KOMPAS.com - Belakangan ini, di media sosial ramai perbincangan tentang seekor kumbang yang diperlihatkan mampu bertahan hidup meski telah dilindas mobil.
Kemampuan kumbang tersebut dapat dilihat pada video-video yang beredar di media sosial Twitter, salah satunya yang diunggah oleh akun @SDG2030 pada Jumat (23/10/2020).
Diberitakan Kompas.com, Minggu (25/10/2020), kumbang tersebut bernama ironclad atau kumbang besi.
Ketahanan tubuh kumbang tersebut sangat luar biasa, karena mampu bertahan dari tekanan sekitar 39.000 kali beratnya sendiri.
Jika dianalogikan, kemampuan itu setara dengan seorang pria dengan bobot 200 pon atau 90 kilogram yang mampu menahan tekanan sebesar 7,8 juta pon.
Baca juga: Kumbang Tangguh Ini Jadi Inspirasi Ilmuwan untuk Rancang Pesawat Lebih Kuat
Lantas, apakah kumbang ironclad bisa ditemukan di Indonesia?
Peneliti Kumbang dari Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Raden Pramesa Narakusumo, mengatakan kumbang ironclad memiliki nama ilmiah phloeodes diabolicus dan berasal dari famili zopheridae.
"Secara spesifik, kumbang jenis ini, phloedes diabolicus, tidak ditemukan di Indonesia karena habitatnya ada di benua Amerika. Tapi ada juga jenis-jenis lain dari zopheridae yang hidup di wilayah Indonesia," kata Pramesa saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/10/2020).
Pramesa menjelaskan, alasan di balik kekuatan kumbang ironclad yang luar biasa adalah memiliki eksoskeleton yang tebal dan sangat kuat.
Baca juga: Apa Rahasia Ironclad, Si Kumbang Super yang Tak Mati Terlindas Mobil
Eksoskeleton adalah lapisan "tulang" yang melapisi organ tubuh lainnya. Lapisan ini dimiliki oleh serangga, berbeda dengan hewan vertebrata yang memiliki endoskeleton.
"Beberapa jenis kumbang mengalami reduksi pada sayapnya sehingga tidak dapat terbang. Sebagai mekanisme perlindungan diri, kumbang yang tidak dapat terbang tersebut mempunyai strategi untuk dapat mengeraskan tubuh mereka, sehingga mereka tidak mudah untuk menjadi mangsa dari hewan lainnya," kata Pramesa.
Dia menjelaskan kumbang ironclad juga tidak dapat terbang. Menurut penelitian, kumbang tersebut memiliki lapisan eksoskeleton yang tebal dan memiliki struktur yang sangat unik.
"Seperti pada sutura di bagian elytra (seludang sayap) yang memiliki mekanisme interlocking saling silang dan juga di antara lapisan eksokeleton dorsal (atas) dan (ventral) terdapat mekanisme interdigitated lateral support," kata Pramesa.
Baca juga: Ahli Ciptakan Kamera Super Mini untuk Kumbang, Ini Tujuannya
Inspirasi biomimetik
Pramesa mengatakan studi sistemik tentang kumbang ironclad sudah lama dilakukan. Kumbang jenis ini sudah diteliti pada 1851, namun untuk studi biomimetiknya baru belakangan ini dilakukan.
Studi biomimetik atau biomimikri adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi dari alam (hewan dan tumbuhan), kemudian menirunya untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan kompleks manusia sehari-hari.
Pramesa menyebut ilmu ini merupakan tugas multidisiplin, dari ilmuwan biologi dan teknik.
"Kumbang ini (ironclad) jadi perbincangan akhir-akhir ini karena baru saja terbit publikasinya di jurnal Nature kira-kira 4 hari yang lalu," kata Pramesa.
"Saya baca sekilas memang akan jadi inspirasi untuk mendesain kendaraan, dan mungkin juga robot untuk penyelamatan gedung yang runtuh," imbuhnya.
Menurut Pramesa, dengan perkembangan studi biomimetik saat ini, mempelajari struktur tubuh kumbang ironclad dan menerapkannya ke teknologi buatan manusia bukan hal yang mustahil.
Baca juga: Jejak Mesir Kuno, Mumi Anak Singa hingga Kumbang Raksasa Dipamerkan
Kumbang serupa dari indonesia
Pramesa menambahkan saat ini pihaknya tengah melakukan studi mengenai kumbang moncong dari genus Trigonopterus.
Kumbang tersebut juga tidak dapat terbang, sama seperti kumbang ironclad.
"Hanya saja, kumbang ini sangatlah beranekaragam dan hampir dari seluruh jenisnya merupakan endemik asli Indonesia," kata Pramesa.
Dari hasil penelitian dilakukan, struktur eksoskeleton dari kumbang moncong juga sangat kuat ketika menghadapi tekanan besar.
Sehingga, dia menyebut, tidak hanya kumbang di Amerika Serikat saja yang bisa diteliti. Kumbang-kumbang asli Indonesia pun juga bisa dijadikan model penelitian.
"Banyak kesempatan bagi para ilmuwan, mahasiswa, pelajar dan masyarakat luas di Indonesia untuk mengambil kumbang asli Indonesia untuk dijadikan "organisme model". Baik untuk studi dasar biologi maupun ilmu multidisiplin seperti biomimetik," kata Pramesa.
Baca juga: Penemu Beri Nama 3 Spesies Baru Kumbang Sesuai Naga Game of Thrones
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.