan rekaman agak berbeda tapi substansinya sama, dan tanpa subjudul bahasa Indonesia. 

Akun Facebook Bagus Supomo juga mengunggah video Aliansi Dokter Dunia berdurasi 9 menit 9 detik pada Senin (26/10/2020).

Penjelasan

Narasi yang diedarkan akun Facebook di atas sebelumnya beredar luas dalam bahasa Inggris. Tiga hal yang dipaparkan Aliansi Dokter Dunia dalam video tersebut akan dibahas satu per satu.

Pertama, klaim bahwa virus corona tidak lebih berbahaya daripada flu biasa. Pada 17 Maret 2020, badan kesehatan dunia WHO merilis kesamaan dan perbedaan antara virus corona dan influenza. 

Dari sisi kesamaan, virus corona dan influenza memiliki gejala penyakit yang serupa. Keduanya menyebabkan penyakit pernapasan yang memunculkan sebagai berbagai macam penyakit, mulai dari asimtomatik atau ringan hingga penyakit parah dan kematian.

Selain itu, cara penularan kedua virus tersebut sama-sama melalui kontak, tetesan, dan fomites. Dengan demikian, pencegahan kedua virus itu juga sama, antara lain rajin membersihkan tangan dan menutup batuk dengan siku atau tisu.

Sementara, dari sisi perbedaan, influenza menyebar lebih cepat dari Covid-19. Selain itu, influenza menular dalam tiga sampai lima hari pertama terserang virus sebelum muncul gejala.

Adapun, penularan virus Covid-19 butuh 24-48 jam sebelum timbulnya gejala. Namun, menurut WHO, ini bukan pendorong utama penularan.

Perbedaan lainnya, jumlah reproduksi virus Covid-19 lebih tinggi daripada influenza, tergantung konteks dan waktu.

Dari hasil pengamatan WHO per Maret 2020, sebanyak 80 persen penderita Covid-19 mengalami infeksi ringan atau asimtomatik, 15 persen infeksi parah dan membutuhkan oksigen, serta 5 persen kritis dan memerlukan ventilator.

Jumlah infeksi parah dan kritis ini lebih tinggi daripada penderita influenza. Perbedaan penting lainnya yakni tingkat kematian Covid-19 lebih tinggi daripada influenza, terutama influenza musiman.

Dari data WHO, berdasarkan pernyataannya pada 17 Maret 2020, rasio kematian akibat Covid-19 antara 3 sampai 4 persen, sedangkan rasio kematian influenza jauh di bawah 0,1 persen.

Klaim kedua soal tidak ada pandemi. Pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan bahwa Covid-19 dikategorikan sebagai pandemi.

WHO telah menilai wabah ini sepanjang waktu dan sangat prihatin atas tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan, dan juga tingkat kelambanan yang mengkhawatirkan.

"Oleh karena itu, kami menilai bahwa Covid-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi," kata Director-General WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari situs web WHO.

Dalam dua minggu terakhir, berdasarkan data WHO saat itu, jumlah kasus Covid-19 di luar China meningkat 13 kali lipat. Jumlah negara yang terdampak meningkat tiga kali lipat.

Kala itu, jumlah kasus mencapai 118.000 kasus yang tersebar di 114 negara. Sebanyak 4.291 orang meninggal dunia.

Terakhir, klaim ketiga soal positif palsu dari tes PCR (polymerase chain reaction).

Dokter dan profesor epidemiologi di sekolah kesehatan masyarakat Harvard, Michael Joseph Mina, mengatakan tidak benar bahwa sebagian besar tes PCR virus corona, seperti yang diklaim Aliansi Dokter Dunia dalam video tersebut, adalah positif palsu dan tidak menguji virus.

"Banyak yang bisa menjadi positif terlambat yang berarti RNA masih ada, tetapi virus yang layak telah dibersihkan. Jadi orang-orang ini mungkin tidak menular lagi. Tetapi hasilnya akurat - PCR menemukan SARS2 RNA,” kata Mina, dikutip dari Associated Press, Jumat (23/10/2020).

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim dari Aliansi Dokter Dunia bahwa Covid-19 tidak lebih ganas dari flu biasa, tidak ada pandemi, dan tes PCR positif palsu tidak benar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi