KOMPAS.com - Hari ini 21 tahun yang lalu, tepatnya 31 Oktober 1999 pesawat EgyptAir Boeing 767-300ER jatuh di Samudera Atlantik dan menewaskan seluruh penumpangnya.
Pesawat dengan rute Los Angeles-New York City-Kairo itu membawa 217 penumpang dan semuanya meninggal dalam kejadian tersebut.
Berdasarkan arsip Harian Kompas (1/11/1999), pesawat nahas itu mengangkut 199 penumpang yang 2 di antaranya adalah bayi, 15 orang awak pesawat, dan tiga karyawan EgyptAir yang tidak membayar.
Dikutip dari Washington Post, EgyptAir membawa penumpang termasuk 62 warga Mesir, tiga warga Suriah, dua warga Sudan dan satu warga Chili.
Sebagian besar sisanya diyakini orang Amerika, termasuk dua grup tur, salah satunya kontingen 54 orang yang disponsori oleh Grand Circle Travel yang berbasis di Boston.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kecelakaan Pesawat Lion Air JT-610, 189 Orang Meninggal
Meledak
Pesawat milik maskapai penerbangan Mesir itu meledak secara misterius dan terjatuh di kawasan perairan Pulau Nantucket, Massachusetts.
Sebelumnya, EgyptAir dengan nomor penerbanan 990 ini tiba di Bandara John F. Kennedy, New York dari Los Angles, namun terlambat selama 2 jam 20 menit.
Sumber di maskapai menyebutkan sebelum tiba di New York, pesawat bermesin ganda itu sempat mendarat darurat di Pangkalan Udara AS, Edward Base, California.
Namun, jubir The Federal Aviation Administration (FAA), Bruse Nelson membantah keterangan tersebut. Menurut Nelson, pesawat EgyptAir 990 tidak pernah singgah di Edward Base.
Ada yang menyebut, yang sesungguhnya pesawat itu sempat mendarat di Newark International Airport, New Jersey, karena cuaca buruk.
Sehingga itu lah yang dimungkinkan menjadi penyebab utama mengapa pesawat datang terlambat.
Setibanya di New York, penerbangan pun dilanjutkan Kairo, Mesir pada pukul 01.19 dini hari waktu setempat.
Tetapi, pesawat dengan nomor penerbangan 990 itu hilang dari pantauan radar pada ketinggian sekitar 9.900 meter setelah 40 menit mengudara.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Bom Besar di Markas Militer AS dan Perancis di Beirut
Tanda bahaya
Menurut sumber EgyptAir di Mesir, salah seorang kru pesawat sempat melakukan distress call (tanda bahaya), sebelum kontak hilang, namun FAA tidak mengonfirmasinya.
Mereka hanya menunjukkan catatan radar yang mengindikasikan pesawat itu meledak di udara, karena terdapat ledakan di dalam tubuh pesawat.
Akan tetapi, tidak ada satu pun kelompok teroris yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan pesawat yang dipiloti oleh Kapten Ahmed el-Habashy, Co-Pilot Perwira pertama Adel Anwar dan Perwira bantuan Gamil El Batouty itu.
Kepolisian AS pun menyebutkan tidak ada tanda-tanda terjadi aksi kriminal terkait penerbangan itu, mereka tidak menemukan seorang pun untuk dicurigai.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Perang China-India 1962 dan Konflik Panjang Dua Negara
Sementara Lembaga Meteorologi Nasional AS menyebut cuaca di wilayah New York ketika itu memang sedang berkabut tebal, namun untuk area bandara cuacanya cenderung bagus dengan jarak pandang sekitar 3-4 mil dan kecepatan angin rendah.
Pencarian besar-besaran pun dilakukan oleh pihak Penjaga Perairan AS dengan melibatkan sebuah pesawat jet Falcon, helikopter Jayhawk, dan Hercules C-130.
Mereka menyisir kawasan yang diperkirakan sebagai tempat jatuhnya pesawat hingga akhirnya selang 6 jam setelah kejadian, seorang penjaga perairan AS menemukan sesosok mayat di antara serpihan tempat duduk, pelampung, dan benda lain yang berasal dari bangkai pesawat.
Lokasinya di 96 kilometer lepas pantai Pulau Nantucket.
Suhu air laut pada saat itu sekitar 15 derajat Celsius, sehingga ahli meteorologi Neal Strauss menyebut manusia tak akan mampu bertahan hidup di lautan dengan suhu sedemikian.
Pesawat ini sudah menjadi bagian dari EgyptAir selama 10 tahun sejak September 1989 dan merupakan salah satu jenis pesawat yang memiliki catatan keselamatan terbaik.
Setidaknya, pesawat ini sudah memiliki lebih dari 31.000 jam terbang dengan lebih dari 6.900 kali lepas landas dan pendaratan.
Boeing 767-300ER ini menjadi favorit banyak maskapai penerbangan dunia untuk melakukan penerbangan panjang. Kemudahan pengoperasiannya pun menjadikannya disukai oleh pilot-pilot.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penemu Bola Lampu Pijar, Thomas Alva Edison, Meninggal Dunia