Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Doa untuk Bangsa, Negara, dan Rakyat Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Dhawam Pambudi
Infografik: Lahirnya Sumpah Pemuda
Editor: Heru Margianto

28 Oktober 1928 tercatat dengan tinta emas di dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai Hari Sumpah Pemuda sebagai satu di antara sekian banyak tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Sumpah Pemuda merupakan kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia dengan ikrar yang tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda dengan menggunakan bahasa Indonesia ejaan van Ophuijsen:

Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Tergetar sukma

Setiap saat membaca dan mendengar ikrar para pemuda Indonesia itu sukma di lubuk sanubari saya tergetar oleh rasa haru, kagum dan bangga atas betapa dahsyat dan tulus tanpa pamrih jabatan mau pun harta benda apa pun, gelora semangat kebangsaan para perintis kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia yang tersirat dan tersurat di dalam syair lagu Satu Nusa Satu Bangsa mahakarya Liberty Manik mau pun Indonesia Raya mahakarya Wage Rudolf Soepratman yang kemudian diabadikan sebagai Lagu Kebangsaan Indonesia.

Doa

Maka sambil merayakan Hari Sumpah Pemuda dengan penuh kerendahan hari saya bersujud untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kasih untuk senantiasa melimpahkan kekuatan lahir dan batin kepada bangsa Indonesia untuk senantiasa menjunjung tinggi keadiluhuran makna tiga ikrar Sumpah Pemuda dengan segera menghentikan segenap angkara murka kebencian demi memecah-belah bangsa sendiri.

Yang terjadi, dengan alasan demokrasi alih-alih mempersatukan ternyata malah mengotak-kotakkan rakyat Indonesia ke dalam kotak-kotak perbedaan paham politik, pendapat, agama, ras, etnis, suku, status sosial-ekonomi sehingga yang kuat menindas yang lemah sambil saling menghujat bahkan saling memfitnah serta lain-lain.

Ini perilaku yang jelas sejelas-jelasnya tidak selaras makna adiluhur yang terkandung di dalam sumpah para perintis kemerdekaan negara, bangsa dan rakyat Indonesia:

Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Amin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi