Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beragam Respons Setelah Pemerintah Putuskan Tak Ada Kenaikan UMP 2021

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Massa dari berbagai organisasi buruh melakukan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Sabtu (10/11/2017). Buruh menolak upah minimum provinsi DKI Jakarta 2018 yang telah ditetapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pemerintah secara resmi menyatakan tak ada kenaikan upah minimum pada 2021, baik upah minium provinsi (UMP) maupun upah minimum kabupaten/kota (UMK).

Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah melalui Surat Edaran Nomor M/11/HK.04/X/2020 tentang Penetapan Upah Minimum Baru Tahun 2021 di Masa Pandemi Covi-19.

"Dalam rangka memberikan perlindungan dan kelangsungan bekerja bagi pekerja/buruh serta menjaga kelangsungan usaha, perlu dilakukan penyesuaian terhadap penetapan upah minimum pada situasi pemulihan ekonomi di masa pandemi covid-19," kata Ida dalam surat edarannya.

Seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (28/10/2020), menurut Menteri Ida, sebanyak 18 provinsi sudah sepakat tidak menaikkan UMP 2021.

Baca juga: UMP 2021 Tidak Naik, Ini Daftar Lengkap UMP 2020 di 34 Provinsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keputusan pemerintah tidak menaikkan UMP ini mengundang berbagai respons. Seperti apa respons yang muncul?

Wajar

Komite Tetap Ketenagakerjaan (Kadin) Bob Azam menilai, keputusan untuk tidak menaikkan upah 2021 merupakan langkah tepat.

Sebab, kondisi ekonomi Indonesia saat sedang mengalami tekanan akibat virus corona hingga menyebabkan resesi.

"Jadi wajarlah, apalagi ditambah perusahaan-perusahaan yang sedang kesulitan," ujar Bob.

Menurut dia, langkah itu lebih baik dilakukan demi memastikan agar perusahaan tetap bisa menggaji karyawannya.

Sangat memberatkan

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea menolak keputusan pemerintah itu.

Ia mengklaim, tak adanya kenaikan upah 2021 akan membuat daya beli masyarakat semakin menurun di tengah kesulitan ekonomi.

"Ini sangat memberatkan buruh dalam kondisi kesulitan ekonomi dan daya beli masyarakat yang lagi turun, tentu sangat berat," jelas Andi.

Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah meninjau ulang keputusan itu dan mengajak serikat buruh duduk bersama sebelum mengambil keputusan.

Baca juga: [POPULER TREN] Daftar UMP 2020 di 34 Provinsi | Update Zona Covid-19

Berharap agar buruh menerima

Sementara itu, Gubernur Banten Wahidin Halim meminta agar buruh menerima keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan upah.

Menurut dia, pandemi virus corona membuat pengusaha mengalami kesulitan sejak Maret 2020.

"Jangan naik setiap tahun, karena perintah, keputusan Menterinya itu harus sama kayak tahun lalu. Kalau setiap tahun naik, kesulitan pengusahanya, kondisinya lagi begini (pandemi)," ujar Wahidin.

Apalagi, pemerintah teleh menggelontorkan dana besar untuk memberikan bantuan kepada para pekerja dengan program Kartu Prakerja.

Hormati pemerintah pusat

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Putra Patria mengatakan, Pemprov DKI Jakarta akan mengikuti kebijakan Pemerintah Pusat terkait upah 2021.

"Kami hormati keputusan yang diambil, sementara keputusannya seperti tahun lalu. Itu yang kami hormati, kami hargai, kami laksanakan," ujar Riza.

Meski demikian, pihaknya tetap membuka diskusi dan masukan dari para buruh soal keputusan upah tersebut.

Sumber: Kompas.com (Ryana Aryadita Umasugi/Rasyid Ridho/Akhdi Martin Pratama | Editor: Egidius Patnistik/Abba Gabrillin/Bambang P Jatmiko/Yoga Sukmana) 

Baca juga: Pemprov DKI Belum Bahas Soal UMP 2021

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi