Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Jurassic Park Komodo Ancam Konservasi? Ini Kata Peneliti LIPI

Baca di App
Lihat Foto
HANDOUT/BOPLBF
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan BOPLBF melaksanakan famtrip dengan media di kawasan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Minggu, (13/9/2020). (HANDOUT/BOPLBF)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Pembangunan "Jurassic Park" di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), Nusa Tenggara Timur menuai banyak reaksi beragam dari warganet.

Dalam dua hari terakhir, kata "Jurassic Park", "#SaveKomodo", "#SelamatkanKomodo", dan "Pulau Rinca" bergantian mengisi trending topik di sosial media Twitter.

Salah satu akun yang mengkiritisi pembangunan Jurassic Park Komodo itu adalah @KawanBaikKomodo.

Pada Jumat (23/10/2020), akun tersebut mengunggah sebuah foto yang menampilkan seekor komodo sedang berhadapan dengan truk.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, akun @bulanmatahariii juga menuliskan kritikannya pada pembangunan Jurassic Park. Sebab, komodo merupakan hewan introvert dan tak biasa hidup dalam keramaian.

"Dia tu introvert trs nanti disuruh adaptasi ketemu sm yg rame rame? Bayangin aja. Manusia aja bisa gak nyaman, apalagi komodo," tulis akun itu.

Baca juga: Trending #SaveKomodo, Ini Sederet Fakta Seputar Komodo

Sarana edukasi

Menanggapi hal itu, peneliti herpetofauna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Evy Ayu Arida menduga pembangunan Jurassic Park itu ditujukan untuk sarana edukasi bagi masyarakat.

"Barangkali, ini cara pemerintah untuk melayani keperluan edukasi bagi masyarakat tentang adanya komodo yang habitatnya terbatas," kata Evy kepada Kompas.com, Senin (26/10/2020).

Menurutnya, ada tiga pilar dalam upaya konservasi, yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan.

Satu di antara bentuk pemanfaatan tersebut adalah pariwisata untuk edukasi tentang satwa langka, termasuk wisata di Taman Nasional Komodo.

Sayangnya menurut Evy, pembicaraan mengenai konservasi yang berkembang selama ini hanya sebatas pada perlindungan.

"Jadi kalau pembangunan itu mengganggu konservasi, saya pikir perlu diluruskan. Kalau pun dibangun, itu untuk edukasi dan sesuai dengan kaidah konservasi, hanya saja caranya perlu diperbaiki," jelas dia.

Baca juga: Polemik Jurassic Park Pulau Komodo, Ini Kata Pengamat Pariwisata

Kondisi tak biasa

Soal foto komodo menghadang truk yang beredar di media sosial, Evy menyebut wajar jika menghebohkan. Sebab, pemandangan itu tak biasa dilihat oleh masyarakt.

Ia menuturkan, ada beberapa komodo yang sifatnya jinak dan bisa hidup berdampingan dengan manusia. Bahkan, ada banyak komodo yang bisa dijumpai di permukiman warga sehari-hari.

"Kalau dibilang introvert ya tidak seutuhnya benar, karena ada beberapa komodo yang bergantung pada manusia. Misalnya, manusia membuang sisa makanan, itu komodo yang memakannya," tutur dia.

Menurutnya, adanya komodo yang berdampingan dengan manusia ini merupakan akibat dari atraksi pemberian daging yang sudah berlangsung sejak 35 tahun yang lalu.

Saat itu, ada pemikiran bahwa atraksi pemberian daging akan membuat komodo bergantung pada manusia.

"Kemungkinan itu sudah terjadi sekarang, jadi beberapa hewan itu sudah menjadi jinak. Kalau dibilang, introvert mungkin itu yang masih liar dan tidak bertemu manusia. Tapi kalau sudah bersinggungan dengan manusia, banyak komodo yang ada di rumah-rumah," kata Evy.

Baca juga: Jurassic Park, Penolakan Warga, dan Upaya Perlindungan Habitat Komodo

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi